M-E-N-E-R-I-M-A

8 1 0
                                    

Pagi hari yang sangat dingin. Langit biru dipagi hari ini terlihat mendung. Tidak ada matahari yang memyinari dan menghangatkan bumi seperti pagi hari sebelumnya. Angin berhembus kencang dan terasa dingin bagi setiap orang yang baru saja keluar dari rumahnya masing-masing. Atau bagi orang yang baru saja membuka jendela kamarnya yang mengembun karena ruangan ber-AC, dan udara diluar yang dingin.

Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Tapi udara diluar terasa pukul jam dua dini hari. Dedaunan dipohon-pohon yang rindang juga bersuara saling beradu dengan ranting, setiap ada angin kencang yang berhembus. Langit biru yang harusnya cerah pagi ini, malah berganti menjadi langit yang dipenuhi awan gelap dan angin yang kencang. Membuat orang-orang yang ada dirumah pastinya hanya ingin melanjutkan tidur pulas mereka dikamar masing-masing dan enggan untuk beranjak keluar rumah.

Namun hal itu, tidak berlaku bagi seorang remaja laki-laki yang saat ini tengah berjalan kaki sambil mengenakan kaos panjang biasa berwarna putih, dan dilapisi jaket panjangnya yang menjulang hingga pahanya, berwarna coklat susu. Kaki jenjangnya yang mengenakan celana panjang berwarna hitam, dan sepatu putih, membuat penampilan cowok itu sangat elegan dan keren dicuaca yang dingin ini. Cowok itu bernama Putra Gunawan.

Remaja laki-laki dengan pakaian hangatnya itu berjalan sendirian menelusuri trotoar ditengah pagi yang dingin ini. Setelah berbincang banyak dengan dua gadis yang selalu membuatnya tak abis pikir semalam, cowok itu berniat menemui seseorang yang sudah lama sekali tidak ia temui. Jujur saja, sebenarnya Putra malas bertemu dengan seseorang ini. Malas dengan topik perbincangan yang akan selalu dibahas lagi dan lagi dan lagi sebagaimana biasanya.

Dari dulu hingga sekarang, seseorang itu tidak pernah berubah topik pembahasannya jika berbincang berdua bersama Putra. Tapi pagi ini, untuk pertama kalinya Putra mengharapkan sesuatu saat ia berbincang dengan seseorang itu. Selama ini, setiap seseorang itu mengajak Putra berbincang berdua, Putra pasti akan datang, namun dengan niat yang hanya satu persen, dan tidak mengharapkan apa-apa. Melainkan remaja itu malah menantikan pukulan-pukulan yang pasti, selalu akan ia dapat setiap ia bertemu berdua dengan seseorang ini.

Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, ketingkatan niat cowok itu dalam menemui seseorang ini meningkat sedikit, dan mengharapkan sesuatu. Yaitu, informasi tentang sahabat sekaligus panutannya, Angga. Sudah beberapa minggu belakangan ini sahabat sekaligus panutannya itu menghilang tanpa kabar. Bahkan sampai detik ini Angga juga tidak bisa dihubungi. Berawal dari cowok itu yang tiba-tiba pindah kos dan sekolah tanpa memberi kabar ke keempat sahabatnya.

Mungkin tidak akan menjadi masalah jika Angga masih bisa dihubungi. Tapi permasalahannya disini, Angga tidak bisa dihubungi sama sekali. Dan yang membuat Putra tambah panik pada saat itu, 'seseorang' yang hendak ia akan temui ini, juga tidak bisa dihubungi. Apalagi seseorang ini juga terlihat seperti tengah 'mengerjakan' atau 'merencanakan' sesuatu. Entah apa itu, tapi yang Putra tau, seseorang itu pasti tengah memikirkan cara, bagaimana lagi, ia bisa mengancam orang-orang yang Putra sayang pada saat itu. Dan karena itulah, saat itu, Putra mencurigakan seseorang ini.

Dan seseorang ini bernama, Sanjaya, 'Papanya'. Saat tengah menelpon kedua gadis random semalam, tiba-tiba Sanjaya menghubungi Putra setelah sekian lama tidak bisa dihubungi. Dan itu adalah kabar yang sedikit baik, bagi Putra. Karena dengan bertemu Sanjaya, mungkin saja, dia bisa mendapatkan informasi tentang Angga. Ditengahnya udara dingin, Purra berjalan sendirian dijalan raya dengan pakaian hangatnya menuju rumah Sanjaya. Rumah Sanjaya dan rumah Putra tak begitu jauh.

Putra bisa menghampiri rumah Sanjaya dengan berjalan kaki saja. Sebenarnya hari ini adalah hari Shofiya kontrol ke dokter. Dan tentu saja setiap jadwal Shofiya kontrol ke dokter, Putra selalu menemaminya sepanjang hari. Tapi...tadi pagi saat Putra akan keluar sebentar, lalu mereka akan ke rumah sakit bersama seperti hari biasanya, Shofiya malah berpesan akan ditemani 'calon suami' nya nanti. Abah Wijaya akan datang ke rumah tak lama lagi. Dan pria itu akan ke rumah sakit menemani Mamanya kontrol.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang