Aku membawa koper berisi kostum pahlawan dan senjataku bersama Tokoyami menuju stasiun. Kami ke Kyushu, mendatangi agensi Hawks untuk magang.
Sejujurnya, aku tidak mau bertemu Hawks. Masih tak suka. Jengkel. Soalnya dialah yang sudah membunuh Twice. Tetapi di waktu sekarang, Hawks tidak membunuh dan Twice masih hidup. Jadi aku putuskan mencari pandangan baru.
"Yah! Selamat datang kembali, Tokoyami-kun! Dan selamat datang, Kurona-san!"
Aku membungkuk sopan, berterimakasih karena sudah diizinkan magang.
"Santai saja! Aku sudah tahu tentangmu, jadi kau boleh melakukan sesukamu!" Hawks tertawa sok akrab, dan aku tak pernah suka dengan perilakunya yang membuatku teringat akan diri sendiri itu.
Aku melirik Tokoyami yang sedang menatapku, kemudian kembali pada Hawks yang tidak tahu malu.
"Mohon bantuannya, Hawks-san."
Hawks tertawa, melambaikan tangan. "Dibawa santai saja, ya! Akan kuajak kalian patroli sebagai sambutan!"
Ini semakin menyebalkan.
Aku pun memakai kostum di ruang ganti, sekadar kimono bunga yang terbuat dari bahan terbaik, sementara senjata yang kumiliki ialah pistol yang disembunyikan dalam kerah pakaian.
Aku berjalan menggunakan sandal kayu, yang menimbulkan bunyi di lorong hingga dalam sekejap sudah membuatku mendapat perhatian.
"Oh? Kau anak magang UA, ya? Kudengar kau murid baru di jurusan pahlawan!"
Seorang pahlawan menegurku, menyapaku.
Aku mengangguk, tersenyum. "Nama saya Kurona Aime, mohon bimbingannya."
Kemudian Tokoyami menyusul, dia memandangku bingung. Mungkin, mengira kostumku bakal seberguna apa jika disatukan dengan quirkku. Kelas 1-A sudah tahu mengenai quirk penghenti waktu, tapi belum tahu dengan pengulang waktu (selain Shoto).
"Mari berkeliling," ajak Hawks.
Begitu kami keluar dari kantor agensi, Hawks yang mencolok mudah sekali dikerubungi masyarakat. Tetapi Tokoyami tak kalah populer, aku tersingkirkan ke pinggiran dan mengikuti dalam diam.
"Kau anak magang juga?"
Lagi-lagi seseorang menegurku. Aku menoleh ke kanan, mendongak dan memberikan anggukan.
"SMA mana?"
"Yuuei," jawabku.
"Serius?!"
"Aku baru pertama kali melihatmu!"
"Bukankah anak magang biasanya jurusan pahlawan? Itu artinya kau jurusan pahlawan?"
Sekarang yang mengerumuniku bertambah. Aku hanya bisa terkekeh dengan sopan dan membalas setiap pertanyaan mereka seadanya.
"Saya tidak ikut festival olahraga, oleh karena itulah tidak terlihat di mana-mana. Dan iya, saya jurusan pahlawan."
"Lalu nama pahlawanmu—apa?"
Aku tersentak. "Itu ... Taime."
"Time dalam bahasa Jepang, ya?"
"Iya."
"Sepertinya nama pahlawanmu berhubungan dengan quirkmu, ya?"
"Iya."
"Lama tidak bertemu ... Ai-chan?"
Mataku melirik ke kiri, pada perempuan pendek yang tersenyum amat lebar, yang sedari tadi mengeluarkan pertanyaan.
Toga Himiko ...?
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...