Panic Of Love 23

4.1K 5 0
                                    

Chapter 23

:: kencan part 2 -melarikan diri-

"Lihat itu orangtua kita! Mereka mengawasi acara kencan konyol kita ini." ujarnya sebal.

"Hah? Mana-mana?" tanyaku panik seraya mencari dimana mereka berada.

'pletaak'

"Sakit!! Tae won, kau benar-benar keterlaluan ya!" hardikku. Seenaknya saja ia menjitak kepalaku.

"Masa bodoh! Cepat ikut aku!" sekarang dengan cepat ia menarik tanganku untuk berlari.

"Hei, apa sih?!" aku panik. Ini benar-benar diluar dugaanku. Maumu apa sih kepala jagung? Aku benar-benar tidak mengerti :S

Kami berlari sejauh mungkin. Tak menghiraukan sahutan yang meneriaki nama kami berdua.

"RIIKA!! TAE WON!!"

Haha, lari lagi. Capek deh =.=

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sudah 30 menit berlalu. Aku dan dia tetap saja berlari. Hei kepala jagung, kita tak punya tujuan akan kemana kita berlari apa?! :@

Dan, HEI! Aku baru sadar! Kami berlari dari tadi dan tae won menggandeng erat tanganku!

"Tae won?" tanyaku ragu. Ia menoleh ke arahku sesaat, "Apa?" tanyanya datar. Heuh, dia bodoh atau apa sih?! Tanganku woy tanganku! T.T

"Itu..anu..tanganku dan ta-tanganmu..."

"Tidak ada waktu main-main riika! Diam sajalah!" bentaknya kasar. Heh, benar-benar dia! :@

"Sialan!" umpatku kesal. Dan ia tetap menggandeng erat tanganku saat berlari, bahkan saat kami berhenti sejenak untuk menarik nafas, ia tetap menggandeng tanganku! Oh No! Ada apa ini >,<

Sekarang kami bersembunyi dibawah jembatan didekat sungai. Haah, kalian pasti mengira kami pelari yang tangguh ya? Cih, itu bukan sebuah pujian bagiku.

Sejenak aku bisa mengatur nafas. Kemudian aku menyandarkan kepalaku ditembok jembatan. Setelah itu aku menatap tae won yang sedang menengok kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada yang mengikuti kami.

"Tae won.." panggilku pelan. Ia tak bergeming dan masih saja sibuk dengan acara tengok kanan-kirinya.

"TAE WON!! >,<"

Aku berteriak sangat keras padanya. Dan hal itu membuahkan hasil. Perhatiannya teralihkan padaku. Good job riika endou!

"Apaaa?!" tanyanya sinis.

"Lepaskan tanganmu, bisa kan?!" sahutku tak kalah sinis. Tak lama wajahku pun memerah lagi untuk kesekian kalinya.

"Tangan? Oh, iya mian." ujarnya kaget sambil melepaskan pegangan tangannya. Aku merasa saking terkejutnya, ia jadi menggunakan bahasa planet yang tidak ku mengerti lagi =.=

"DA-DASAR BA.."

Belum sempat aku menyudahi kalimatku, ia membungkam mulutku dengan tangan kanannya. Dan tangan kirinya memberi tanda untuk ku diam. Aku terhenyak. Oh, ternyata tangannya begitu besar!

"Sssssstttt! Kau hampir membuat telingaku tuli, kau mengerti?!"

"Auf ufauf ajav fi te vouf!!" aku benar-benar tersiksa seperti ini. Ia tidak di ajari sopan santun ya?!

"Kau.." sekarang ia melepaskan bekapan tangannya dan menatapku lesu. Aku yang tadinya ingin berkoar-koar memusnahkan makhluk ini menjadi tidak tega. Aku urungkan niatku sejenak.

"Kau kenapa?" tanyaku cemas. Takut sakitnya kambuh lagi. Kalian tahu? Ia bahkan belum sembuh sama sekali dari sakitnya kemarin.

"Pegang dahiku!" ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kemudian ia menempelkan keningnya ke keningku.

"A-apa yang kau lakukan?!" bisa kurasakan wajahku memanas. Oh, GOD!

"Panas tidak?" tanyanya santai sambil menyentuh bahuku. Bisa kurasakan deruan nafasnya di wajahku.

"Panas." jawabku singkat dan langsung menyadari kalau ada yang tak beres dengannya.

Dengan sigap aku segera membopongnya untuk duduk direrumputan yang tampak indah ini. Kemudian aku ikut duduk disampingnya.

"Baka! Sudah tahu belum sembuh malah lari-larian seperti ini! Kau memang makhluk gila lee tae won!" kataku bermaksud meledeknya. Namun ia hanya menghela nafas.

"Hmm..siapa juga yang mau sakit. Aku kan.."

Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, aku menarik kepalanya untuk bersandar dibahuku. Ia tercengang.

"Sudah jangan bicara lagi, istirahatlah anak kecil yang nakal!" seruku sembari mengerjipkan mata. Mulutnya hanya terbuka lebar saja.

"Kenapa kau? Jarang ya melihat angel cantik nun murah hati sepertiku? Hoho." ujarku sombong.

"Ya, angel cantik dan baik hati. Kalau kau benar baik seharusnya kau menidurkan kepalaku dipangkuanmu. Aku pusing dan lelah sekali. Aku mau tidur." tanpa menunggu aba-aba dariku ia langsung merubah posisi duduknya menjadi tiduran. Kepalanya pun ditaruh tepat dipangkuanku.

"Hei, kepala jagung seenaknya saja kau! Hmm, sudahlah. Tapi bayar ya? Ini tidak gratis!" ujarku setengah bercanda. Dan kulihat ia hanya mengangguk-ngangguk tidak jelas saja. Dasar!

"Tae wo.." aku terdiam ketika melihatnya tertidur pulas. Ya tuhan, cepat sekali ia tertidur. Efek rasa lelah barangkali ya?

"Sekali-kali tak apalah." aku mengelus lembuh rambut yang menutupi matanya. Kuperhatikan wajahnya tampan juga. Hmm, coba sifatmu tak seburuk ini kepala jagung.

Author's P0V

Dari kejauhan riika tidak mengetahui bahwa ada yang memata-matai gerak-gerik mereka sampai sekarang. Ya siapa lagi kalau bukan orangtua mereka berdua.

Mereka bersembunyi disemak-semak dan tersenyum senang melihat kejadian langka dihadapan mereka.

"Benarkah yah, mereka cocok sekali?"

"Kau benar bu. Aku jadi terharu. Bagaimana menurutmu jae hee-san?"

"Endou-sama kita akan jadi keluarga seutuhnya."

"Kau benar. Hebat sekali putriku itu ya."

"Tae won-sshi ditaklukan begitu saja oleh riika-ah. Awsome sekali!"

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Ps: thx tlah membca crtaku x)

Panic Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang