Panic Of Love 19

4.3K 8 14
                                    

Baiklah yang rindu pada sosok shou. Aku munculkan dia di chapter ini B-)

Chapter 19

:: wanita yang berarti

Shou POV

Aku tidak tahu mengapa riika menjadi seperti ini. Yang ku tahu ia adalah wanita yang jujur dan bertanggung jawab. Tapi kenyataan yang ku dapat sekarang adalah kebalikannya. Ia membohongiku.

"Aish! Kenapa dia tega?" aku merubah posisiku dari duduk menjadi berdiri. Aku resah.

Kemudian aku melirik handphoneku sekali lagi. Lagi-lagi nihil! Tak ada satu pun inbox e-mail atau panggilan telepon dari riika endou, yang ada hanya sms dari kedua orangtuaku dan satu lagi dari nomor tak dikenal.

"Aku membutuhkan penjelasan darimu riika. Kau bahkan tidak meng-e-mailku dan mengatakan sekedar minta maaf padaku pun tidak. Aku jadi bingung padamu riika." aku menghela nafas dan menyeruput segelas teh panas yang baru saja ku buat.

"Masa bodoh lah sekarang. Hmm, ayahku mengirim pesan apa ya?" aku mencoba mengalihkan pikiranku tentang riika dengan alasan sebuah pesan e-mail dari kedua orangtuaku. Aku membuka pesan itu, aku baca baik-baik pesan e-mail dari ayahku.

"Menanyakan aku pulang ya? Ah, iya pasti keluarga di saitama sangat merindukanku. Ayah, ibu dan juga natsumi, adik perempuanku satu-satunya yang sangat ku sayangi.

"Secepatnya, hmm.." aku sedikit ragu mengetik rentetan huruf di keypad handphoneku. Secepatnya? Sepertinya tidak menjanjikan sekali reply-an ku ini?

'kriing kriing..'

Nomor siapa ini? Tak ada di daftar telepon milikku. Apakah mungkin riika?

"Moshi mosh.."

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Taman kota 'T'

"Akhirnya kau datang juga.."

"Ah, iya.."

"Kau belum berubah ya naku-chan? :)"

"Ah..." aku tercengang. Sesaat baru ku sadari bahwa kata-kata yang keluar dari mulutku hanyalah 'ah' saja. Dia masih menyunggingkan senyum kepadaku. Dia tetap memanggil nama plesetan yang diberikannya 6 tahun lalu padaku <naku berasal dari kata nakamura yang diplesetkan>. Dia..

"Naku-chan, ohisashi buridesu ne." kemudian ia mengeluarkan tangan kanan dari saku jaket tebalnya. Aku mengernyitkan dahi. Aku tidak mengerti apa yang dilakukannya sekarang.

"Naku-chan, kau masih saja lola ya? Ugh, aku mau berjabatan tangan denganmu! Kau tidak lihat apa tanganku sudah gemetar kedinginan seperti ini? Cepat keluarkan tanganmu sekarang!" wanita dihadapanku ini sekarang berkaca pinggang dengan wajahnya yang di manyun-manyunkan. Sikapnya masih sama seperti dulu. Kekanak-kanakannya yang hanya ditunjukkan kepadaku sekali lagi dimunculkan padaku, 2 tahun lamanya waktu berselang dan ia hadir lagi dalam kehidupanku.

"Ayase..kau..ke..napa kau baru muncul se..karang?" ujarku tercekat. Sepertinya pompa jantung alami dalam tubuhku terus memompa-mompa jantung ini. Rasanya sangat beragam. Rindu, marah, kesal, sedih, senang dan kecewa mengaduk-ngaduk isi hatiku. Ayase kasegawa, kenapa kau muncul lagi saat aku baru saja bisa sejenak melupakanmu?

"Naku-chan, maafkan aku. Aku sudah kembali ke jepang. 2 tahun bukan lah waktu yang singkat untuk berpisah. Dan sekarang aku hadir disini, didepanmu..naku-chan aku merindukanmu.."

Darahku berdesir. Isi otakku ku paksa berputar lebih cepat dari biasanya. Apa tadi maksud dari kata-katanya?

"Naku-chan.."

Ia memanggilku. Aku memalingkan wajahku ke arahnya. Dan yang ku dapat adalah..

"Naku-chan.."

Airmata mengalir perlahan dari pelupuk matanya. Matanya yang indah sekarang basah oleh karenanya. Aku gemetar, seluruh sendi-sendi otot tubuhku seperti mati rasa, aku tak bisa menggerakkannya, shit!

"Ayase, aku..ah," aku berjalan dengan tergesa-gesa mendekatinya. Aku tak tahan melihatnya seperti itu. Tanpa sadar, aku langsung merengkuh tubuhnya ke dalam dekapanku serta mengecup lembut kening wanita yang kembali mengguratkan semua emosi jiwa dalam diriku, dulu dan bahkan sekarang.

"Naku-chan hiks..aku.." aku memotong ucapannya. Aku menaruh jari telunjukku tepat di depan bibirnya. Bibir yang menguraikan senyuman indah setiap harinya.

"Sssstt..diamlah sebentar ayase. Aku tak mau mendengar isak tangis keluar dari mulutmu. Janganlah sedih ya, aku ada disini." kataku seraya menatap dalam mata itu. Aku tak mau mendengar atau melihatnya menangis lagi.

"I..ya :')" sahutnya sambil mengusap airmata yang melembabkan matanya. Aku tersenyum kemudian merengkuhnya kembali dalam pelukanku. Aku..merindukan saat-saat ini.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Back to basic, riika POV

"Baiklah aku setuju, tapi.." aku menunduk malu, dapat ku rasakan dengan indera ke-enamku<wahaha, tuh kan akhirnya si penulis mencamtumkan kekuatan supranatural pada tokoh utama xD) bahwa tae won langsung melototiku dan mendekatkan posisi tubuhnya ke arahku seraya berkata, "Tapi apa sih?" tanyanya penasaran. Aku mendongakkan kepala dan menatapnya malu-malu. Wajahku bersemu merah.

"Hei, apaan sih? Jangan membuatku penasaran!"

"Hehe.." aku senyum sambil melirik ke arahnya.

"Ada apa sih? Hei, wanita menyeramkan kau kenapa? Jelek sekali senyummu itu! Seperti orang menahan pup. Haha.." ujar tae won sambil tertawa terkekeh-kekeh. Oh, sumpah deh ini orang memang enggak bisa di ajak damai.

'plaak'

"Pup kepalamu!" aku menggeplak kepala tae won keras. Kurang ajar si kepala jagung ini, bisa-bisanya dia mengataiku seperti itu! Aku giles juga lama-lama manusia ini! :@

"AAW!!"

"Argh, pokoknya kau harus bantu aku dalam uts lusa!" ujarku ketus. Ia hanya menatapku melotot.

.

Panic Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang