Di tengah hiruk pikuk dunia remaja, Sera yang asik dikelilingi teman-temannya mendongak ke belakang saat merasakan bahunya disentuh seseorang.
"Kurona-san?"
Tiba-tiba Aime Kurona yang duduk di pojokan kelas mendatanginya. Mereka jarang bertegur sapa kalau tidak diperlukan, jadi akan sangat canggung kalau Sera mendadak didekati begini.
Sera melirik dua temannya yang terlihat sama herannya sebelum bertanya. "Ada apa Kurona-san?"
"Setelah pulang sekolah apa kau mau jalan denganku, Kazuhito-san?"
" ... eh?" Sera mengerjapkan matanya, lantas terkejut kala dua temannya ikut nimbrung.
"Tidak bisa! Hari ini kami berencana ke Mal!"
"Soalnya Sera yang bayar!"
Mendengar rencana yang mendadak disebutkan itu—bibir Sera terbuka, ia melongok kebingungan. Padahal mereka bertiga tidak membuat janji apa pun hari ini, belum lagi dirinya yang disuruh membayar tuk kesekian kali.
Kurona merengut, terlihat kecewa. "Begitu 'kah? Kau sudah punya janji, Kazuhito-san? Yah, kalau begitu besok saja!"
"Ti-tidak, kok!" sergah Sera cepat dan berdiri dari kursinya. "Kami belum bikin janji apa pun hari ini!" ia berbicara sembari menunduk, terserang gugup.
"Sera?!"
"Kami diabaikan, nih?!"
Sera tersentak, menoleh pada teman-temannya dan memberikan lambaikan kecil. "Bu-bukan begitu!—mu-mingkin, kita bisa jalan lain kali ...."
Lidahnya terlilit. Tiga gadis lainnya memandang Sera yang kikuk dalam diam.
"Oh, begitu. Oke."
"Besok traktirannya harus double."
Dua teman Sera yang duduknya di baris belakang itu akhirnya pergi setelah mengambil kursi orang lain.
"Sepertinya aku melakukan kesalahan. Aku tidak memperhitungkan teman-temanmu." Usai memperhatikan dua gadis itu menjauh, Kurona kembali menghadap Sera. "Maaf kalau mengajakmu tiba-tiba, tapi ada yang kuinginkan darimu."
Sera tersengat, rambut putihnya bergoyang saat menoleh pada Kurona. Apakah perampok hartanya berubah dari yang bermuka dua menjadi preman pasar?
"Ka-kau butuh sesuatu? Itu ... tidak mungkin uang, bukan ...?"
Kurona tertawa kecil, menepuk bahu Sera yang rupanya sangat lemah hingga membuat gadis itu terdorong ke depan. "Ah, maaf. Tapi tenang saja, aku membutuhkan segalanya darimu. Tolong dinantikan, ya?—Kazuhito-san."
Sera Kazuhito termangu, kemudian mengangguk seadanya seraya menunggu-nunggu waktu yang Aime Kurona janjikan sepulang sekolah. Saking penasarannya, gadis itu berakhir melamun selama pelajaran dan kehilangan ilmu yang diterangkan.
"Kau terlihat tidak fokus, Kazuhito-san."
Sera meremas-remas jari tangannya. Dari balik kacamata hitam, ia melirik Kurona yang menawarinya minuman kaleng, tetapi masih belum diterimanya.
"Papa melarangku makan-minum sembarangan, maaf ...."
Sontak Kurona menarik kembali pemberiannya dan menggelengkan kepala. "Harusnya aku yang minta maaf. Aku lupa memikirkan aturan di keluarga orang lain."
"Tidak apa-apa ... terima kasih sudah mengerti. Ta-tapi kalau bisa, boleh 'kah aku menyimpan pemberianmu ...?"
Kurona menoleh, menaikkan sebelah alisnya ketika memperhatikan ekspresi gugup Sera. "Kalau cuma dipajang, lebih baik aku saja yang meminumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...