"Jadi minggu ini, Petra warna apa?"
"Hmmm? Pink!"
Hevy ngangguk kecil, ngelus kepala anak didepannya dengan lembut. Setiap minggu sekolah mereka emang punya program konseling per kelas dan minggu ini Hevy akan meng-handle kelas B.
"Good morning, Shanin. Whats your color, baby?"
"Black."
Ada lima tingkatan warna yang Hevy pakai sebagai tolok ukur.
Merah untuk perasaan emosi yang masih bisa anak-anak kendalikan, biasanya mereka akan menyebut red setelah bertengkar rebutan mainan dengan saudara atau disuruh berhenti main hp sama orang tua.
Biru untuk perasaan biasa aja, bahagia dan berjalan seperti hari-hari sebelumnya.
Merah muda untuk perasaan yang sangat bahagia. Hevy bener-bener berharap semua siswanya menyebut merah muda di sesi ini.
Hijau untuk rasa takut dan gelisah, entah karena lupa mengerjakan tugas atau melakukan kesalahan.
Hitam untuk perasaan marah yang menggebu. Emosi yang belum selesai. Sebuah perasaan yang bikin anak bad mood sepanjang hari dan itu yang dirasakan Shanin saat ini.
"Mau cerita ke Miss Hevy?"
Anak-anak selalu punya catatan perkembangan psikologis, mungkin Hevy nanti akan memanggil orang tua Shanin untuk membicarkan seputar anak mereka.
"Mau, nanti aja miss!"
"Oke, thank you pretty. Sekarang, kembali ke kelas ya."
Hevy tersenyum kecil, ngelanjutin skrining-nya yang sempat tertunda sembari nulis gimana perkembangan Shanin ke buku laporan.
***
"Aku super angy, miss."
"Oke, marah kenapa sayang?"
"Mama sama papaku marah-marah, aku bingung."
Ah ...
Hevy ngehela napas panjang, berusaha untuk tetap mengatur ekspresi wajahnya. Masalah orang tua emang selalu jadi alasan kesedihan untuk anak. Nggak sekali dua kali dia nemuin kasus kayak gini.
"Mereka marahin kamu?"
"Nope. But miss, I hate when they keep arguing overnight. I just want to sleeeppp."
Ya ampun. Hevy rasanya pengen nangis, emang nih anak-anak akan selalu jadi korban keegoisan orang tua.
"Shanin mau miss ngomong ke orang tua Shanin nggak, sayang?"
"Please?"
"Okay. Besok, miss akan undang orang tua Shanin. Oke?"
"Thank you! You safe my life!"
Anak itu turun dari sofa dan bergabung dengan teman-temannya yang lagi ngabisin istirahat di halaman depan, main jungkat-jungkit atau perosotan.
Hevy nyenderin badan ke pintu, natap mereka yang ketawa dengan riang, nggak ada beban sama sekali.
Kata orang, anak-anak adalah manusia paling jujur. Mereka nggak bisa berbohong, bahkan mencoba berbohong pun akan segera ketahuan dari gesture tubuh mereka.
Dan apa yang Shanin katakan tadi bikin Hevy miris.
"Miss, undangan untuk orang tua Shanin sudah dikirim."
"Oke, follow up ke saya kalau mereka sudah merespon."
"Baik Miss Hevy."
Hevy kembali natap halaman yang dipenuhi gelak tawa, anak-anak itu belum tau baik dan buruk, mereka ngeliat orang-orang terdekatnya, dalam hal ini orang tua, makanya menjadi orang tua itu adalah pelajaran seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Wine-Wine
Hayran KurguHevy, Sarjana Psikologi yang sekarang menjadi guru konseling di TK kalangan atas. Si Buta Nada, baginya musik itu hanya ada bagus, bagus aja sama bagus banget. Bertemu dengan Mark, idol top yang lagunya selalu nangkring di Top #1 under the Moonlight...