Nine Wine-Wine #7

1.3K 233 4
                                    


"GOOD MORNING MISS HEVY!"

"Morning!"

Kadang Hevy bersyukur karena kelasnya nggak setiap hari, jadi dia nggak perlu menyusun mood yang bagus agar anak-anak di depannya nggak tau kalo dia lagi stress.

Jana udah menyanyikan lagu morning bell untuk menyambut pagi yang cerah, sementara Jani menggiring anak-anak asuhnya ke dalam kelas setelah melakukan bersih halaman seperti biasa.

Suara anak kecil di sekitarnya membuat Hevy lebih rileks, mereka yang masih tumbuh dan belum tau arti dewasa adalah salah satu hal yang menyenangkan.

"Miss Hevy, bisa tolong bantu saya sebentar."

"Oh, iya bu."

Kepala sekolah menunjuk kursi kosong yang tersedia, Hevy duduk di sana, menatap beberapa lembar undangan yang tersebar di atas meja.

"Ini untuk rapat orang tua siswa, hanya perwakilan yang diundang, untuk menentukan lokasi field trip education."

"Oh iya bu."

"Saya mau Miss Hevy koordinasi lagi dengan bagian tata usaha ya, tentang pelaksanaan dan lain sebagainya, tolong didiskusikan kembali."

"Ahh, iya bu. Nanti saya bicarakan lagi dengan Miss Rina."

"Oke kalau gitu, kembali bekerja."

Hevy tersenyum kecil, di sekolah tempat dia ngajar emang per kelas tuh ada perwakilan wali murid biasanya yang ditunjuk ini ibu-ibu yang nggak bekerja atau kerjanya lebih santai jadi bisa mewakili ibu lain dalam mengambil keputusan.

Dua minggu lagi sekolah mereka akan mengadakan field trip education atau bahasa singkatnya study tour, lokasinya masih belum bisa ditentukan karena biasanya orang tua yang memberikan masukan.

Sekolah menyediakan beberapa opsi, mereka tinggal memilih mana yang sekiranya aman dan cocok untuk anak-anak mereka nanti.

Kalo dulu, pas masih TK, Hevy study tour-nya pas perpisahan aja itupun di curug deket rumah, sekarang anak TK aja bisa study tour ke luar kota.

Emang beda orang-orang kaya ini.

***

Konsernya yang kedua di Singapura baru selesai malam ini, Mark bener-bener capek, tapi dia seneng ngeliat gimana antusias penggemar yang memenuhi Indoor Arena.

Dia menyukai sensasi ini, menjadi alasan untuk orang lain bahagia, menjadi salah satu motivasi untuk orang lain bisa melanjutkan hidupnya.

Mark nggak pernah nyangka kalo lagu-lagu yang dia tulis, dia nyanyikan dan dia ciptakan bisa memberi impact yang besar bagi hidup orang lain.

"Mark, mau ikut ke bar?"

"Nggak dulu deh, gue nggak mau sober."

"Oke, gue duluan kalo gitu."

Pintu kamar kembali ditutup rapat, Mark rebahan di atas kasur setelah manajer dan stafnya pamitan buat ngabisin malam mereka di bar rooftop.

Sebenernya dia mau-mau aja sih minum, tapi kejadian terakhir yang bikin dia bangun bareng cewek asing di acara ulang tahun keponakannya sedikit ngasih efek kapok.

Gimana ya kabar gadis itu sekarang? Mark udah lupa namanya siapa tapi mukanya masih terbayang jelas.

Apalagi dia tidur sambil meluk Mark erat banget, seolah Mark bakalan pergi kalo dia nggak peluk.

Duh, Mark menggelengkan kepala. Kenapa jadi mikirin cewek itu sih?

Fokusnya beralih ke ponsel yang rame banget, akun sosial medianya diserbu banyak fans yang datang secara langsung tadi. Mark mengulas senyum kecil, ah dia bener-bener menikmati hidupnya.

Nine Wine-WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang