"Apa kau membenci pahlawan?"
Sera menahan napasnya ketika rasa takut itu menjalar ke seluruh tubuhnya, padahal bukan dirinya yang mendapat pertanyaan tersebut. Ia yang gemetaran melirik tangan kekuningan yang menggantung pada bahu sang kawan, hendak menepisnya kalau saja Kurona yang terlihat santai itu menghalangi paniknya.
"Aku suka All Might."
" ... cuma All Might? Stain, bagaimana?"
"Stain, ya? Dia cuma manusia kurang kerjaan yang suka ikut campur akan pilihan hidup orang."
"All Might ... apa kau ingin menjadi seperti dirinya?"
"Mana mungkin!" Kurona terkekeh paksa, menoleh pada Sera yang menunduk penuh perhatian untuk mendengarkan obrolannya. "Tapi aku dan temanku yang tidak punya quirk ini bercita-cita jadi sukarelawan, sih. Setidaknya membantu orang-orang yang enggan ditolong masyarakat maupun pahlawan."
Rasanya Sera dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri ketika penjahat di sebelah Kurona itu tidak memberikan balasan.
Shigaraki cuma diam, memikirkan ucapan gadis asing di sampingnya. "Konyol," balasnya, menarik kembali tangannya dan memasukkannya ke dalam kantong jaket. "Semoga berhasil."
Kurona dan Sera secara mendadak menoleh pada Shigaraki, tak bisa menyembunyikan raut bahagia maupun kecanggungan mereka.
"Terima kasih! Anda baik sekali!" ucap Kurona, terdengar amat tulus. Mau tak mau Sera mengikuti langkahnya, berucap terima kasih dengan suara kecil. Namun Shigaraki tidak menjawab lagi, membuat Kurona memutuskan mengajak Sera untuk pergi.
"Sudah kubilang, bukan? Akan ada orang yang mengerti kita meskipun tampilannya payah!"
"Ta-tapi penampilan kita juga payah ...."
"Kalau begitu kita bertiga super payah? Ahaha!"
Keduanya menjauh, meninggalkan Tomura Shigaraki yang pernah menyerang SMA UA dan kota Hosu.
Sera sudah mengingatnya sekarang, lelaki asing yang Kurona kenali rupanya penjahat terkenal. Di masa lalu, hubungan atasan-bawahan seperti apa yang terjalin di antara mereka? Apakah ke jalan yang baik, atau malah sebaliknya? Namun yang terburuk, jika Kurona tahu masa depan akan seperti apa—mengapa gadis tersebut tidak berusaha menghindarkan apa yang terjadi pada UA? Bahkan penyerangan penjahat itu mengincar kelas 1-A di mana terdapat teman masa kecil Kurona di sana.
Sera memandang Kurona yang membeli minuman, wajah itu terlihat lebih hidup sejak pertama kali mereka berkenalan.
"Aime-san," panggil Sera setelah mereka memasuki toko aksesoris dan mencari benda berkilauan di pojokan. "Hubungan seperti apa yang kalian pernah jalin di masa lalu?"
"Hngg?" Kurona menoleh, kemudian membuka mulutnya. "Ah, mungkin maksudmu jalan yang kami pilih, ya? Itu artinya kau sudah tahu identitas orang tadi. Aku bergabung dengan mereka."
"Apa?!" Sera memekik, memundurkan langkah saking terkejutnya. "Ka-kau bercanda, kan ...?"
"Aku serius, Sera-san. Kau pasti mengerti kenakalan remaja, dan aku termasuk ke dalamnya. Tapi aku tidak pernah menyesalinya, karena aku bisa mengulang kembali waktu dan memperbaikinya."
Sera menatap pantulan mereka di cermin, melirik ekspresi serius Kurona kala memasang gelang mutiara berwarna putih di pergelangan tangannya. "Tidak bisa dipercaya ...," lirihnya.
"Tidak apa." Kurona melepas gelangnya, mengembalikan ke tempat asal dan mengambil topi ember putih sebelum memasangnya di kepala. "Kau berhak terkejut dan sulit mempercayaiku, tapi beri aku kesempatan memperbaikinya demi dunia yang lebih baik untuk kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...