Langkah tergesa Kellan meninggalkan pestanya membuat Pete sedikit panik. Pria yang meminta kunci mobil pada Pete itu segera menaikinya tanpa sepatah kata. Memacu kecepatan begitu menyalakan mesin mobil sedan mewah yang membuat semua orang tersentak menatap kepergian Kellan.
"Di mana dia menginap?"
Perjalanan itu terus membawanya pada semua ingatan dan ucapan Ellena. Ia yang tadi berniat menghampiri Ellena tanpa sengaja mendengar semua percakapan Kayla dan Ellena. Tentu ia berusaha setenang mungkin, mamun melihat sikap defensif Ellena tadi, Kellan tak bisa menahannya.
"Kau yang memesan akomodasi untuk semua tamuku, di mana dia menginap?"
"Dia ... dia—siapa yang kau maksud?"
"Beberapa menit yang lalu aku ingin menghampirimu, tapi kalian terlihat sedang asyik mengobrol, jadi aku menunggu kalian selesai bicara."
Kellan masih ingat betul betapa dingin tatapannya tadi pada Kayla, ia bahkan memintanya untuk pergi meninggalkannya dan Ellena agar bisa mengobrol berdua.
"Sekarang katakan padaku di mana Kiara menginap?"
Tatapan kesal Ellena masih jelas tergambar di ingatan Kellan. Namun tekat dan pikiran Kellan sudah bulat untuk menemui Kiara saat itu juga. Ia mendengar semuanya dan ia perlu menanyakan semuanya pada Kiara. Jika apa yang Ellena katakkan benar, tentang perpisahan yang membuat dunia Kellan runtuh itu bukan keinginan Kiara, ia perlu memeluk wanita itu karena telah membiarkan wanita yang dicintainya harus menanggung semuanya seorang diri. Ia perlu meminta maaf karena telah melimpahkan semua kesalahan, kemarahan dan kebenciannya pada Kiara.
Kedua mata Kellan tak bisa berbohong, seberapa emosionalnya seorang Kellan Halord malam itu yang berusaha secepat mungkin mendatangi Kiara sekaligus menahan air matanya. Ia tak bisa menangis meskipun ia ingin, karena di lubuk hatinya yang terdalam Kellan terus menyalahkan diri sendiri karena telah membenci Kiara selama tujuh tahun lamanya.
Lobi hotel menjadi tempat Kellan melangkahkan kakinya dengann cepat. Mengabaikan seorang general manager hotel miliknya yang menyapa dengan ramah. Pria berpakaian rapi itu pun berusaha mengimbangi langkah Kellan yang berhenti tepat di depan pintu lift dengan acuh.
"Good Evening Mr. Halord, so honor to see you here on the such a great day. My name is Taylor and—"
"I need access! I need to go upstair."
"Ah, miss Richelle ... dia baru saja menghubungi saya—"
Tangan kiri Kellan meminta sebelum pria bernama Taylor menyelesaikan kata-katanya.
Taylor terdiam menatap telapak tangan Kellan yang terbuka.
"Kau tidak mau memberikannya?"
"Bukan begitu maksud saya, Mr. Halord tapi ini melanggar kode privasi untuk para tamu."
"Dia tamuku, orang yang aku kenal."
Kedua mata mengintimidasi Kellan membuat pria itu menunduk diam.
"Berikan padaku atau besok kau tidak perlu lagi datang ke tempat ini."
Pria bernama Taylor dengan terpaksa memberikan kartu akses menuju lantai Kiara tanpa banyak berucap.
"Which room?" tanya Kellan santai.
"1706."
Ting!
Pintu lift yang terbuka segera membawa langkah kaki Kellan pergi meninggalkan pria bermama Taylor yang membungkuk. Tak lupa Ia mengucap terima kasih sebelum pintu lift tertutup.
Entah mengapa perjalanan menuju ke lantai tujuh belas menjadi selama itu. Tujuh belas lantai rasanya seperti ia menuju penthouse di puncak pencakar langit miliknya. Kellan tak sabar, sepatunya terus mengetuk-ngetuk lantai marmer lift sembari menatap angka yang terus berganti dalam hitungan kurang dari satu detik.
Tepat di lantai tujuh belas, kedua mata Kellan berusaha mencari kemana ia harus pergi. Sampai nomor 1706 melambatkan langkah kaki Kellan yang akhirnya menemukan tujuannya.
Ia tak tahu keputusan ia datang ke tempat itu salah atau benar, tapi hati kecilnya yang membawa ia pergi saat itu juga. Dengan satu tarikan napas, Kellan menekan bel dengan tenang.
Dua kali, sampai akhirnya pintu terbuka dan menghadirkan sosok Kiara dihadapannya.
Rasanya kini hanya ada Kiara dalam dunia Kellan yang rasanya terhenti. Lidah Kellan pun kelu, ia tak mampu mengucap apapun selain terdiam menatap sosok Kiara yang saat itu mengenakan bathrobe berwarna putih di hadapannya.
"Kellan, what happen?" tanya Kiara bingung karena melihat sosok Kellan yang hanya diam menatapnya sedikit nanar.
"Ada apa? Kau mengantar Heather? Apa terjadi sesuatu pada Heather?"
"I'm sorry," ucap Kellan lirih yang nyatanya membuat Kiara bingung.
"For what? Jangan buat aku bingung!"
"No, i ... i ... really sorry." Kellan menarik napasnya yang terasa pendek, dan suaranya pun bergetar.
Kiara mulai frustrasi.
"Bisa kau bicara yang benar dan stop terlihat seperti orang bodoh!"
Ucapan sarkas Kiara nyatanya terdengar oleh Adrian dari dalam. Pria itu ingin tahu.
"Cherie, siapa?"
Dunia Kellan hancur seketika saat mendengar suara Adrian, kedua mata Kellan goyah mendengar suara lembut Adrian yang tiba-tiba hadir memasuki dunia miliknya yang telah lama ia rindukan.
"Mr. Halord?" Adrian berjalan menghampiri dan berdiri tepat dibelakang Kiara untuk merengkuh pundak wanitanya.
"Ada apa? Apa yang membawa Anda datang ke sini?"
Kellan tersenyum getir, untuk satu alasan ia menyadari bahwa keputusannya datang adalah sebuah kesalahan besar.
"Tidak, aku ... mengundang kalian juga Nathan untuk sarapan di tempatku sebelum menuju ke danau. So, aku harap kalian datang lebih awal."
"Tentu, kami akan datang lebih awal," balas Adrian meminta persetujuan Kiara yang nyatanya terdiam menatap sosok Kellan. Sejujurnya Kiara menemukan sesuatu yang mengganjal di kedua mata Kellan dan ia mampu merasakannya.
"Cherie?"
Kiara tersadar, "ya, tentu saja."
Kellan meninggalkan senyuman getir di akhir pertemuannya dengan Kiara malam itu, melangkah pergi dengan hati yang masih tertinggal di depan pintu, dan rasa bersalah yang kembali ia bawa pergi bersamanya.
Keputusannya salah malam itu dan kenyataan membuatnya sadar bahwa semua ini adalah hukuman yang Tuhan telah rencanakan untuknya.
✨✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSTELLATION | Kellan Series #2
RomanceKonstelasi selayaknya takdir yang mengikat, selamanya dan tidak dapat terpisah. Andromeda akan menjadi sosoknya saat semua cahaya miliknya berkedip di dalam pelukan langit malam. Ya, semua konstelasi memiliki takdirnya sendiri, menyimpan identitas d...