- 05 -

125 33 0
                                    

Sera mengikuti langkah pasti Kurona menuju penjahat yang ditunjuk sang kawan. Namun ke mana pun mereka berdua pergi, tak akan lepas dari perhatian hanya karena berbeda penampilan. Awalnya ia merasa malu karena terus ditatap orang-orang, tetapi melihat teman barunya bersikap santai maka membuatnya ikut rileks.

Semoga dia tidak berbahaya, batin Sera. Namun tujuan mereka harus terpaksa berhenti, mendadak saja Kurona disapa seseorang. Sera menoleh, bahkan penjahat yang diincar Kurona pun juga memandang si pemanggil, seolah mengenal suara tersebut.

"Ai-chan!"

Sayangnya leher Kurona membatu. Gadis itu tidak menoleh sedikit pun, melainkan tetap memandang lurus ke depan.

"Mi-Midoriya Izuku?" bisik Sera, gugup saat pemuda berambut keriting itu berjalan menuju mereka. "Aime-san, te-temanmu ...."

Kurona masih diam, tetapi saat Sera menarik ujung jaketnya maka dengan terpaksa ia menghadap Izuku Midoriya.

"Izuku! Kebetulan sekali!"

Midoriya mengangguk. "Hm! Aku dan teman sekelasku membuat janji untuk belanja bersama, soalnya kami baru selesai ujian. Ai-chan juga?"

"Begitulah!" Kurona mengangkat bahunya, lalu merangkul Sera yang menunduk malu. "Aku juga bersama teman sekelas, butuh angin segar! Ahaha!"

"Ah," Midoriya menggaruk pipi kanannya, melirik sosok 'teman sekelas' yang berpenampilan sama anehnya dengan Ai-chan. "Aku Midoriya Izuku!"

Masih dengan kepala menunduk, dari balik kacamata hitamnya iris kelabu Sera menatap senyum canggung Midoriya untuknya. Mau tak mau ia mengangguk, mengalihkan pandangan. "Kazuhito Sera," bisiknya. Namun tidak ada yang mendengarnya selain Kurona yang berdiri paling dekat dengannya.

Kurona mendesah mendapati ekspresi bingung Midoriya. Kemudian ia menggelengkan kepala, menusuk pipi Sera dengan telunjuknya. "Panggil saja Sera. Dia penggemar anak UA seperti Izuku—aw!"

"A-Aime-san!" Sera mendongak, menyikut pinggang Kurona. "Ja-ja-jangan permalukan aku!" ia terbata, sementara tangannya gemetaran.

Sontak Kurona merasa iba, lekas meminta maaf sembari mengusap punggung Sera. "Maaf, Izuku. Aku harus membawanya duduk. Tapi jangan khawatir, dia cuma malu!"

Setelah Midoriya membalas lambaian tangannya, Kurona pun segara mengarahkan langkah mereka ke bangku Shigaraki. Masih ada bagian kosong, lagi pula ia sengaja ke sana.

"Maaf, izinkan temanku beristirahat di samping Anda."

Pemuda yang menutup kepalanya dengan tudung jaket itu hanya mengangguk.

Mati aku. Istirahat yang Kurona maksudkan ini bukannya bikin sembuh, malah menambah kekhawatiran Sera yang sedang menunduk. Namun sosok Kurona yang tiba-tiba berjongkok di depannya itu menggenggam tangan gemetaran Sera, menanyakan kondisinya.

"Kau baik-baik saja? Air putihmu masih ada? Mau kubelikan yang baru?"

Sera termangu. "Ja-jangan tinggalkan aku," pintanya.

Dengan cepat Kurona mengangguk. "Aku mengerti."

Gadis berambut hitam tersebut berdiri, menyempil di antara dua manusia yang merasa asing satu sama lain itu. Kurona sedikit memiringkan kepalanya ke kanan, berbisik. "Maaf, akan sangat menarik perhatian kalau saya terus berjongkok di sana."

"Santai saja."

"Terima kasih."

Percakapan singkat itu membuat Sera merinding. Kurona sama sekali tidak takut berbicara dengan seorang penjahat. Meskipun Kurona sudah mengenalnya, bukan berarti lawan bicaranya tahu akan masa depan keduanya, bukan?

TiME COLLAPSE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang