ANCAMAN

2 1 0
                                    

"KOK PECAH???!!!"

"KOK PRCAH???!!!"

Dipagi yang cerah, dibawah gedung dua sekolah yang berdiri kokoh, terdapat sekumpulan anak-anak remaja dimasing-masing dua gedung sekolah itu. Seperti biasa, sekumpulan anak-anak remaja itu berkumpul, mengobrol, dan tengah menikmati sarapan bersama dikantin sekolah yang masih sepi. Alasan yang selalu membuat mereka berkumpul seperti ini ialah karena seketaris terhebat mereka, yaitu Putri Calista, dan Putra Gunawan.

Kedua anggota inti dari kedua organisasi yang terkenal dikalangan masyarakat. Bedanya, seketaris diorganisasi Iris, yang bernama Putri Calista, selalu mengajak sahabat-sahabat tersayangnya itu untuk sarapan bersama dikantin sekolah tercinta mereka tiap ia sedang ada masalah. Baik itu bertengkar dengan Abahnya, ataupun bertengkar dengan lawan debat pertamanya, yaitu seketaris dari organisasi saingan mereka, Putra Gunawan.

Sedangkan seketaris diorganisasi sebelah, Putra Gunawan, cowok itu tidak pernah mengajak sahabat-sahabat tersayangnya itu untuk sarapan bersama. Tak perlu diajak, anggota inti dari organisasi ini memang selalu sarapan bersama dikantin sekolah tercinta mereka. Dan untuk pagi ini, kedua seketaris dari kedua organisasi itu akan membahas kejadian semalam yang menimpa mereka berdua.

Putra dan Putri bercerita bahwa jendela depan kantor organisasi mereka masing-masing itu pecah. Dan laporan itu jelas, membuat sahabat yang lain terkejut dan bingung. Sedangkan yang bercerita hanya bisa mengangkat bahu dehgan santai dan berlagak tidak peduli sama sekali. Bukan, bukan kedua seketaris ini yang berlagak tidak peduli. Tapi hanya salah satu dsri mereka. Yaitu seketaris dsri organisasi Iris. Putri Calista.

"Gak tau juga gue,. Bocil kali iseng ngelempar batu ke jendela kita"
Ucap Putri berlagak tidak peduli.

Dan dengan santainya meletakan batu yang semalam terlempar ke jendela kantor organisasi mereka dimeja kantin. Batu itu masih sama seperti semalam. Terdapat tulisan berwarna merah, yang sedikit terkesan megerikan bagi mereka semua. Tapi kejadian shock itu langsung mencair karena kelanjutan bincangan mereka.

"Lu ngapain- nyimpen batu, Putri Calista?"
Tanya Roy yang awalnya bernada ngegas, menjadi sedikit tenang diakhir.

"Ya, bagus- lah Roy, dia nyimpen batu. Biar ada bukti!"
Jawab Geni bernada sama seperti Roy tadi.

"Ya, tapi- aneh aja gitu, nyimpen batu. Dibawa lagi! Dari kantor, ke rumahnya, terus dibawa lagi sama dia kesini!"
Lanjut Roy lagi.

"Ya, gakpap-pa lah. Ngatur bener lo"
Ujar Geni bernada kesal diawal, dan jutek diakhir. Namun tidak ngegas seperti biasanya.

"Ya, emang nap-"
Ucapan Roy tertahan oleh dirinya sendiri yang seketika menghembuskan napas kasar.

"Emang napa? Masalah buat lo?"
Tanya Roy benar-benar judes. Bukan ngegas seperti biasanya, tapi cowok itu kali ini berkata dengan nada jutek.

Dan semua itu jelas terlihat asing dikedua mata Putri yang selama ini hanya bisa melihat pertunjukan kedua sahabatnya yang tengah bertingkah aneh dan tidak seperti biasanya itu.

"Lu berdua napa dah? Mau ngegas gak jadi-jadi. Emang napa?"
Tanya Putri sambil terkekeh pelan dan melanjutkan meminum teh botolnya.

"Mereka gua kasih tantangan, gak marah-marah, sama gak debat selama sehari"

"Hahahaha!!!!! MUS-TA-HIIIILLLL!!!!!"
Ejek Putri langsung setelah mendapat penjelasan dari Sakra.

"Sini dah, gua jailin aja, biar gagal lo berdua challenge-nya!"
Jail Putri sambil menggulungkan kedua lengan bajunya bersiap-siap meluncurkan aksi.

"Heh! Put! Mending lu lanjut cerita aja deh, ini batu dateng darimana!"
Tahan Tasya menegur Putri sambil menunjuk batu berukuran sedang diatas meja kantin. Membuat raut wajah senyum jahat Putri terhapus seketika.

PUTRA & PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang