Panic Of Love 32

4.3K 6 35
  • Didedikasikan kepada Daffaflinstone Studnanunanatta
                                    

 Saiia kembali lagi dengan membawa cerita aneh ini. Entahlah, kenapa cerita ini jadi begitu panjang-panjang seperti ini ya?

Hahah XDD

Awalnya aku sudah mempunyai master dari cerita ini, tapi emang dasar otak bebel ya kayak gini. Aku panjang-panjangin ceritanya sesuka hatiku dan ceritanya jauh berbeda dari cerita awal yang kubuat. Haha :DD

Tapi aku bersyukur karena menulis cerita ini. Aku rasa chapter ini adalah chapter terpanjang yang pernah kubuat *feeling*

Entahlah, saat mendapat mood yang sedikit dipaksakan. Aku berinisiatif untuk menulis lanjutan Panic Of Love ini.

Aku senang, aku bahagia..ternyata otak bodohku dapat kembali bekerja. Hehe..

Happy reading, voting and comment my story after you read it. Ok ok *Arigatou ne*

Chapter 32

:: curahan hati lee tae won dan aku menangis karena mendengar bentakkannya

Kemana saja yang penting makan? Cih, ternyata ia tidak bercanda saat mengatakan hal itu. Kami sekarang berada dikedai takoyaki. Makan apa? Tentu saja menikmati takoyaki, masa tempura sih =.=

“Bagaimana enak kan?” Tanya si bodoh bangga. Aissh, enak kepalamu! Aku benci takoyaki!

Apa dia otaknya dangkal atau bagaimana ya? <yang jelas tidak sepertimu riika> dia lupa apa kejadian waktu ayahnya membawa takoyaki  5 kotak besar? Tidak ada satupun dari keluargaku yang berani mencicipi takoyaki, ya karena kami mempunyai kepercayaan, bahwa yang makan takoyaki dikeluarga ini sebelum anak pertamanya menikah akan dibuntuti kesialan selama tujuh abad berturut-turut. <alasan klise> kalian tak percaya? Sama aku juga. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus menghormati kepercayaan keluargaku <yang klise> itu.

/ / “Silahkan dicicipi, jangan ragu-ragu..”

Wajah tuan lee begitu ramah, aku jadi tidak tega menganggurkan makanan bernama takoyaki dihadapanku itu.

“Heeh, ibu bagaimana ini?” tanyaku ragu sambil menatap wajah ibu. Ibuku hanya menggeleng cepat dengan raut wajah yang  sudah pucat pasi.

“Lho, kenapa tidak langsung dimakan? Ayo, ayo dimakan! Tae won-sshi, cepat kau makan!” seru tuan lee dengan penuh semangat.  Sedetik kemudian bola-bola  takoyaki itu sudah masuk kedalam mulutnya. Ia mengunyahnya dengan gembira sekali. Aha, aku jadi..

“Mashita!” serunya lagi sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Dapat kulihat wajah tae won yang datar itu sedang mengamati makanan yang tergeletak pasrah.

“Apa ini beracun?” tanyanya yang membuat semua yang ada diruangan ini tersedak.

Nani? Beracun otakmu! Ini makanan! Takoyaki! Walaupun aku tidak menyukainya sih..tapi, tentu saja ini tidak beracun, kecuali aku yang buatkan untukmu. Kekeke..

“Baka! Tentu saja tidak deh lee tae won! Kalau mau makan makanan beracun kau buat saja sendiri. Aku yakin itu sudah cukup meracuni perutmu!” sahutku santai. Ia pun menatapku tajam. Eh, kenapa sih? Ada yang salah sama kata-kataku kah? =.=a

“Riika-chan jangan bicara seperti itu! Ayo tae won-kun, dimakan..ini e..e..nak lho hehe..”

Ayahku mencoba menyudahi pertengkaran tak berguna ini. Tapi, aku yakin saat ia mengatakan makanan ini ‘ENAK’ pasti ia muntah-muntah setelahnya.

“Hmm..” tae won tak menghiraukan kata-kata ayahku. Ia langsung mengambil takoyaki itu dan memakannya dengan lahap.

“Bagaimana?”

Panic Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang