Mata Sera ditutup oleh sebuah tangan ketika tembakan dilancarkan. Gadis itu takut dan bingung, tetapi setelah sadar bahwa ada Aime bersamanya membuat Sera tenang meski sedikit.
"Ap—apa-apaan ...?"
Nama penjahat, Dabi. Kekuatan api birunya sangatlah kuat. Tetapi dengan peluru yang baru saja Aime tembakkan, lelaki itu akan kehilangan quirknya untuk sementara.
"Sekarang!" teriak Aime, dan bermunculanlah rombongan polisi demi mengamankan Dabi.
"Kenapa bisa tahu aku ke sini? Apa yang kau lakukan pada quirk-ku?" tanya Dabi, dibekukan oleh kerja sama para polisi.
Sera merasakan Aime memeluknya sangat erat sembari mengucapkan permintaan maaf hingga membalas pertanyaan sang penjahat.
"Kau penguntit Endeavor, mana mungkin tak datang kemari setelah tahu ayahmu ke sini, bukan?" Aime berniat menyerahkan Sera ke polisi usai mengelap air mata gadis albino tersebut, tetapi malah air matanya sendiri yang terjatuh kala mendapati Dabi yang tercengang.
"Maaf. Di kehidupan selanjutnya, kuusahakan kalian tak menderita."
Sera termangu, memperhatikan Aime dan Dabi yang bertatapan asing sebelum mereka diharuskan berpisah agar pulang ke rumah masing-masing.
Sera tahu, ada banyak hal yang tidak ia ketahui mengenai Aime. Seperti, santapan atau warna kesukaan sang kawan. Aime terlihat tidak pilih-pilih, dan itu menjengkelkan karena Sera jadi tak tahu banyak tentangnya. Padahal sudah cukup lama mereka bersama, bukan? Mengapa masih terasa jauh jarak di antara mereka berdua meskipun Aime memberi kepercayaan pada Sera?
Sera memeluk dirinya sendiri, menutupi seluruh tubuh dengan selimut. Perasaan takut akan berhadapan dengan penjahat itu telah sirna, tetapi takut tidak tahu apa-apa mengenai sahabatnya benar-benar membuat sakit hati dan kepala.
Aime Kurona, sosok teman yang datang tidak diundang. Sera menyayanginya, sumpah. Soalnya, hanya Aime yang membawa kesenangan terhadapnya.
Sera memejamkan mata, membayangkan waktu di mana dia dan Aime dapat menghabiskan waktu bersama. Hingga esok, dan hari berikutnya terasa begitu hampa karena cuma melakukan hal yang sama meskipun dengan orang baru lainnya.
Sudah lengkap tujuh manusia tanpa quirk yang mengikuti kegiatan kuil. Sera, Ren, dan Kei. Ditambah sepasang suami istri, satu anak kecil, serta seorang kakek tua.
"Selamat pagi, Teman-teman!" Sera datang ke kuil membawa banyak minuman hangat. "Sepertinya kalian menikmati waktu ini dengan berbagi berbagai macam kisah, ya?"
Sera menyerahkan sarapan di akhir pekan seperti biasa.
Sudah dua bulan sejak penangkapan Dabi dilakukan, hingga dia sering mendapat berita bahwa anggota Liga Penjahat yang tersisa hanyalah Himiko Toga, Tomura Shigaraki, dan All For One. Untungnya masa kejayaan All Might masihlah berdiri kokoh sembari masyarakat menyambut musim dingin dan tahun baru. Selain itu, Sera sama sekali tak pernah membicarakan tentang Aime pada empat anggota baru. Meskipun mereka dibawa kemari oleh Aime, tetap saja keempatnya tak tahu apa-apa mengenai gadis tersebut. Mereka cuma dimintai tolong untuk belajar sihir ke kuil Kazuhito yang terkenal sangat tenteram sambil menunggu kejahatan bangkit. Awalnya mereka tidak mau, takut dan tidak percaya diri, tetapi setelah benar-benar melihat bahwa diri mereka yang tidak memiliki bakat malah mampu mengeluarkan sihir, semuanya jadi bersemangat.
"Begitulah! Kami berusaha mengakrabkan diri!" jawab Ren yang memberikan high five pada seorang bocah laki-laki.
Seperti yang sudah Sera katakan, dia dan enam orang lainnya saat ini berkumpul demi meningkatkan kekuatan Penghalang yang bisa mereka ciptakan sembari menceritakan pengalaman atau kegiatan masing-masing. Memang agak aneh berbagi kisah dengan orang berbagai macam usia, tetapi menghadirkan suasana baru terasa menyenangkan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...