PENGIRIM SURAT?

4 1 0
                                    

Matahari bersinar sangat terik siang ini. Para siswa kelas XII baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolah mereka dihari kedua yang sangat melelahkan ini. Hari kedua ujian akhir sekolah mereka ini cukup menguras tenaga. Ujian matematika dan b. Inggris. Pelajaran yang sebagian bagi para siswa adalah pelajaran yang sangat membingungkan dan menyebalkan. Sebagian siswa masuk ke kelas mereka dengan wajah tegang, dan keluar kelas dengan wajah kusut. Tapi semangat dan harapan mereka masih bertahan. Mendapatkan ijazah yang memuaskan, adalah impian para siswa-siswi yang akan segera lulus nanti. Dan mereka semua masih memegang erat harapan itu.

Namun sepertinya...semesta sedang tidak mendukung para siswa kelas XII dihari kedua ujian akhir sekolah mereka ini. Tidak seperti dihari pertama. Sang mentari menyinari bumi dengan cahaya yang sangat tepat dihari pertama mereka ujian akhir sekolah. Angin dan udara pun terasa sangat sejuk. Namun dihari kedua ini, sepertinya semesta mengikuti sebagian suasana hati siswa kelas XII yang lesuh karena ujian mata pelajaran yang sangat menyulitkan. Jika para siswa menampakkan wajah lelah, letih, dan lesuh mereka karena hari kedua ujian akhir sekolah yang menyulitkan, beda keadaan bagi cowok yang hari ini sedang berulang tahun. Yaitu, Putra Gunwan.

Kurang lebih raut wajahnya tampak sama seperti teman seangkatannya yang lain. Putra keluar kelas, dan berjalan keluar gedung sekolah dengan langkah gontai dan wajah kusut. Namun yang membuat cowok ini berbeda dari yang lain, adalah pikirannya, dan apa yang membuatnya bingung seribu keliling. Sebagian temannya stres karena memikirkan nilai, dan hasil ujian akhir sekolah mereka nanti. Tapi Putra, cowok itu memikirkan hal lain, yang menurutnya lebih penting dari hasil ujian akhir sekolahnya ini.

Bahkan dari awal ujian dimulai, dari mata pelajaran pertama, cowok itu sudah pusing memikirkan hal ini. Bukan pusing karena soal-soal yang tertera dikertas ujian, tapi pusing karena masalah 'keluarga barunya'. Tapi bagi dirinya, ujian akhir sekolah mereka dihari kedua ini tidak begitu sulit. Putra menjawab semua soal dengan keadaan kepala yang awalnya pening karena kejadian tadi pagi, tapi akhirnya cowok itu masih bisa tetap fokus dengan soalnya. Karena Putra, membutuhkan pengalihan.

Cowok itu tidak bisa membiarkan pikiran kacaunya menguasainya. Cowok itu butuh pengalihan. Dan untungnya, semua lembaran soal dan jawaban, membuat pikirannya teralihkan. Namun sekarang, karena ujiannya sudah selesai, dan waktunya untuk pulang, dimana para siswa sangat lelah dan stres memikirkan nilai mereka, Putra malah memikirkan apa yang harus ia lakukan jika sudah sampai rumah nanti. Apa yang harus ia lakukan jika bertemu lawan debat favoritnya nanti? Putri. Tadi pagi cewek itu berkata sangat jujur dengannya.

Namun karena itu, membuat Putra menjadi bimbang. Cowok itu sangat ingin memberitau Putri tentang penyakit parah yang diindap Mamanya, Shofiya. Tapi dia tidak bisa. Tapi jika tidak, apakah Putri akan terus seperti ini? Apakah cewek itu akan terus tidak bisa menerima Mamanya sepanjang hidupnya? Putra tau, Shofiya sangat mendambakan keluarga yang harmonis dan damai. Putra tau, Shofiya sangat menginginkan lelaki, yang menjadi kekasihnya, itu sangat menyayangi dan pengertian terhadapnya. Dan wanita itu sudah mendapatkan lelaki, kekasih itu. Namun....Shofiya belum bisa mendapatkan keluarga harmonis yang ia dambakan itu. Belum.

Belum, bukan berarti tidak akan bukan? Putra akan mencoba membuat Putri menerima Mamanya. Tapi bagaimana caranya? Cewek itu sudah berkata, dia tidak akan bisa menerima Mamanya. Sepertinya Shofiya mengingatkan Putri tentang Safira, Emaknya. Putra menghembuskan napasnya gusar. Bagaimana caranya agar Putri bisa menerima Mamanya? Atau setidaknya bertindak sopan terhadap Mamanya? Putra kembali membuka ruang obrolnya dengan Angga. Cowok itu bisa melihat semua pesan yang ia kirim tadi pagi belum juga dibalas olehnya.

Putra sudah tidak berharap apa-apa lagi pada sahabat sekaligus panutannya itu. Sekarang yang Putra pikirkan hanyalah, bagaimana caranya Putri bertindak baik pada Mamanya? Bagaimana caranya agar Putri bisa suka dengan Mamanya? Hingga akhirnya...semua pikirannya buyar saat Putra sudah sampai didepan gerbang sekolah. Disisi kananya, cowok itu dilemparkan ember kecil yang berisikan air, dan didisi kirinya ia dilemparkan ember kecil lagi, yang berisikan tepung.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang