👞BiJo-06👞

7.9K 914 92
                                    

Gak berharap target cepat penuh kalau hari Senin, tapi ya gas lah.

200 vote dan 65 komen kuy, kalau gak bisa komen, minimal vote.

Bianca-Jovan

"Bianca, kenapa gak kamu batalin aja pernikahan kalian? Dia gak tau apa-apa soal kamu Bi."

Bianca tertawa pelan, tak terlalu menanggapi ucapan Abimanyu karena dia merasa sikap pria itu aneh sejak semalam.

Bianca tak suka sikap Abim yang satu ini, sangat menjengkelkan dimata Bianca.

"Sudahlah, sana kembali ke Kantor, suruh Jovan kemari."

Raut wajah Abim mengeras "Memang apa sih lebihnya dia? Kamu bilang kamu bakal nikah kalau aku terima cinta kamu kan? Aku belum terima jadi kamu jangan nikah dulu!"

Malas menanggapi ocehan Abimanyu, selain itu juga sifat terpendam Abimanyu sangat ribet.

Abimanyu ini sangat tak suka kalau ada orang yang dekat dengan Bianca selain Abimanyu, kesannya kaya Bianca ini milik Abimanyu dan hanya Abim saja yang tau seluk beluk tentang Bianca.

Semua terjadi karena Bianca lah orang pertama membawanya keluar dari Panti Asuhan dan memberikan kehidupan baik, hanya Bianca seorang.

Jadi Abim merasa kalau Bianca itu miliknya, apalagi Bianca selalu lembut, menuruti semua yang Abim mau dan selalu bersama Abim.

Datang Jovan ke kehidupan Bianca membuat posisi Abim akan segera digeser, itu sangat menyedihkan tapi Abim tak akan membiarkannya.

"Bianca, kamu lakuin ini biar aku cemburu kan? Aku udah cemburu kok jadi batalin ya pernikahan kamu."

Bianca menatap Abim tajam, pria ini harus memeriksa dirinya ke Psikiater agar tingkat ke narsis annya berkurang.

"Kau terlalu pede, udalah sana keluar aku mau tidur."

"Tapi Bi—"

"Kau hanya asistenku Bim, keluar sekarang."

Kedua tangan Abimanyu mengepal kuat, dia segera beranjak dari kursi sebelah kasur inap Bianca lalu keluar kamar.

Rasanya dia benar-benar benci Jovan, ingin dia habisi Jovan agar tak bisa bersama Bianca.

Jovan adalah sesuatu yang harus segera Abimanyu singkirkan dari sisi Bianca.

....

"Bianca..aku boleh masuk?"

Bianca menoleh, dia memberikan senyum lebar penuh semangat saat melihat Jovan mengintip dari sela pintu kamar inapnya.

"Masuk aja, aku udah nungguin kamu."

Jovan mengangguk, dia membuka pintu kamar lalu berjalan masuk, pekerjaan Bianca di kantor sudah selesai semua, dan baru sekarang Jovan sempat menjenguk Bianca.

Jam menunjukan pukul 6 sore disaat Jovan datang, lihatlah keadaannya yang sudah berantakan ditambah wajah sembabnya.

Dasi yang tadi pagi masih rapi sekarang sudah longgar, kemejanya juga sudah keluar dari celana.

Pelan saat Jovan sudah duduk, Bianca mengelus pipi chubby pria manis itu.

"Kamu ngerjain kerjaan aku dulu ya?"

"He'em, kan kamu nya sakit karena aku jadi sebagai tanggung jawab aku selesaikan kerjaan kamu."

"Manis banget sih calon suami aku."

"Hehe, kamu udah makan? Suster udah bawain makan malam?"

"Belum, kayanya bentar lagi deh."

Jovan mengangguk, dia mengelus rambut Bianca kemudian mengecup dahi wanita cantik itu.

"Maaf ya, aku gak tau apapun soal kamu dan alergi kamu. Jadi nya kaya gini.." lirih Jovan sedih.

Bianca mengibas pelan "Gak masalah, sekarang kamu tanya aja apapun soal aku, nanti aku jawab."

"Okay, jadi kapan kamu lahir?"

"24 Oktober 1996."

"Makanan kesukaan kamu?"

"Sayap ayam saus tiram."

"Makanan yang jadi alergi kamu?"

"Aneka jenis seafood."

"Kamu suka film apa?"

"Film horor, fantasy, romance dan action."

"Kamu suka anak kecil?"

"Sukanya bayi, bukan anak kecil umur 6 sampai 10 tahun."

"Kenapa gitu?"

"Biasanya umur segitu lagi setan-setannya, jadi aku gak suka. Aku pernah di jahilin sama anak sepupu aku yang namanya Syatara, umurnya 7 tahun, dia buat aku masuk ke jebakan di halaman rumah sampe aku jatuh ke lubang dalam dan kaki aku patah."

"Ugh..parah nya..oke sekarang kamu yang tanya aku."

Bianca bisa melihat binar dikedua mata Jovan, lucu banget sih.

"Kamu dominan atau submissive?"

"Aku...dominan, kayanya sih."

"Ah masa?"

Melihat wajah penuh godaan Bianca, Jovan menunduk dan menggaruk tengkuknya.

"Hehe..kayanya submissive sejak ditiduri kamu.." cicitnya.

Bianca tergelak seketika, lucu banget ya ampun, mukanya merah padam kaya habis dijemur gitu.

"Lucu deh, aku jadi makin yakin buat nikahin kamu Jo."

"Bianca udah, aku malu.."

"Kenapa malu hm? Kamu lucu tau."

Jovan mendelik, dia menahan malunya setiap kali berurusan dengan Bianca, wanita ini sungguh terlalu.

Tapi Jovan senang bersama wanita ini, entah kenapa.

👞Bersambung👞

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang