KEINGINAN YANG LAMA

2 0 0
                                    

Putra menjalankan motornya memuju tempat yang selama ini menjadi tempatnya untuk mencurahkan semua isi hatinya. Setiap ia ingin berkeluh kesah, menceritakan sekua pahit dan manis yang selama ini ia alami, Putra selalu pergi ke tempat ini. Menemui seseorang, yang seakan selalu mengerti keadaannya, dimana pun dan kapan pun. Setiap Putra membutuhkannya, seseornag itu selalu mendengarkannya. Seseorang itu selalu menenangkannya. Memghiburnya, dan memberikan saran padanya. Padahal seseroang itu sendiri tau, bahwa dirinyalah yang lebih pantas mendapatkan itu semua dari Putra.

Sampai detik ini pun Putra masih bingung. Apa kekuatan seseorang itu? Apa motivasinya? Sehingga bisa menjalankan hari dan berjuang dengan rasa sakit akan penyiksaan dan hidup penuh dengan peraturan. Dikekang, disiksa, dibentak. Setiap Putra bertemu dengan seseorang itu, seseorang itu tidak pernha berkeluh kesah padanya. Walaupun terlihat kesakitan dan menderita, seseorang itu tetap maksakan bibirjya untuk tersenyum, dan malah memaksa Putra untuk bercerita. Mungkinkah sebenarnya selama ini seseornag itu ingin sekali didengar, namun dengan cara yang orang lain tak terpikirkan.

Mungkin saja, maksud seseorang itu memaksaakn Putra bercerita, itu sebenarnya seseorang itu yang ingin bercerita. Namun tiap Putra memaksanya, seseornag itu tidak pernah mau. Selalu tertutup. Selalu mengalihkan topik. Membuat Putra akhirnya lupa dengan pemaksaannya. Atau mungkin...itu semua hanya tipu dayanya saja? Seharusnya Putra lebih peka. Seharusnya Putra terus mekasanya. Seharusnya Putra bisa membuat seseorang itu berverita dan berkeluh kesah padanya. Seperti dirinya berkeluh kesah pada seseorang itu. Namun itu tidak akan mungkin. Karena seseorang itu...sudah tidak ada.

"Ga, gue pengen kabur deh dari rumah. Gak betah gueee"

"Nyokap gue dihina sama si princes, masa iya, gue diem aja?!"

"Gue tau dai butuh waktu, tapi emang harus dia bentak-bentak nyokap gue gitu?"

"Si princes belom bisa damai ama kepergian Emaknya"

"Gue tuh, pengen bantuin dia. Cuman dia nay diem! Gimana coba, gue bantuiiinnn?"

"Gue kira, kalo gue serumah ama si princes, nyokap gue bakal bahagia, dan gue sendiri juga bakal bahagia"

"Gue nginep ditempat lo daahh. Boleh gak?"

"Keknya emang harusnya gue ama keluarganya si princes gak digabung deh, Ga"

Putra menggelengkan kepalanya. Mencoba menghentikan semua suara-suara yang ada dikepalanya. Mempercepat laju motornya. Air matanya tak berhenti keluar dari kedua matanya sejak tadi. Emosinya yang tercampur aduk bergejolak tak bia dijelaskan. Semua kenangan yang telah ia buat bersama Angga dan Shofiya seakan terus berputar dikepalanya. Suara akan tutur katanya, keluh keshanya pada kedua orang tersayangnya itu, terus mengisi indra pendengarannya.

"Maaa. Mama kenapa siihh, baikin si Putri mulu? Mending Mama diemin aja deh. Daripada dia ngehina Mama lagi nanti?"

"Maaa, Mama gakpapa? Tadi kontrol gimana?"

"Mama istirahat dulu aja yaa. Nanti Putra coba ngomong sama Putri"

"Maaa, Mama ngapain beresin barang-barangnya Putrii? Udah, biarin ajaa. Biar anaknya aja nanti yang beresin sendiriii"

"Eh? Mama kok masak? Kan, Putta udah bilang, Mama istirahat duluuu, biar Putra yang masak nantiii"

"Maaa, nanti Putra temenin kontrol ke dokter yaaa"

"Mama beneran gak mau cerita, tadi dirumah sakit ngapain aja?"

"Mamaaaa, minum obat dulu yuukk"

Kepala Putra mulai pening. Cowok itu menguatkan kepalan tangannya pada stang motor. Semakin kuat menggelengkan kepalanya. Memejamkan kedua matanya semakin erat. Semakin besar harapannya untuk menghentikan semua suara-suara dan potongan-potongan kenangannya bersama dua orang tersayangnya itu. Pansangan Putra agak buram karena air mata yang terus bergenang. Kepalanya semakin pening karena kenangan akan masa lalu yang terus menghantui. Kenapa? Kenapa semuanya terasa begitu sakit?

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang