FAKTANYA

60 35 183
                                    

Langit gelap beserta gemuruh petir menyelimuti bumi disore hari ini. Hujan rintik-rintik juga sudah membasahi bumi sejak tadi. Didepan makam seorang Ibu. Ada seorang anak gadis yang tengah menangis sambil memeluk batu nisan Ibunya.

Taman pemakaman yang tadinya sangat rame dikelilingi banyak orang, sekarang sudah sangat sepi. Tinggal tersisa dua orang saja. Yaitu sang Abah dan anak gadisnya. Dua orang itu terus menangis didepan makam sang Ibunda tercinta. Sang Abah mencoba membujuk gadis cantiknya untuk pulang. Tapi gadis cantik itu menolak.

Gadis cantik itu terus saja menangis tersedu-sedu sambil memeluk batu nisan Ibunya. Cewek itu tidak mau melepaskan batu nisan Ibunya sedetik pun. Udah tidak peduli dengan tubuhnya yang perlahan basah karena air hujan yang tadinya turun rintik-rintik kian menderas.

Wijaya. Itulah namanya. Pria paruh baya itu menatap iba ke arah sang gsdis cantiknya. Kini Wijaya harus menjadi orang tua tunggal. Mengurus gadis satu-satunya yang ditinggalkan oleh istrinya untuk selamanya. Menitipkan anak semata wayang mereka yang nanti pasti akan menjadi anak kebanggan mereka.

Putri Calista. Nama sang gadis yang kini masih menangis dan memeluk batu nisan sang Ibu. Isakan sudah tak bisa cewek itu tahan lagi. Dia menangis sepuasnya disitu dan tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Tak peduli sudah berapa kali Abahnya mengajaknya untuk pulang. Dia belum mau pulang. Dia masih mau bersama sang Ibu.

"Putri...kita pulang yuk"
Ajak sang Abah.

"Gak mau. Putri masih mau sama Emak"
Lirih Putri masih dengan air mata yang membasahi wajahnya.

"Putri...Emak kamu udah tenang disana. Dia udah gak kesakitan lagi"

"Emak pasti kesepian Bahh kalo Putri pergi"

"Put...udah. jangan halang-halangin Emak kamu buat ketemu Allah..."
Ucap Wijaya sambil mengelus pundak Putri lembut.

"Mungkin Emak kamu udah kangen banget sama Allah....kita harus ikhlas ya, naaakkk"
Dengan sisa isakannya, Putri hanya bisa mengangguk. Dia juga tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Ya, waktunya pulang.

###

Satu tahun kemudian

Malam sudah menunjukan pukul 00.00. Hujan deras membasahi bumi dari sejak sore tadi. Seorang gadis dengan pakaian serba hitamnya masih betah berteduh dibawah halte bus yang biasanya ia kunjungi tiap ia menghibur sahabat kecilnya dulu. Tapi sekarang semua momen itu sudah tidak bisa ia alami lagi. Karena sang sahabat sudah tidak mau bershabatan dengannya lagi. Jangankan sahabat, teman saja enggan.

Entah apa yang ada dipikiran sahabat kecilnya itu. Gadis yang berpakaian serba hitam itu tengah melihat postingan yang ada di instagram milik organisasinya. Ia adalah seorang gadis yang menjadi seketaris di organisasinya yang bernama Iris. Organisasi yang suka menghibur pasien-pasien yang ada dirumah sakit. Selain itu, organisasi Iris juga suka mengadakan acara drama seperti mini teater.

Organisasi Iris dibangun bersama dengan angkatannya disekolah beberapa bulan yang lalu. Memang belum terkenal banyak dikalangan masyarakat luar. Tapi tak apa. Ini juga yang dinamakan proses. Organisasi mereka juga belum lama didirikan. Tapi semua acara bulanan mereka selalu berjalan dengan rutin dan sangat baik. Dengan bakat mereka menampilkan sebuah acara, dan menyebarluaskannya dimedia sosial, dimana followers mereka juga tak kalah banyaknya, mereka yakin dengan usaha mereka itu.


Gadis dengan nekadnya menerobos hujan ditengah malam itu bernama Putri Calista. Saat ini gadis itu sedang menscrol instagram milik organisasinya, melihat postingan vidio terbaru, dimana itu waktu giliran kelasnya untuk menampilkan seusatu diacara bulanan organisasi nya. Organisasi Iris, terkenal bakat teaternya. Semua angkatan Putri memiliki ide-ide yang banyak dan menarik sehingga mereka semua sepakat untuk menampilkan bakat mereka dalam hal taeter.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang