Sera mengangkat kedua tangannya ke atas dan memejamkan mata, menikmati peregangan yang dilakukan kelas olahraganya.
Entah mengapa hari ini Aime tidak masuk, jadi dengan terpaksa Sera melakukan semuanya sendirian. Meskipun gugup karena tak terbiasa, Sera mulai bersikap positif dan membatinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Hubungannya dengan dua gadis yang Aime panggil 'pengemis' itu juga berakhir santai, tak ada apa pun setelah Sera menepati janji dan mentraktir mereka. Namun sepulang sekolah, untuk pertama kalinya Sera berkunjung ke apartemen Aime yang diperolehnya melalui cara ilegal.
Seorang wanita membukakan pintu untuknya. "Lho? Temannya Aime?"
Mata Sera membola sebelum dehaman Nanny menyentaknya. "Se-selamat sore! Saya Kazuhito Sera!" ia memperkenalkan diri.
"Ooh?" Wanita itu menaikkan sebelah alisnya sebelum tersenyum. "Aku Karin, ibunya Aime. Masuklah!"
"Yah, pasti Nak Sera ke sini karena ingin tahu kabar Aime, bukan? Anak itu saat hendak berangkat sekolah tiba-tiba saja dijemput polisi."
Sera terkejut, tetapi berusaha menyembunyikan hal yang ditahunya dengan susah payah. Setelah mendengar perkataan ibu temannya yang terlihat tidak tahu apa-apa itu, seketika membuat Sera khawatir jika Aime juga menyembunyikan kegiatan mereka dari keluarganya sendiri. "O-oh, begitu 'kah?"
"Dia tidak mungkin terlibat narkoba atau semacam—"
"Tentu saja tidak!" sahut Sera. "Ai-chan yang berjiwa pahlawan mana mungkin ikut begituan!" tambahnya.
Dalam sekejap Sera menyadari raut wajah menyeramkan Karin, yang entah mengapa membuatnya merinding dan segera mengunci mulut. Ekspresi wanita yang menyediakan camilan untuknya itu terlihat suram, seperti dipenuhi kebencian luar biasa mengerikan.
"Sepertinya kalian teman dekat, memang tidak salah ingatanku saat melihat foto kalian di atas mejanya."
Sera menahan napas, menundukkan kepalanya. Nanny menunggu di luar, sementara dirinya gemetaran di atas bantalan. Jam menunjukkan pukul lima sore, dan Aime masih belum memunculkan diri.
"Ah, benar. Namamu Kazuhito, aku jadi teringat akan kuil yang baru-baru ini terkenal karena kedekatannya dengan jemaah." Karin menyilangkan kaki, meletakkan tangan di atas lutut sembari menatap Sera yang menunduk. Wanita itu mengangkat dagunya, memberikan pertanyaan. "Apa yang kalian lakukan?"
Seketika Sera termenung. Memang apa yang mereka lakukan? Cuma menjadi pahlawan normal! Apakah Sera mengatakan sesuatu yang salah hingga membuat Karin terlihat begitu mematikan? Ditambah lagi ia sama sekali tidak mengungkit bakat pengulang waktu milik Aime.
"Aku pulang, Ibu!" Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar, Aime muncul ngos-ngosan. Di belakangnya ada Tsukauchi, pelaku yang menjadi pengantar-jemput Aime hari ini. "Ada Sera juga!" serunya dengan keceriaan dipaksakan.
Sera lekas berdiri, membungkuk pada Tsukauchi yang ikut masuk demi menyapa Karin.
"Selamat sore, Nyonya. Maafkan saya baru mengantar pulang Nak Kurona."
Tsukauchi membungkuk dengan topi di depan dada. Hanya itu, tidak ada kejelasan lanjutan sebelum izin pamit mengundurkan diri.
Yang Sera ingat selanjutnya cuma kepergian Karin menuju kamar sebelum mengatakan, "Pahlawan akan mengkhianati kalian."
Dan ketidakhadiran Aime dua hari ini.
Ai♡
jangan dipikirkan.
ibuku membenci pahlawan,
dan aku tidak bisa
mengabaikan perasaannya.
bersabarlah selagi aku
berusaha kembali untukmu.Sera termenung di bangku halaman sekolah, menatap langit kehitaman dari balik kacamatanya.
"Seharusnya aku tidak ke sana ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...