Aku tidak ingin peduli, sumpah.
Lagi pula apa yang dilakukan polisi, sih? Mereka mengikutiku? Tidak seharusnya mereka ikut campur sebelum aku beri komando.
Aku mendesah, lantas berdiri untuk membisik.
"Tapi Shigaraki, nanti pemilik toko tidak memperbolehkan kita nongkrong di sini lagi. Soalnya warungnya bakal dicap sebagai tongkrongan penjahat."
Shigaraki terdiam, melirikku dengan pandangan ragu. Setelahnya dia mendengkus, berniat bersembunyi bersama Toga sebelum kutawarkan membawa mereka ke ruang waktuku.
"Barangmu cuma itu, kan?" tanyaku.
Shigaraki mengangguk, menyimpan ponselnya dalam saku celana.
Aku ikut mengangguk, lalu menggenggam satu jari Shigaraki dan menautkan tangan bersama Toga, serta menahan napas.
Waktu pun berhenti. Toga-chan berbicara antusias ketika kami berjalan di antara orang-orang yang membeku, sementara Shigaraki cuma terdiam kaku.
"Pantas saja kau diinginkan para pahlawan, Ai-chan! Quirk-mu sangat mengagumkan!"
Tanpa mampu memberikan jawaban, aku cuma tersenyum tipis dan membuang muka usai Toga mengulang kebohonganku tempo lalu.
"Bagaimana kalau kau antar kami ke markas?! Kita bakal lebih aman kalau sudah di sana!"
Aku menaikkan sebelah alis, menyikut Shigaraki yang ada di kiri.
"Diamlah, Toga."
Dan Toga membalasnya dengan tertawa-tawa.
"Apa di sini sudah cukup jauh?" Aku bertanya, mengembalikan waktu kami bertiga di pinggir jalan yang penuh oleh pejalan kaki. "Kupikir di sini lebih mudah membaur."
Shigaraki melepaskan genggamanku, kemudian pergi lebih dulu. "Kita pergi, Toga."
Mau tak mau Toga-chan menyusul. "Bye-bye! Ai-chan!"
Aku termangu, merengut.
Sepertinya polisi beroperasi tanpa perintahku. Tebakku, mereka sudah berhasil menangkap Spinner.
Pada akhirnya aku cuma bisa main sebentar dengan Shigaraki. Jadi aku memutuskan mampir ke toko optik untuk membeli lensa mata dan melanjutkan perjalanan menuju istana Kazuhito.
Rasanya sudah lama tidak berjumpa Sera. Kami lebih sering berhubungan melalui ponsel karena aku menghindari pertemuan di kuil. Sebentar lagi Ren akan berkhianat, sudah pasti bakal ada mata yang mengawasi kegiatan kami. Ditambah lagi Toga-chan memiliki darahku, dan darah Ren agar dapat meniru sosoknya.
Keesokan paginya sepulang dari istana Kazuhito, aku kembali melanjutkan pencarian manusia quirkless yang berada di sekitar Sera. Sisanya kuserahkan pada bawahan Tsukauchi-san, mencari si tanpa bakat di wilayah lainnya.
Dan itu beres dengan cepat. Sera juga sudah kuhubungi kalau akan ada orang baru yang bergabung.
"Tapi, ya—kenapa aku seperti melupakan sesuatu?"
Di kursi Aoyama, aku mengetuk meja dengan jari telunjuk sembari menopang dagu menatap Katsuki. Tetapi dia sama sekali tak membangkitkan ingatan yang kuinginkan, jadi aku beralih menuju Shoto dan mengerutkan kening, membuat beberapa anak yang menghalangi pandanganku berakhir balas memperhatikanku. Mereka terlihat salah tingkah, sementara ingatanku mulai terkumpul.
Rumah sakit.
"Ah ...," desahku, lantas mengusap mulut dengan perasaan dungu. "Dokter Ujiko."
Aku melirik All Might yang mengajar kepahlawanan di depan kelas. Tampilannya terlihat dalam stamina sempurna, masih memiliki sisa One For All di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...