DIHUKUM BARENG

30 11 25
                                    

Audrin memperhatikan mobil pajero yang terparkir digarasi depan rumah majikannya. Gadis itu melihat sekitar ruang tamu dan seluruh penjuru rumah. Sangat, sangat, sangat berantakan. Dan semua itu jelas ulahnya sendiri. Tak lupa dengan amplop coklat yang sekarang tengah ia peluk.

Beberapa hari lalu ia sudah memeluk tenang amplop itu. Lalu tiba-tiba amplop itu hilang lagi dan jatuh ke tangan majikan tengilnya itu. Dan tadi pagi juga udah ia peluk kembali amplop itu. Tapi sayangnya dengan segala perdebatan dan pertaruangannya dengan majikan tengilnya itu tadi pagi, akhirnya amplop itu kembali ke tangan majikan tengilnya itu.

Dan untungnya sekarang, amplop itu kembali ke tangannya lagi. Tapi sialnya, sekarang malah majikan benerannya malah pulang. Kenapa Wijaya pulang malam ini? Bukannya masih beberapa hari lagi? Audrin semakin frustasi saja melihat rumah majikannya ini udah seperti abis mengalami gempa bumi.

"Aduuuuhhhhh gimana nih? Malah rumah berantakan banget lagi. Pak Wijaya lagian ngapain sih, harus pulang sekarang?! Aduuuhhhh gimana ya?"
Audrin terus menggaruk rambutnya bingung harus lakuin apa.

Beberapa detik kemudian, akhirnya muncul ide luar biasa dibenak gadis itu. Sampai Audrin sendiri saja menjetikan jarinya.

"Naaahhhh gua pura-pura aja abis pulang dari kampus!! Gua kunci pintu depan, keluar pintu belakang!! Iya!! Oke! Mana nih, tas gua?"
Monolog Audrin sendiri sambil mencari-cari tasnya.

"Eh, tapi nanti si teri ama si ganteng gimana ya? Ah! Bodo amet lah, si teri mah!! Udahlah!!"
Ucap Audirn dan mulai melangkah menuju pintu belakang. Tapi saat baru saja satu langkah gadis itu maju, tiba-tiba ia mengingat sesuatu.

"Eh! Tapi masa iya si ganteng ikut-ikutan dihukum juga? Nggak, nggak, nggak. Gak boleh. Si ganteng gimana ya, nanti?"
Pikir Audrin lagi sambil mengetuk-ketukan jarinya didagu.

"Oohhh!! Gua ajak kabur aja bodo amet!! Iya!! Oke!! Maap teri gua gak bisa bantu lo!"
Acuh Audrin dan malanjutkan langkahnya.

Akhirnya gadis kuliah itu langsung mengunci pintu depan, dan langsung keluar lewat pintu belakang rumah majikannya. Perlahan, Audrin berjalan menuju halaman depan. Saat sampai halaman depan, untungnya, Wijaya masih belum keluar mobil. Audrin bisa bernapas dengan lega melihat hal itu.

Akhirnya gadis itu mulai berjalan santai mendekati mobil pajero itu. Tak lama kemudian, pintu sopir mobil itu terbuka dan menampakan pria paruh baya yang keluar dari mobil itu. Audrin menyambut pria paruh baya itu dengan senyum manisnya.

"Eh, Pak Wijaya? Udah pulang Pak?"
Ucap Audrin pura-pura baru tau.

"Eh, Audrin. Iya. Kamu...abis pulang dari kampus ya?"
Tebak Wijaya mengikuti permainan jail Audrin.

"Iya Pak. Ini saya baru balik dari kampus. Tapi...pintu rumah masih dikunci Pak. Kuncinya ada di neng Putri. Makanya tadi saya mau lewat pintu belakang, tapi dikunci juga"

"Najiiiiiisssssss!!!! Gau kalo tiap didepan Pak Wijaya mah, pasti harus manggil si teri pake neng, terus nama!! Najis beneeeeerrrrrrr!!!!!"
Batin Audrin jijik sendiri.

"Oh, pantes tadi Bapak liat kamu dari arah belakang. Oh,iya. Bukannya kunci rumah ada tiga ya? Satu disaya, satunya di Putri, satunya lagi di kamu"
Ucap Wijaya.

"Iya, tapi...saya lagi gak bawa hari ini. Soalnya biasanya neng Putri yang pulang duluan. Tapi malam ini...saya yang pulang duluan"
Ucap Audrin sambil terkekeh kecil.

Pura-pura terkekeh maksudnyaaaa.

"Ooohhh main sama anak organisasinya kali dia mah, biasa. Yaudah, kalo gitu ayo, masuk sama saya Audrin"

"Iya Pak, silahkan"
Ucap Audrin sambil menunduk. mendadak sopan.

Wijaya perlahan membuka pintu depan rumahnya dengan kuncinya. Sedangkan Audrin udah tegang dengan raut wajahnya yang sangat cemas dan kuku jarinya yang ia gigit-gigit sendiri. Jujur, baru kali ini Audrin merasa tegang karena melakukan kesalahan. Biasanya mau Audrin mengambil berapa ribu juta uangnya Wijaya, gadis itu tetap tenang saja. Malah bahagia.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang