GUNDAH

18 11 26
                                    

Mentari pagi mulai memperlihatkan cahayanya sedikit-sedikit. Dibawah langit yang biru, rumah yang awalnya selalu ramai akan debat dan berbagai ucapan-ucapan pedas, entah kenapa, semua itu tak terdengar dipagi kali ini.

Putra Gunawan. Pria yang belakangan hari ini bekerja sebagai asisten rumah tangga, musuh bebuyutannya sendiri. Yaitu Putri Calista. Gadis itu sekarang tengah memakan sarapannya yang tadi udah disiapkan oleh asisten rumah tangganya. Alias, musuh bebuyutannya sendiri. Sedangkan asisten rumah tangganya yang satu lagi?

Audrin Arini. Gadis itu sekarang tengah membersihkan rumah dilantai dua, sedangkan Putra Gunawan membersihkan rumah dilantai satu. Lebih tepatnya didapur, depan meja makan. Otomatis, cowok itu sekarang tengah beres-beres didepan Putri.

Sejak tadi, Putri memakan sarapannya sambil memperhatikan cowok yang ada didepannya. Bukan apa-apa. Cuman...Putri masih berpikir soal kejadian semalem. Kenapa Putra keluar dijam malam-malam begitu? Apa ada masalah? Atau ketemuan sama teman? Tapi sepertinya bukan.

Tapi kalo diliat ekspresi wajah laki-laki itu tadi malam, Putri berpikir mungkin iya, ada masalah . Tapi yang jadi pertanyaannya, kok bisa ada suara tangis cewek diponsel cowok itu? Beralih akan itu, tiba-tiba Putri menangkap luka yang masih basah ditelapak tangan Putra.

Putri baru sadar kalo selama ini Putra membersihkan dapur sambil sesekali meringis karena luka ditelapak tangannya sendiri.

"Oh, iya, ya. Dia kan, abis kebeset piso. Belom liat lagi gue lukanya kek gimana. Separah itu gak ya?"
Batin Putri bertanya-tanya. Dan tiba-tiba suara ringisan kecil terdengar ditelinganya. Yap. Suara ringisan itu berasal dari cowok yang ada didipannya.

"Gaaaakkkkk itu dia lebay aja Put, sampe haru ngeringis-ngerisngis gitu. Gak mungkin sesakit itu lukanya"
Batin Putri mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Tapi...gue keknya pas itu ngelempar pisonya keras banget deh. Masa iya gak sesakit itu? Tapi...udahlah ya, dia kan, cowok, strong lah pasti! Udahlah!"
Lanjutnya lagi mencoba menikmati sarapannya lagi. Tapi tiba-tiba...

"Tapi...gara-gara gue juga siiiihhhh dia jadi kesakitan kek gitu. Masa iya gak gua cek lukanya? Tapi kalo gak taunya dia cuman lebay doang gimana?"

"Tapi...gara-gara gue siiiihhhh dia luka. Harusnya gue obatin sih lukanya. Mau itu parah atau nggak. Tapi...masa iya gue obatin?! Tapi harus sih. Tapi...tapi- tapi...hah! Yaudahlah!"
Oke. Tekad Putri udah bulat. Cewek itu meletakan sendok dan garpu ke piring dengan sedikit kasar.

"Putra, eh-
Suara Putri kepotong karena ia sendiri langsung membekap mulutnya sendiri.

Apa tadi? Putra? Dari mereka berdua kelas sepuluh sampe sekarang, baru kali ini Putri memanggil Putra dengan sebutan nama panggilannya langsung lagi. Semenjak mereka berdua berantem dan menyatakan satu sama lain sebagai musuh, Putri selalu memanggil Putra dengan sebutan 'GEMBEL'. Tapi sekarang?!

"Begoooooo Putri begooooo!!! Lo tadi manggil dia apa Put???!!!"
Batin Putri panik sendiri tiba-tiba. Dan karena panggilan Putri barusan, itu sukses membuat pergerakan Putra terhenti. Seketika cowok itu menoleh ke arah Putri secara perlahan.

"Lo...manggil gue?"
Tanya Putra sambil menunjuk dirinya sendiri. Sadar akan itu, Putri langsung menurunkan kedua tangannya dan sedikit berdeham.

"Eum...iya. eee...gua...minta maaf"
Cicit Putri pelan. Bahkan Putra tak dengar dengan jelas.

"Hah? Ngomong tuh, yang jelas! Lo mau apa?"
Tanya Putra sambil mengangkat sebelah alisnya diakhir kalimatnya. Mendengar jawaban Putra, Putri mengumpati dirinya sendiri sebentar.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang