Empat manusia yang sedang sarapan di taman komplek dekat apartemen Aime itu merengut dalam.
"Kenapa roti ...?" Aime menatap horor pada roti di tangannya.
Ren melirik rotinya setengah hati. "Aku mau makan nasi."
"Memangnya kita orang Barat?" cibir Kei.
"Ma-maafkan aku, tapi tolong jangan mengeluhkan makanan ...."
Tiga orang yang merasa tidak puas dengan sarapan mereka berakhir meneguk ludah karena tidak enak hati mendengar ucapan Sera. Mereka pun memakannya dalam diam usai berterima kasih pada pelayannya Sera yang membawakan makanan.
Sera dan Aime duduk di ayunan, sementara Ren dan Kei duduk di permainan jungkang-jungkit.
"Tersisa empat orang quirkless yang kubutuhkan, jadi aku akan melanjutkan pencarian sebelum ada yang mengetahui rencana kita."
Sera menoleh, menatap Aime yang sekarang menjadi pusat perhatian dari dua orang tanpa bakat lainnya. "Empat? Itu artinya kau ingin mengumpulkan tujuh orang?"
"Tepat. Aku menganggap kalian sebagai dewa, lho?" Aime mengerutkan hidungnya, kemudian memberikan jempolnya sembari tertawa dipaksakan. "Dewa tujuh keberuntungan, ahaha!"
Kei memutar bola matanya, sedangkan yang lain cuma bisa ikut tertawa seadanya.
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan?" tanya pria itu.
Kini Aime mengubah ekspresinya menjadi serius. "Mengalahkan musuh besar Dewa, yaitu 7 Dosa Kematian."
Sontak Ren tertawa semakin terbahak-bahak. Kei sudah berdecak jengkel, sementara Sera hanya terdiam dengan kepala berisi berbagai pertanyaan, memikirkan maksud dari ucapan Aime barusan.
Apa itu 7 Dosa Kematian?
"Nona Kurona benar-benar seorang Chunibyou," bisik Choco yang sedang menyimak di perosotan.
Aime mendengarnya, tetapi mengabaikannya. "Aku serius. Dunia sedang menghadapi masalah besar, dan para pahlawan semakin tertekan. Cuma kalian yang bisa membantu mereka dalam mengalahkan All For One."
"Dan siapa 'kah 'All For One' ini? Namanya terdengar konyol." Kei menelan rotinya dengan tidak mood. Dirinya yang sebulan lalu menginjak kepala tiga diharuskan menghadapi permainan bocah-bocah konyol, jadi mana bisa ia berprasangka baik terhadap kegiatan tidak jelas tersebut.
"All For One adalah seseorang yang mampu mencuri dan membagikan quirk sesuka hatinya."
Tetapi jawaban Aime yang lugas dan serius itu membuat semua tubuh menegang. Terkecuali Nanny, tiga orang yang menyimak omongan tersebut saling melirik sebelum terkekeh canggung satu sama lain.
"All For One itu musuh All Might. Aku dan Sera sudah pernah bertemu All Might." Aime lalu menoleh pada Sera yang tersentak, mengingatkan pertemuan keduanya dengan All Might beberapa minggu lalu. "Sosok All Might yang kurus itu akibat pertarungannya dengan All For One."
Sera meneguk ludah, mengembalikan ekspresi horornya menuju Ren dan Kei yang tercengang walaupun tidak mengerti pembicaraan dua orang tersebut.
"Ba-bagaimana kalau kita go home?" tanya Ren, merasa tidak beres melihat wajah Sera yang murung.
"Ide bagus," sahut Kei, berdiri bersama Ren dari jungkang-jungkit. "Mana mungkin ada manusia sehebat itu."
Sera menutup mulut meskipun kepalanya mengangguk setuju.
Mereka ketakutan dan berusaha menghindar karena sudah berada dalam fase percaya terhadap penjelasan Aime yang super serius barusan.
Sebelum semuanya pergi, Aime memberikan ujaran penutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...