Hevy membereskan beberapa barang yang mungkin akan dia butuhkan nanti saat field trip bersama anak-anak di sekolah. Jana dan Jani udah wanti-wanti buat bawa baju ganti karena mereka kayaknya akan banyak berkeringat.
Anak-anak selalu kelebihan energi, beda sama mereka yang udah saatnya rebahan sambil nungguin suami ngasih duit bulanan.
"Mau kemana, Vy?"
"Eh, hai Bang."
Jovaniel mengintip dari daun pintu yang tidak tertutup, cowok itu duduk di tepi ranjang, natap adeknya yang lagi masukin sunblock ke dalam pocket.
"Besok anak-anak mau field trip jadi aku siap-siap."
"Kemana?"
"TMII gitu sih bang. Kamu tumben balik?"
"Iya, kerjaan kelarnya cepet."
Jovaniel emang jarang di rumah, cowok itu kerja di salah satu rumah produksi yang tidak punya jam kerja tetap.
Sejak dulu, abangnya udah banyak sekali berkorban, demi kuliahnya agar tetap berjalan, demi masa depannya agar tetap terang.
"Mau dianter ke sekolah nggak?"
Abangnya jarang nawarin kayak gini dan Hevy ngerasa sangat bersyukur karena mereka bisa quality time setelah sekian lama.
"Boleh!"
Kepalanya diusap lembut, Jo keluar kamar dan manasin motor, nungguin adeknya selesai berbenah lalu mereka akan berangkat ke sekolah swasta tempat Hevy mengajar.
Kadang, dia ngerasa useless as kakak, soalnya Hevy tumbuhnya sendirian, anak itu sudah jarang sekali bergantung padanya. Hal yang baik emang, tapi bagi Jo, Hevy masihlah anak kecil yang butuh uluran tangan.
Apa yang dia lakukan selama ini, semata-mata untuk kebaikan Hevy aja, nggak lebih.
"Ayo bang."
Helm bogo coklat menutupi rambut yang dikat longgar, Jo tersenyum kecil, baru menyadari kalau adiknya sudah tumbuh menjadi wanita seutuhnya.
***
"Bawa ini nih, terus jangan lupa jas ujan sekali pake, ini boots-nya juga masukin."
Tyana cuma ngehela napas panjang ngeliat mertuanya rempong ngurusin keperluan Shanin, padahal anaknya cuma field trip ke TMII yang jaraknya juga nggak jauh banget dari rumah.
"Ngga sekalian itu seisi rumah dimasukin ke tas?"
Jarvis, adik iparnya berkomentar, cowok itu nyender di pintu dapur, ngeliatin kekacauan ruang tengah yang disponsori mama mertua.
"Jangan gitu, Vis. Ini ponakan kamu first time loh study tour."
"Maaa, Shanin bahkan udah pernah keliling eropa di usia dua tahun. Demi Yesus, ini cuma TMII!"
Tyana melempar ucapan terima kasih melalui lekuk mata, pada adik ipar yang ikut ngebantu dia ngomong ke mama mertua kalo beliau tuh agak berlebihan.
"I'm home!"
Seruan dari ruang depan ngebuat Shanin yang dari tadi menekuri ipadnya berlari kecil, tawanya melengking saat sesosok pria menangkap tubuhnya dalam pelukan hangat.
"OM MARKY!"
"Halo little one!"
"Nah, karena kamu di sini, ayo ikut anterin Shanin ke sekolah."
"Hah!?"
***
Halaman depan taman kanak-kanak tempat Hevy ngajar jauh lebih rame dari biasanya, banyak banget mobil mewah berbagai merk berjejer menuju pintu masuk, guru-guru menyambut dengan seragam warna kuning yang terlihat mencolok, depannya tersablon nama dan kelas yang dipimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Wine-Wine
FanfictionHevy, Sarjana Psikologi yang sekarang menjadi guru konseling di TK kalangan atas. Si Buta Nada, baginya musik itu hanya ada bagus, bagus aja sama bagus banget. Bertemu dengan Mark, idol top yang lagunya selalu nangkring di Top #1 under the Moonlight...