Nine Wine-Wine #10

1.1K 239 11
                                    

Hevy bener-bener nggak tau kalau impact Mark Dharmawangsa segede itu buat dia yang bukan siapa-siapa. Baru semalem dia ngikutin balik akun besar itu, tapi pagi ini dia udah disambut gosip dari beberapa orang tua murid yang dekat dengannya.

"Capek banget gue."

Jana yang duduk di depannya ngangguk kecil, "Gue yang liat aja capek, Hev."

Semalem dia baru bisa tidur sekitar pukul tiga pagi, sibuk mengingat wajah yang jadi teman tidurnya beberapa bulan lalu, tepat di hari dia berulang tahun.

Namun hanya kotak hitam yang dia temui, Hevy bersumpah dalam hati nggak bakalan pernah minum lagi sampe sober mulai hari ini.

"Pulang sini, nongkrong yuk."

Ajakan Jana disambut Jani dengan anggukan antusias, anak kembar itu emang selalu punya banyak cara untuk ngabisin waktu di luar rumah.

"Abang ke Bandung, gue sendirian di rumah."

"Lah, bagus dong?" Jani mengerutkan kening, "Daripada sendirian, mending nongkrong bareng kita."

"Betul."

Hevy ngehela napas panjang, sebenernya pengen pulang aja, tapi kayaknya dia emang butuh suasana baru biar kepalanya sedikit lebih lega dan ringan. Sendirian di rumah hanya akan menambah daftar panjang overthinkingnya.

"Ya udah, kemana?"

"PIK lah."

"Oke deh."

Obrolan ketiganya terputus saat sebuah kepala melongok ke dalam, wanita itu tersenyum kecil saat bersinggungan dengan manik Hevy yang menatap bingung.

"Miss Hevy, dipanggil kepala sekolah."

Jana dan Jani bertatapan bingung, bertanya-tanya tentang alasan Hevy dipanggil oleh pemangku jabatan tertinggi di sekolah ini.

"Gue bikin kesalahan apa kira-kira?"

Bahu Jani mengedik, "Masa follow-an sama Mark jadi masalah sih?"

"HUS, NGACO!" gulungan kertas dilempar ke kepala Jani sebelum Hevy keluar untuk menemui kepala sekolahnya.

***

"Mark?"

Goresan tangannya berhenti sejenak di atas kertas yang udah penuh dengan beberapa kalimat yang tiba-tiba terlintas di kepalanya begitu aja.

Sosok Chandra—salah satu produser di label rekaman—menempatkan diri di sampingnya, ngelirik buku yang jadi temannya sejak tadi.

"Gue kira lagi latihan vokal."

"Nggak bang, lagi gabut aja makanya nulis lirik."

Emang Mark doang yang gabutnya produktif, padahal cowok ini bisa aja ngabisin waktu dengan rebahan sepanjang hari.

"Gimana persiapan buat tour Jepang?"

"So far aman sih, Bang. List lagu juga udah dikonfirmasi."

"Deg-degkan?"

"Pastilah," senyum tersimpul di wajah tampangnya, "Tapi lebih banyak excitednya."

Chandra nepuk bahunya pelan, melirik tulisan Mark yang dari tadi menarik perhatiannya.

"Mau debut solo lagi?"

"Ini?" tunjuknya pada sederet kalimat yang bikin Chandra ngangguk.

"Paling soundcloud aja, Bang. Album kemarin aja belum rampung sepenuhnya."

"Ya udah kalo gitu, jangan lupa jaga kesehatan ya."

"Iya aman."

Jadwalnya emang lumayan padet, setelah ngisi salah satu festival di negeri Sakura yang dilanjut tour tunggalnya, Mark masih harus merilis album baru, kemudian promosi lalu dilanjut project kecil dan besar yang bekerja sama dengannya. Belum lagi promosi dan pemotretan brand yang mengontraknya sebagai brand ambasador.

Nine Wine-WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang