- 12 -

101 29 0
                                    

Sera berjalan menuju kuil bersama Choco, sementara Aime masih di sekolah untuk jadwal membersihkan kelas dan membantu guru. Di depan gerbang torii, keduanya berhenti sejenak untuk membungkuk sebelum mulai melangkahkan kaki menaiki anak tangga.

Di kuil ini cuma berisi tiga agen Kazuhito yang ditugaskan memberi laporan, sisanya ialah orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Ada banyak orang yang memanjatkan doa, tidak lupa mereka yang memberikan bantuan secara cuma-cuma demi membangun hubungan dengan masyarakat lainnya. Sera tidak pernah merasa sesenang ini karena melihat senyuman orang lain sebelumnya, tentu saja selain momen senyuman penyelamatan All Might. Dan jangan lupa senyuman lembut Aime, yang terkadang ditujukan pada dirinya maupun orang-orang berarti bagi sang teman.

Sementara menyucikan diri, Sera melepaskan kacamata hitamnya sebelum dipakai lagi usai berdiri tenang di belakang orang lain. Ini kali pertama ia merasakan antrian panjang sejak berdoa di kuil. Namun dengan hati girang gadis berambut putih itu menunggu giliran, menggoyangkan bahunya ke kanan dan kiri hingga membuat Choco tersenyum.

"Meskipun seorang Chunibyo, tidak saya sangka Nona Kurona akan membawa perubahan sebesar ini pada Anda."

Mendengar penuturan Choco membuat Sera menoleh, lalu terkekeh. "Ai-chan bilang semua orang bisa jadi pahlawan tanpa perlu mengalahkan penjahat! Aku senang mendengarnya!"

Choco membalas kekehan itu dengan mengusap kepala sang Nona. "Syukurlah."

Ketika giliran keduanya tiba, masing-masing dari mereka mengambil koin dari kantong dan melemparkannya ke tempat yang disediakan. Sera menyatukan kedua telapak tangan dan memejamkan mata, dan entah mengapa malah teringat dengan sesuatu usai merasakan kegelisahan. Pikirnya, kuil ini harus ditambah lonceng.

Setelah berdoa—yang Sera tidak ingat memanjatkan apa saat memejamkan matanya, keduanya kini duduk di pot marmer sambil menyesap permen buatan koki di kediaman Kazuhito. Mereka memperhatikan pengunjung yang membeli suvenir. Sejujurnya Sera menolak ide penjualan tersebut, tetapi Aime memarahinya dan mengatakam bahwa 'gratis itu juga ada batasnya, kalau melebihinya bisa berbahaya, orang-orang akan menormalisasinya dan mulai mengecap jelek kuil lainnya'.

Sungguh bijak, Ai-chan! Sera mengepalkan tangan dengan bibir gemetaran menahan senyuman.

"Sera-sama ...!"

Melihat Sera cengengesan, Choco memberikan teguran hingga membuat gadis itu terkejut dan segera menjelaskan kalau dirinya cuma memikirkan perkataan keren Aime. Itu berhasil membuat Choco tertawa sebelum keduanya saling memandang heran ketika didatangi seseorang.

"Sorry, apa aku mengganggu?"

Choco berdiri lebih dulu dari Sera, berdiri di antara mereka. "Anda perlu sesuatu?" tanyanya.

"Ah, that's ...," Gadis asing itu menggaruk pipi kanannya, melirik Sera yang dengan sengaja dihalangi oleh Choco. "Aku ingin berkenalan dengan kakak itu."

Ucapan itu membuat Sera tersentak, lekas ia mengintip dari posisi duduknya.

"Perkenalkan dirimu terlebih dahulu," tegur Choco.

Gadis asing tersebut kebingungan, melirik sekitar dengan gugup. "But ... bagaimana caraku memperkenalkan diri kalau lawan bicaraku tidak bisa kulihat ...?"

Sera membatin pasrah. Dia benar, Choco. Namun Sera tidak bisa membiarkan orang yang asal-usulnya tidak jelas untuk mendekatinya, kecuali berada di dalam lingkungan sekolah. Itu peraturan penting di keluarga Kazuhito, tidak bisa Sera abaikan begitu saja.

Untungnya kedatangan Aime yang dirasa tepat waktu mengembangkan senyuman Sera.

"Kalian sudah berdoa?" tanya Aime, yang diangguki Sera dan Choco. Ia kemudian mengalihkan pandangan pada sosok mencolok di depan Choco. Rambut sebahu warna ungu, coker hitam, anting bibir, lalu jarinya ....

TiME COLLAPSE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang