Aime Kurona #6

89 27 0
                                    

Tetapi Aizawa-sensei tidak masuk kelas, digantikan oleh pahlawan lain. Aku juga tak hadir di jam terakhir, bolos untuk mengurus kuil.

Aku keluar bank dengan membawa uang di tangan, berisi uang pembelian hak kuil. Tetapi siapa sangka, seseorang mengincar koper anak SMA yang tidak bisa dipastikan isinya.

Aku tercengang ketika sadar bahwa tak ada apa pun di tangan kananku selain udara hampa. Lekas aku menahan napas, mencari-cari sosok pencuri yang dapat kukira-kira pelakunya.

Dan dapat!

Dengan waktu yang terhenti, aku memutar arah dan berlari mendorong tubuh tinggi Mr. Compress hingga dia tersungkur, sementara aku menindihnya.

Mr. Compress tidak memakai kostum penjahatnya, meski begitu aku mudah mengenali wajahnya.

"Apa—bagaimana kau bisa tahu?!"

Waktu kembali berjalan ketika aku menyentuh orang lain, jadi aku yakin Mr. Compress sangat terkejut akan kemunculan mendadakku.

Sejujurnya Mr. Compress termasuk ke dalam penjahat-pahlawan. Dia mencuri demi orang lain. Sayangnya dia sudah ditetapkan sebagai anggota Liga Penjahat, maka dari itu aku harus menangkapnya dan memberikan efek jera sebelum mereka berbuat lebih jauh terhadap masyarakat.

Aku menekan tombol darurat dari dalam saku blazer, memberitahu Tsukauchi agar mengirimkan bala bantuan.

"Apa kau tidak merasa bersalah karena sudah mencuri harta anak yatim, Mister?"

Di trotoar jalan, kami menjadi pusat perhatian. Belum lagi aku memakai seragam SMA UA, yang mana semakin menambah ketertarikan orang-orang.

"Menjauh dariku dulu, baru aku kembalikan!"

"Punggung tuamu sulit menahan beratku, ya?"

"Kau benar! Jadi tolong menjauhlah!"

Aku merengut, beralih dari atas tubuh Mr. Compress seraya memegang kerah lehernya. "Jangan kabur, atau kukejar sampai ke alam seberang."

Mr. Compress hanya duduk diam, dia yang memakai topi tinggi dan masker hitam pun menyerahkan bola berwarna biru muda ke tanganku yang sudah menengadah.

"Nonaktifkan bakatmu. Aku bakal mengeceknya."

Mr. Compress berdecak. "Iya, iya."

Kemudian Mr. Compress menjentikkan jari, dan muncullah tas koperku. Sebelum mengintip isinya, aku mengaitkan kaki kami yang sama-sama duduk di atas trotoar agar dirinya tak bisa kabur ke mana-mana.

"Astaga, Nona! Aku tidak akan menipu anak yatim, sumpah! Jadi lepaskan kakimu!" bisiknya, penuh penekanan.

Aku mengangkat bahu, pilih abai dan segera memeriksa isi koper. Untungnya itu aman dan tidak berpindah posisi sedikit pun karena isinya lengkap.

Aku mendesah lega, melepaskan kaitan kaki kami dan bangkit dari jalan. Kulirik Mr. Compress membersihkan celananya, lalu membenarkan posisi topinya.

Selanjutnya kutahan lengan baju Mr. Compress, menunggu agen terdekat. Setidaknya mengirim Polisi yang berjaga di Bank juga tidak masalah, yang penting ada borgol dan kekuatan dahsyat untuk menghilangkan kesadaran.

"Ada apa, Nona?" tanyanya, menyadari jariku mencengkeram lengan bajunya.

Aku terdiam, melirik sekitar sebelum menarik Mr. Compress menuju jalan kecil.

"Nona?"

Aku mendongak, melepaskan pegangan setelah menyadari ada agen yang datang ke lokasi kami. "Apa yang kau lakukan di Musutafu? Seingatku markas kalian di Kamino?"

TiME COLLAPSE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang