Panic Of Love 40 a

195 2 0
                                    

Warning *ini copy paste lewat hp dan belum di edit lagi sejak 2013*

Chapter 40 a
:: Good Bye

“AYASE!”

( Riika POV )

Teriakan kencangku berhasil membuat semua orang menoleh. Bagus Riika Endou, lupakan soal bandara, aku merasa seperti Tarzan yang sedang mencari Jane-nya.
“Ayase! Ayase Kasegawa, kau dimana?!”
Lagi, hanya aku yang berteriak. Makhluk tampan yang berada dibelakangku hanya diam saja dengan muka cemasnya. Menyebalkan. Sebenarnya yang takut kehilangan, aku atau Shou sih?
“Ayase Kasegawa, kau dimana?”
Berteriak seperti orang bodoh. Hanya aku yang melakukannya. Bandara yang luas dan sesak manusia ini, dan aku hanya mencari seorang wanita kurus bernama Ayase Kasegawa? Ibaratkan mencari jarum ditumpukan jerami.
Ckck.
“Shou-kun, kalau kau hanya diam. Ayase-san tidak akan tahu!”
Kali ini aku mencoba memancing Shou, tapi ia hanya diam dan berlari mendahuluiku.
Baiklah, aku di abaikan. Orang yang sudah kerja keras seperti ini. Apa dia lupa aku masih sakit?
“Ckck!” decakku kesal. Masa bodoh, otak Shou sekarang benar-benar sudah tumpul, tidak bisa di ajak berkompromi!
Di putar kembali beberapa saat sebelum kami tiba dibandara, wajah Shou benar-benar kalut. Sepanjang perjalanan, ia hanya diam dengan wajah yang tidak bisa kubaca. Sebegitu berharganya dia kah, Shou?
Rasa sakit itu muncul lagi. Kucoba untuk mengenyahkannya, tapi tidak berhasil dan disinilah aku sekarang, kesal dan kebingungan. Mencari Ayase Kasegawa adalah target terbaruku, demi menyenangkan Shou dan membayar rasa tidak enak hatiku pada wanita itu. Wah, kau malaikat Riika!
Teralihkannya perhatianku membuat Shou hilang dari radar…wew, kemana dia?
Kutolehkan kepala ke-kiri dan ke-kanan, berharap menemukannya. Dan nihil. Argh Shou!
Tidak lucu bukan aku kehilangan Shou juga. Disini? Gah kemana dia pergi?!
Aku paksakan kaki ini bergerak lagi. Tidak peduli apa tujuan dari semua ini. Sekarang aku harus menemukan mereka berdua. Bagaimana kalau pesawatnya sudah berangkat? Shou akan menyesal seumur hidup. Begitu juga denganku.
Putus asa, kujambak rambut yang sudah semakin panjang ini sambil terus memutar mata mencari sosok keduanya. Target baru: Mencari Ayase sekaligus Shou yang sekarang juga telah menghilang. Bagus, ini seperti bermain petak dan aku yang jaga.
Ada yang lebih garing dari ini? Ya ada, heels 9cm-ku sudah mengeluh. Bodoh, bodoh dan bodoh.
Ah aku lelah sekali. Sudah lebih sepuluh menit berputar-putar didalam bandara Narita dan ini membuat kaki-ku berdenyut.
Istirahat saja dulu ya?
Aku tersenyum miris. Tidak. Kau tidak boleh menyerah Riika Endou. Ayo tunjukkan semangatmu yang membara ini argh!!
Berlari tidak menentu, membuatku kehilangan keseimbangan. Tiba-tiba kurasakan sakit yang teramat sangat di pergelangan kakiku. Kuraba perlahan dan AWW!
Kakiku terkilir. Disaat seperti ini? Hah??
Tubuhku goyah dan membuatku jatuh tersungkur dilantai.
Luar. Biasa.
"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini sih!"
Jika kalian amati, ini tampak seperti adegan drama, seorang wanita malang yang ditinggal kekasihnya. Merana, sendirian, kesepian…Ini benar-benar sebuah kisah yang memilukan dan bodoh, terlebih lagi karena aku yang mengalaminya sendiri. Kupikir ini hanya ada di drama. Hah.
Sungguh menyedihkan.
“Shou-kun…”
Ya, aku ini sangat menyedihkan. Sungguh. Dan ini persis seperti potongan adegan drama romantis yang pernah kutonton ketika remaja dulu, ya sungguh!
Wanita di dalam drama itu di kisahkan selalu menjadi yang kedua, bagi pacar dan sahabatnya ia tidak di anggap. Sahabatnya menjauhinya ketika mereka mulai mengetahui bahwa dirinya hamil. Bahkan pacarnya juga memperlakukan hal yang sama. Pacarnya yang tampan itu mengatainya bodoh dan berselingkuh dengan pacar pertamanya. Ia ditinggalkan begitu saja. Ironi. Sungguh cerita yang kupastikan akan menghabiskan persediaan tisu mu.
Kupukul kepala bodoh ini dengan sangat keras, aww!
Err, kenapa bisa berpikir sejauh itu? Tak mungkin kan aku hamil, aku tidak pernah melakukan hal sejauh itu dengan Shou. Dan lagi teman-teman yang menjauhiku? Aku tertawa geli. Aku tidak punya teman. Wew diriku yang menyedihkan.
Tapi dibalik itu semua, aku harus ucapkan terima kasih yang teramat sangat pada kekasihku tersayang. Terima kasih  karena hanya dia inti masalahnya disini. Untung aku tidak punya teman, jadi rasa sedihku akan sedikit berkurang? Err lagi.
Baiklah, kita ulangi. Terima kasih Shou, kau membuatku merelakan dirimu untuk mengejar wanita lain. Wanita lain yang sangat cantik dan langsing dan…oke cukup hentikan. Kenapa memuji orang yang seharusnya kubenci? Oke, tapi memang harus kuakui, aku tidak secantik Ayase, dengan wajah bulat dan pipiku yang chubby serta tubuhku yang tidak seksi. Aku bingung, kenapa Shou bisa tertarik padaku ya? Apa karena mulut pintarku? Ha ha, terima kasih untuk kalian karena berhasil membuatku menghina diriku sendiri.
"Argh!"
Apa yang sedang kualami ini sudah cukup sakit sebenarnya, namun ya sekali lagi kisahku ini bukanlah drama romantis. Jadi mari kita buang jauh-jauh pikiran itu! Shou, pacarku yang keren. Dia sudah cukup banyak berkorban. Dengan baik ia menerima pertunangan sepihak antara aku dan Tae Woon. Lihat, ia begitu baik dan pengertian, ia mengerti betul apa masalah yang sedang kuhadapi. Tapi, tapi…berada diposisi seperti sekarang ini sudah cukup membuatku menderita.
Rasanya ingin tertawa sekeras mungkin. Riika Endou dan perjalanan cintanya yang rumit. Ha Ha Ha.
“Shou-kun…”
Kuhitung hingga sepuluh, 1…2…10! Yap! Baiklah, ayo kita bangun! Aku sudah tak peduli lagi. Aku sudah memutuskan ini, bukan? Makanya aku membawa Shou sampai sejauh ini. Mencarinya, mempertemukan mereka lalu apa yang akan kudapatkan? Sebuah piagam atau medali? Gah, jangan bermimpi kau Riika Endou, kau sudah tahu resikonya dan harus siap akan segala kemungkinan yang terjadi. Ya, kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Kucoba bangkit berdiri. Masih ada misi yang belum terselesaikan. Aku tidak boleh menyerah sampai disini saja. Tapi, kaki dan perutku yang masih belum sembuh ini benar-benar nyeri!
Kukerjapkan mata cepat. Ah, jangan manja Riika! Masih ada yang menantimu disana!
Lee Tae Woon…
Kepala jagung…
Jagung…
Aish, kenapa jadi terbayang wajah bodohnya? Menyebalkan! Menyebalkan!
Kutepuk kepala dengan cukup keras. Dan ternyata…sakit! Baiklah, aku dan otakku yang bodoh.
Ini memalukan. Disaat yang paling menyedihkan dalam hidupku, yang terlintas dan teraba dipikiran untuk pertama kalinya adalah si bodoh itu. Si kepala jagung? Makhluk planet babo-babo? Geh…Ada apa denganku?!
“…aku…kenapa tiba-tiba…Lee Tae Woon…”
Lagi, aku menyebut namanya tanpa sengaja. Ini sudah yang ketiga kalinya hari ini. Ya tuhan, ada apa dengan otakku yang sedang eror ini? Apa bertambah eror? Kuharap tidak.
Masih mencoba berdiri, sebisa mungkin mengumpulkan tenaga yang masih tersisa. Lupakan rasa sakitnya, masa bodoh. Kau juga tidak akan mati gara-gara ini. Mana keren mati gara-gara sakit Maag dan kaki terkilir. Baka!
Akhirnya dengan susah payah, aku berhasil memaksa tubuhku berdiri tegak. Ah, aku baru ingat. Tempat ini kan bandara. Sangat ramai, kenapa tidak ada satupun yang berniat menolongku?!
“Siaaal~”
Sepertinya kekuatanku sudah kembali akibat kesal yang mencuat tadi. Baiklah, lanjutkan pencarian. Kau bisa Riika Endou!
“Yoshi! Ayase Kasega-“
Waktu berhenti seketika. Sosok tinggi besar sedang menatapku horror.
Mulutku mengatup dengan sendirinya. Dihadapanku ada…ada…
“Samson wanita, apa yang kau lakukan disini?”
LEE TAE WOON???
Heeh, memanggil namanya 3 kali dapat membuatnya muncul?
"Kau! Aww duh, aduh!"
Dan dengan indahnya, bokongku kembali mendarat di lantai yang keras. Sempurna.
-Beberapa Menit Kemudian-
“Hhhh…apa yang sedang dilakukan makhluk barbar disini? Kupikir tadi telingaku salah dengar, ternyata tidak hhh…”
Dia…tertawa dengan hidungnya, sudah pasti mengejekku. Lihat wajah kurang ajar itu, aku ingin menamparnya dengan sangat keras.
“Hey, berhentilah menghinaku bodoh!”
Kubuang wajahku kesal. Ada saja yang membuatku marah, dan dia adalah sumbu dari semuanya. Kenapa bisa bertemu dengannya disaat paling menyedihkan seperti sekarang huh?
“Diamlah, samson wanita. Aku sedang mengolesi krim pereda sakit ini dikakimu.”
Aku seketika terdiam. Dia benar. Aku lupa, dia kan sedang membantu mengurangi rasa sakit dipergelangan kakiku. Oke, akan kucoba bersikap…manis?
“M-maaf.” ucapku terpaksa dengan wajah masam seraya mengalihkan perhatian dari lengan-lengannya yang kekar disekitar…kakiku.
Kutepuk dahi keras.
Aku baru sadar kalau orang inii memiliki tubuh yang…argh…apa sih yang kau pikirkan disaat seperti ini Riika Endou? Apa? Apa?!
Kalian tahu, aku ingin menyembunyikan wajahku sekarang juga. Kesal dan malu bercampur jadi satu.
Kalau kupikir-pikir yang kami lakukan sekarang adalah yang biasa kami lakukan acap kali bertemu. Bertengkar, adu mulut. Bukannya dia sedang menjauhiku? Ah…sudah berapa lama kami tidak  melakukan hal ini?
Diam-diam aku tersenyum kecil.
“Hmm, ya. Diam dan jangan bergerak atau ku olesi krim ini ke mulutmu. Panas loh,”
“Apa kau bilang?!”
Heeh, sungguh apa itu tadi? Aku mencoba baik tapi dia…dia…ugh, dia tidak ada niat sama sekali untuk membantuku, bukan? Lee Tae Woon dan mulutnya yang seperti tawon.
Kepalang terbawa emosi, kubuang wajah jauh-jauh, malas melihatnya. Lupakan otot-otot itu dan berkonsentrasilah sekarang.
Fokus.
Bayangkan betapa sialnya aku hari ini? Ayase, Shou dan sekarang si kepala jagung? Dunia seperti berputar-putar di otakku yang kecil.
"Ngomong-ngomong…apa yang sedang kau lakukan disini?"
Aku terkesiap, sadar. Mendengar suaranya yang berubah lembut atau kemayu membuatku bergidik? Err, Tae Woon suaramu tidak keren.
Bergidik ngeri, Kugelengkan kepala. Ah, sudah lupakan. Percuma bicara padanya, tidak akan ada solusi berarti.
"Hah, kutanya malah diam!" lagi, si mulut tawon ini berbicara. Kali ini kutatap wajahnya, sambil berpikir keras. Apa cerita saja ya? Dia kan sudah tahu keadaanku dengan Shou, tapi…
Ah tidak, tidak! Pasti dia akan mengataiku bodoh dan menertawakanku dengan hidung besarnya. Taruhan!
Kusipitkan mata, tajam. Sebenarnya bercerita juga tidak masalah, tapi aku tidak enak hati. Masih teringat jelas saat Tae Woon dan Shou berkelahi. Dan itu mengerikan. Aku tidak mau mengulangnya.
Baiklah, kunci mulutmu rapat-rapat.
Kutatap Tae Woon dalam-dalam, si pemilik rambut blonde itu tampaknya tidak sadar, perhatiannya dengan mudah teralihkan oleh betis indahku. Kini, ia asyik bermain dengan mainan barunya. Bermain-main dengan krim oles di kakiku?
Mau sampai berapa lama sih ia mau mengolesinya?
"Ini bukan urusanmu." sahutku tercekat.
Di ingat kembali tentang alasan kenapa bisa bokongku terdampar disini hanya akan membuatku tidak nyaman. Dan dengan adanya si kepala jagung, membuatku semakin tidak nyaman.
Kami seketika terdiam. Tidak ada yang mencoba membuka pembicaraan lagi. Baik dia maupun diriku, kami hanyut dalam pikiran masing-masing.
Baiklah, yang sepertinya hanyut dalam pikiran itu aku. Aku bingung, seperti orang bodoh yang tersesat. Wajahku kusam dan sadar aku belum keramas beberapa hari ini. Sial, aku tampak seperti orang gila yang beberapa waktu lalu berlari tanpa arah, meneriaki nama mantan pacar dari pacarnya sendiri. Sekarang si gila ini sedang tersesat dalam keraguan. Apa pacarnya…Shou masih mencintainya?
Ckck, kisah cintamu sungguh menyedihkan Riika.
Cukup, cukup, jangan ingatkan aku tentang itu. Aku dan kesialanku.
Aku meringis kesakitan ketika merasakan pijatan keras di pergelangan kakiku. Ku menoleh singit seketika.
Kepala jagung kau mau membunuhku heh?!
Ku pelototi Tae Won, dan seperti sudah mengira reaksinya akan berupa apa, aku pun langsung mendengus keras.
Dia, si bodoh itu hanya menyeringai dan sepertinya merasa tidak berdosa. Oh sial, kalau aku memiliki palu, akan kupukul kepalanya hingga gepeng. Huh!
"Kau ku-"
Belum sempat menyelesaikan kalimat berhargaku, ia, si kurang ajar ini, menepuk-nepuk keras kakiku. Aku semakin meringis. Ternyata kakiku memar dengan sembulan keunguan yang membuatku mirip seperti seorang pelari marathon profesional. Dan apa hubungannya sih? oke tidak ada dan aku hanya mendramatisir.
Kembali ke cerita dan AWW! Ini sakit! Aww awww aww!!!
Ku gertakan gigiku kuat-kuat, mencoba menetralisir rasa sakit tapi yang terjadi malah hal yang sebaliknya. Kakiku terasa berdengung-dengung, sial.
Mati. Kau. Tae Woon.
"Kurasa sudah cukup. Nah coba kau berdiri samson wanita"
Dia menarikku berdiri dengan tenaga penuh. Sial, bisakah ia memperlakukan wanita dengan lebih lembut?!
"Hey, kau bisa tidak lembut sedikit denganku? Sedari tadi kau terus memperlakukanku seperti bola kaki yang setiap saat bisa kau tendang!" aku meneriakinya dengan keras sampai kerongkonganku terasa sakit.
Masa bodoh orang-orang melihatku. Mereka toh tampaknya tidak memperdulikan kehadiran kami sedari tadi.
"Bagus. Membuat dirimu menjadi pusat perhatian Riika Endou hh…"
Aku memelototinya tajam tapi sepertinya tidak berefek padanya…sama sekali.
Kulihat ia menyerongkan dagunya seperti memberi petunjuk. Uh-huh, mau apa dia? Merendahkanku heh?
Aku geram dan mencoba untuk meninju perutnya, namun dia sudah lebih dahulu menarik tanganku, dan kini ia mencoba menahanku. Tanpa kusadari ternyata mulutnya sudah berada sangat dekat dengan telingaku. Ia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu apa itu. Well, Otakku blank. Darahku naik ke otak dan tampaknya pipiku memerah.
Bagus Lee Tae Woon kau membuatku TERSIPU!
"A-apa sih…"
Lagi, ia membisikkan 'sesuatu' itu dan kali ini aku mendengarnya dengan sangat JELAS.
Wohooo Lee Tae Woon apa kau sedang membuat lelucon denganku??
Telingaku memanas, dan kurasa seluruh tubuhku juga ikut memanas, seperti ada aliran listrik yang menyetrum.
Gugup, sontak kujauhkan mulutnya yang ugh…harus kuakui tadi mendengar suaranya yang berbisik sangat lembut membuat bulu romaku bangkit.
Dia tersenyum lebar dan melipat kedua tangannya didada. Ya ampun sombong sekali makhluk satu ini!
"Mau apa kau!" kututupi wajah dengan kedua tangan. Aku sangat malu! Sungguh! Tidak percaya? Kubur diriku hidup-hidup, cepat!
"Kau manis haha!"
Jleb! Keluarlah kata-kata nista itu dari mulutnya dengan keras, catat: dengan keras. Si bodoh ini bilang aku MANIS…katanya aku MA-NIS.
Sekejap, rona merah menyeruak disekujur tubuhku. Tubuhku benar-benar terpanggang. Wow!
Mendengarnya berkata seperti itu, membuatku seketika lupa dengan rasa sakit yang sedang kualami. Rasa memar tadi rasanya tidak sebanding dengan…ahhh!
"K-kau…" masih belum bisa menguasai keadaan, aku mencoba melangkah mundur. Ingin rasanya aku melarikan diri. Rasanya…rasanya nano-nano!
Uh-huh (-__-)
Dan akhirnya aku berlari, berlari kencang menjauhinya seperti seorang anak remaja. Bisa kulihat Tae Woon hanya diam mematung dengan tampang bodohnya. Mungkin dia shock dan aku juga. Apa kalian percaya? Aku berlari kencang dengan kakiku yang memar. Oh aku benar-benar pelari marathon sejati!
Tepat disaat aku berlari tanpa arah dengan gaya sok imut yang pasti sudah kalian tahu, tiba-tiba sesuatu membuatku berhenti. Seperti menghantam sesuatu yang sangat keras.
Aku menabrak tembok heh?
Ku coba menerobosnya tapi hasilnya gagal, kucoba lagi dan gagal, begitu seterusnya hingga untuk yang kelima kalinya membuatku menyerah. Aku geram dan memutuskan untuk melihat 'benda' apa yang sebenarnya menghalangiku. Kulihat didepanku sekarang ada belasan orang yang sedang berkumpul seperti sedang mengamati sesuatu. Apa sih yang berada disana? Kenapa ramai sekali dan membuat orang-orang ini tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya berdiri, walaupun sudah kuminta sopan untuk memberi ruang untuk bergerak? Aku mulai curiga.
Kalau dipikir-pikir, bisa saja aku mencari jalan memutar. Tapi sayangnya instingku berkata lain. Sudah terlambat untuk memutar arah, rasa penasaranku meluap.
Berjalan ragu, ku mencoba menerobos paksa orang-orang yang sedang berkumpul ini. Setelah berhasil, aku memekik senang.
Ah, kenapa tidak dari ta-
Perlahan kubuka mataku lebar-lebar, seperdetik kemudian mataku mengerjap dan sekarang melotot tajam.
Rahangku seperti jatuh ke lantai. Tiba-tiba wajahku berubah putih.
"Ini…"
Aku terkesiap, tubuhku mengejang, menyadari 'benda' apa itu.
Wajahku sekarang berubah merah, ini sangat emosional kalian tahu? Dari putih ke merah, wow wajahku bagaikan bunglon! Terima kasih.
Kurasakan amarah dan sel-sel otakku lumpuh seketika. Tampaknya ada yang sedang bekerja sama didalam sana, otak dan hatiku tidak sinkron. Hati dan kedua bola mataku mengatakan, 'ayo menangis!' dalam sekejap aku pun menangis terseguk.
Disana ada Shou sedang memeluk erat dan mencium mesra Ayase. Catat: mereka berciuman saudra-saudara! Di tengah kerumunan orang banyak! Di Bandara! Semua pasang mata memperhatikan mereka, termasuk aku ini. Aku sangat shock.
Dua insan itu tampak tidak peduli dan terus melanjutkan aktifitas mesum mereka, seolah-olah kami adalah patung bisu.
Tidak bisa berkata apa-apa. Airmata tampaknya sudah mengucur deras dan membuat wajahku lengket.
Ini sungguh menyedihkan. Aku benar-benar wanita di dalam drama romantis itu. Pacarmu berselingkuh didepan matamu sendiri. Bagus. Bravo. Ini gila!!
Dan terima kasih aku tidak punya teman. Kuputar mataku kesal.
Baiklah, mari kita putar lagu patah hati. Lagu apa yang kira-kira enak untuk didengar? Gadis Malang? Gadis Kesepian? Atau Kesengsaraan Jiwa dan Raga? Apa? Apa? Apaa?!
"Kus…so…hiks"
Isakkan nyaring terlontar dari mulut sialanku, membuat dua orang itu berhenti dan menoleh. Terkejut. Menyadari keberadaanku yang sudah setengah menangis ini membuat mereka langsung melepaskan diri. Bagus.
Butuh waktu 10 detik untuk melangkahkan kakiku menjauh namun tangan Shou menarikku paksa.
Sakit, lenganku di cengkramnya kuat.
Kupandangi wajah Shou lekat. Ia pucat pasi. Matanya tertuju padaku, takut, sedih dan kasihan? Sialan, aku benci dikasihani. Seharusnya aku segera pergi dari sini!
Aku meronta, melepaskan diri dari tangan besar miliknya dan berhasil. Sekitar siku-ku memerah.
Wah kuat sekali cengkramannya.
Kuputar bola mataku kesal, bukan waktunya terkesan Riika Endou.
Ingin segera saja aku menghapus keberadaanku sendiri, hilang dari muka bumi mungkin adalah hal yang paling baik untuk keadaanku saat ini. Andai aku makhluk luar angkasa, alien seperti Lee Tae Woon misalnya…mungkin aku…
"Riika Endou apa kau BODOH!"
Suara keras menghantamku. Otakku masih belum bekerja dengan baik atau memang sudah rusak? Kurasakan tarikan keras dipinggangku. Tubuhku berputar 180 derajat, berbalik menghantam sesuatu yang keras dan hangat…dada Lee Tae Woon?
"Jangan pernah kau sentuh TUNANGANKU lagi sialan!"
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panic Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang