"Apa yang kau bicarakan? Salah satu muridku berkhianat?"
Pintu lift terbuka, kamarku berada di dekatnya. Selagi menyeret koper, Eraser Head pun menungguku menjawab pertanyaannya.
"Itu benar. Nanti akan saya beritahu informasi lainnya, kalau bisa ajaklah Present Mic-sensei juga." Aku tersenyum tipis, menatap Eraser Head yang tercengang. "Anak itu seseorang yang tidak pernah Anda perkirakan. Tapi sebelum itu, izinkan saya menyusun barang saya terlebih dulu sebelum memberitahu Anda."
Pada akhirnya Aizawa-sensei setuju dan memutuskan menunggu. Aku lekas membereskan baju rumah yang tidak seberapa, sementara itu figura berbagai macam foto kuletakkan di atas meja.
Aku termenung di atas ranjang, menatap langit kamar. Setelah mengantarku kemari, Tsukauchi-san segera mempersiapkan operasi pengepungan kota Deika di mana terdapat Pasukan Pembebasan di dalamnya.
Dan sepertinya Liga Penjahat tidak sempat berhubungan dengan Pasukan Pembebasan, yang mana membuatku sedikit lega. Karena ketika mereka menghadapi pasukan yang berisi ratusan ribu pendukung tersebut, beberapa anggota malah bertambah semakin kuat.
Semua penjahat harus ditangkap sebelum meningkat ke taraf berbahaya. Dan jangan sampai aku meloloskan All For One hingga pria itu mengacaukan dunia dengan membebaskan para tahanan Tartarus seperti yang sudah terjadi di waktu lainnya.
Tapi sebelum itu ... "Aku harus mandi."
Aku melepaskan blazer sekolah lama, berjalan keluar kamar dan memasuki lift menuju kamar mandi dengan membawa handuk dan baju ganti. Tiba di lantai bawah, tidak kusangka para murid masih duduk di ruang tamu, mereka terlihat berbincang serius.
"Oh! Dia datang!"
Aku tercengang ketika seluruh kepala menoleh padaku.
Ah. Mereka penasaran.
"Ada apa?" tanyaku, mendekati Izuku.
Izuku mengepalkan tangan, menjelaskan. "Mereka mengira Ai-chan sebagai putrinya Aizawa-sensei! Padahal sudah kubilang kalau kau bukan!"
Aku menatap mata yang penuh binar harap, sebagian mereka benar-benar mengira kalau aku putri Eraser Head. Sontak aku tertawa, menolak sangkaan mereka.
"Ahaha! Mana mungkin! Aku cuma tokoh ekstra yang numpang lewat, kok!" Aku melirik si landak pirang, menyebut namanya dengan sengaja. "Kau setuju, bukan?—Katsuki."
Katsuki balas melirik, mendengkus. "Jangan bercanda di saat orang lain serius."
"Eh? Kulihat kalian tidak sedang serius." Aku tersenyum tipis, menyadari Katsuki berperasa buruk dan tidak ingin diajak bercanda. Jadi aku mengalihkan pembicaraan, "Oh, iya. Ada yang bisa memberitahuku letak kamar mandi? Aku ada janji dengan Aizawa-sensei setelah ini."
"AKU! AKU! BIAR—AAARGH!"
Aku menoleh ke belakang, menatap murid berkepala anggur yang sudah tepar. Lalu datang seorang murid perempuan berambut hijau, disusul gadis-gadis lainnya.
"Kami akan mengantarmu, Aime-chan!"
Aku termangu, lantas mengangguk. "Terima kasih, Asui-san."
"Panggil Tsuyu-chan juga tidak masalah."
"Baiklah ...."
Kemudian gadis-gadis lain memperkenalkan diri mereka padaku. Mereka menemaniku mandi sembari melontarkan berbagai macam pertanyaan. Cuma obrolan basa-basi sosial, seperti kesukaan.
"Hnggg ... aku pikir, aku tidak punya kesukaan yang khusus. Aku suka semua hal."
Di dalam bak mandi tanpa merasa terganggu oleh kehadiran mereka, aku membiarkan diriku yang bertelanjang dikelilingi orang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...