Esok harinya, kabar kematian yang diterima Sera di kelas sungguh mengejutkan. Itu mematahkan hatinya.
"Mari kita panjatkan doa dan jangan lupa mengirim belasungkawa pada Kurona-san sepulang sekolah nanti."
Ibu dari Aime Kurona meninggal karena diserang oleh penjahat saat berjalan pulang dari kerja di malam hari.
Seluruh tubuh Sera gemetaran. Takut, sedih, rasa bersalah, dan ketidakberdayaan itu bercampur aduk menjadi satu.
Sera melongok kosong keluar jendela, memandang langit cerah yang tidak sesuai dengan keadaan hati beberapa juta manusia.
Tidak mungkin penjahat biasa yang menyerang, karena kebetulan sekali malah ibu dari orang yang melakukan gerakan besar-besaran dari balik bayangan yang meninggal.
Apakah aku melakukan kesalahan? Atau Ai-chan benar-benar membawa marabahaya—seperti yang dibilang Choco kemarin?
Sera menggeleng kuat, mencubit lengannya karena telah berpikir kurang ajar terhadap sahabat sendiri.
Ai-chan melakukan semua ini demi kebaikan masyarakat, jadi mana mungkin dia membawa petaka!
Hanya beberapa murid yang tidak bisa mengunjungi Aime, mereka benar-benar menitipkan maaf penuh penyesalan karena memiliki urusan. Sekarang Sera yakin kalau semua orang kelas menyukai Aime Kurona yang supel.
Awalnya Sera memutuskan menjadi bagian dari yang tidak ikut berbelasungkawa. Ia takut membuat Aime tidak nyaman akan kehadirannya, ditambah lagi ia tak berani bersemuka usai kabur dari tanggungjawabnya.
Yang dikatakan Aime padanya sangat tepat. Ia masih belum siap jika kebebasannya dibatasi orang tuanya, karena jika itu terjadi maka ia akan diperlakukan sebagai tahanan dan diberikan lingkungan yang baik menurut mereka.
Sera memang takut kalau Choco melaporkan kegiatannya pada ayah dan ibunya, tetapi Sera lebih takut apabila semua kesenangannya menghilang dari genggamannya. Mendapati kemarahan orang tuanya memang mengerikan, tetapi membayangkan kehidupan pengecutnya kembali berhasil membuat Sera merinding setengah mati.
Pada akhirnya Sera ikut rombongan ke rumah duka, ia berada di tengah-tengah murid yang dikejutkan oleh kehadiran Bakugou dan Midoriya dari UA. Meskipun yang lain merasa penasaran dan bertanya-tanya, demi menghormati Kurona yang kehilangan orang tuanya, mereka tetap menutup mulut dan menganggap tidak melihat apa-apa hingga dua murid UA itu pergi.
"Terima kasih sudah datang, Teman-teman. Rasanya aku sangat merindukan kelas setelah tidak hadir beberapa hari. Tapi sayang sekali aku tidak bisa kembali, waliku berniat memindahkanku."
Pernyataan Aime menyentak Sera yang berusaha menyembunyikan diri di barisan belakang. Gadis itu mendongak, menatap sahabat pertamanya dengan pandangan kosong.
"Namanya Pak Tsukauchi, dia ingin aku masuk UA menggunakan jalur dalam. Bukan 'kah sifat itu tidak pahlawan sekali?"
Aime mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepala, sementara Tsukauchi mendengkus geli hingga mereka ditertawakan teman sekelasnya. Suasana ini sudah seperti kunjungan biasa, bukan sekadar berduka. Sungguh hebat Aime mengubah suasana, padahal kantong matanya menghitam, pasti tidak bisa tidur karena kehilangan ibunya.
"Lalu, apakah anak UA tadi ada hubungannya dengan kepindahanmu?" tanya seseorang, sudah keburu penasaran.
Aime berkacak pinggang, ia tersenyum bangga dengan mata dipejamkan dan dagu terangkat. "Heh, heh! Mereka sahabatku sejak kecil!"
"Woah! Keren!"
"Aku baru tahu kalau Kurona-san punya hubungan dengan anak UA!"
"Apakah Kazuhito-san sudah tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TiME COLLAPSE [√]
FanfictionBNHA X OC [BOOK TWO] ... Fungsi Pahlawan mulai melenceng sejak All Might menjadi Simbol Perdamaian. Ditambah lagi quirk memenuhi seluruh dunia, sampah masyarakat ada di mana-mana. Kata 'damai' tak ada artinya meski kejahatan ditekan oleh pahlawan pe...