👞BiJo-24👞

4.7K 676 65
                                    

Buat yang bilang aku Author gak konsisten yang bergantung sama vote dan komen, ya gak salah sih, cuma bagian gak konsistennya dihapus ya.

Aku target gak penuh aja tetap aku up, tiap hari up aja dibilang gak konsisten, apa kabar kalau up cuma sebulan sekali hahahaha.

Toh target juga cuma segitu-segitu aja, gak sampai ribuan, cuma 200 vote dan 70 target doang aja udah di protes ckck.

Ayo 200 vote dan 70 target, ntar up lagi.

Bianca—Jovan

Bianca mendatangi rumah sakit tempat Mami Jovan dirawat, dia mendapat kabar kalau Mami Jovan terluka setelah Jovan menyerangnya tadi siang.

Ini sudah jam 2 malam, bisa Bianca lihat kalau Mami Jovan hanya sendirian di kamar inapnya, tak ada suami nya atau anak-anaknya yang lain.

"Huh, kalau aja Mami gak ngusik kami, mungkin sekarang gak bakal gini." gumam Bianca seraya menyeringai lebar.

Dia berjalan masuk dengan santainya, rumah sakit ini milik orang tua Bianca, jadi dia bebas keluar masuk di jam berapapun.

Melihat infus disebelah tempat tidur Mami, Bianca memiliki sebuah ide, dia tak akan membunuh Mami dengan sadis karena dia masih punya hati.

Jadi, Bianca hanya akan memberikan sedikit hadiah untuk Mami.

Dia berjalan menuju tiang infus lalu mengeluarkan botol kaca kecil dengan suntikan yang kasih steril.

Botol itu berisi cairan pelumpuh badan, ya jangan tanya darimana Bianca mendapatkannya.

Dengan telaten dia menyuntikan cairan itu masuk ke dalam infus, warnanya yang bening tak akan membuat orang curiga.

Setelah selesai, Bianca menepuk pelan pipi Mami Jovan lalu berjalan keluar dari kamar dengan santai.

Setelah ini Bianca harus memastikan kalau tak akan ada lagi hama disekitar mereka.

Langkah kaki Bianca sampai di luar kamar, saku celana hitamnya bergetar pertanda ada panggilan masuk.

Ternyata dari Alira yang malam ini dia minta untuk menginap di rumah Bianca, menjaga Jovan sebentar.

"Halo, ada apa Lir?"

"Jovan mengamuk di kamar, dia mencarimu."

Bianca bisa mendengar jeritan histeris di panggilan itu, ternyata Jovan sudah bangun dari tidurnya.

"Ya udah, aku pulang ini."

Jovan pasti ketakutan, Bianca jadi merasa bersalah hanya memberikan obat tidur dengan dosis sedikit.

....

Jovan menghancurkan seisi kamar saat tak menemukan Bianca disisinya, dia takut, semua terlihat menyeramkan saat tak ada Bianca didekatnya.

Jovan meringkuk di sudut kamar dengan badan yang bergetar pelan, ketakutannya membuat trauma yang selama ini dia tahan kembali muncul.

"Biii..hiks..kemana huhuuu Biancaaaa! Hiks..HUAAAA BIANCAAAA!" histerisnya tak karuan.

Jovan memukul kepalanya kuat dan berulang kali, memeluk kakinya disudut kamar dan terus memanggil Bianca.

"Huhuu Biiii..hiks..Biancaaa..huaaaaaaa.."

Cklek.

"Jo, aku pulang sayang."

Jovan mendongak, dia bangkit dan berlari tergopoh mendekati Bianca di pintu kamar, dengan penuh tangis dia memeluk Bianca erat.

"Bi kemana aja huhuuu.."

"Aku cari angin doang."

"Cari angin kok gak aja Jo juga?"

"Kamu tidurnya nyenyak banget sih."

Jovan mengerucutkan bibirnya sebal, rambutnya kini sudah dirapihkan, sekarang hanya sebatas leher saja rambut Jovan.

"Ayo bobok lagi." rengeknya, sebenarnya Jovan masih sangat mengantuk saat ini.

Dia terbangun karena tak ada Bianca disebelahnya.

"Ayo sayang ku."

Bianca akan merencanakan pernikahan mereka yang kedua, setelahnya mereka tak akan berpisah lagi.

Tak akan ada yang bisa memisahkan mereka untuk kesekian kalinya.

"Sayang." Bianca menangkup wajah Jovan dengan lembut, Jovan turut menatap Bianca dengan matanya yang berkaca-kaca.

Hidungnya memerah, bekas air mata masih bersisa dipipinya.

"Kenapa Bi?"

"Aku sayang kamu Jo."

"Aku juga sayang Bianca, selalu dan selamanya hanya Bianca aja!"

Bianca mengecup singkat bibir Jovan, memeluknya lagi dan membenamkan wajahnya dibahu Jovan.

Tak pernah Bianca duga, dia bisa secinta ini dengan Jovan.

Sangat amat mencintainya.

"Kita akan bahagia setelah ini Jo, gak akan ada lagi yang bisa jauhin kamu dari aku." bisik Bianca seraya mengecup singkat lekuk leher Jovan.

Tatapan matanya begitu menyiratkan cinta dan obsesi yang besar.

Bianca sudah terobsesi pada Jovan, pria ini adalah karma untuk Bianca karena dulu sering semena-mena pada pria yang dia panggil.

Jovan adalah karma manis yang Bianca terima dengan senang hati.

👞Bersambung👞

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang