Nine Wine-Wine #5

1.1K 229 8
                                    


Hevy udah nggak tau lagi mau naro muka di mana pas Jana dan Jani muntah karena kebanyakan minum, Mbak Tyana cuma ketawa kecil, maklum karena dia juga pernah muda.

"Mau nginep aja? Besok kan minggu, nggak ada jadwal ngajar kan?"

"Nggak deh mbak, nggak usah."

"Nggak apa-apa, Hevy, satu lantai ini sudah di booking kok."

Hevy meringis pelan, dia nggak punya pilihan lain, nggak mungkin anterin si kembar pulang dalam keadaan mabuk, bisa dicincang Pak Simon dia, lagian Hevy juga nggak bisa bawa mobil, jadi amannya emang nginep aja.

"Dibantu asisten saya ya?"

"Makasih ya, Mbak Tyana."

"Sama-sama."

Mereka dikasih satu kamar bertiga dengan double bed, Hevy menghela napas panjang pas Jana dan Jani udah di atas kasur, abis ini dia mau nelepon abang Jo dulu sebelum bersih-bersih.

Tangannya meraih kenop pintu namun sedikit heran karena pemandangan di depannya bukan kamar mandi, melainkan kamar tidur lain dengan televisi menyala dan suara air dari pintu lain.

"Connecting door ya ini ..."

Dia belum sempat keluar dari sana saat pintu lain terbuka dan menampilkan seorang pria dengan dada telanjang dan celana pendek yang membalut tubuhnya.

"Who are you?"

Semabuk-mabuknya Mark, dia masih bisa ngenalin keluarganya dan cewek ini baru pertama kali dia lihat.

"Sorry, kayaknya saya salah buka pintu."

Hevy pengen kabur tapi cowok itu lebih sigap, menutup pintu penghubung dan berdiri di sana, ngebuat Hevy terpaksa harus ngeliat ke arah lain.

Kemana pun asal bukan dada telanjang pria ini.

"Lo ... penguntit?"

"BUKAN! Saya tamu undangannya Shanin."

Kening Mark mengerut bingung, tamu dari pihak mana?

"Bohong ya?"

"Enggak."

Mark maju lebih dekat, ngeliatin perempuan di depannya lebih seksama, matanya menjelajah dari ujung kaki sampai ujung rambut, ngebuat gugup terpancar jelas dari wajahnya yang memerah.

"Are you drunk?"

"A little?"

Nggak. Mabuknya nggak sedikit karena Mark bisa ngerasain aroma wine yang kuat menguar di antara mereka.

"What's your name?"

"Hevy."

"Happy?"

"No, its h-e-v-y."

Kakinya sedikit lagi menyentuh ujung sendal hotel yang Hevy gunakan, membuat gadis itu mundur sampai nyaris menabrak kasur di belakangnya.

"Kamar di sebelah itu untuk keluarga inti, punya connecting door buat ke sini. Dan kamu rasanya bukan keluarga inti. Jadi, who are you?"

Hevy mengerjap nggak tau mau jawab apa, aroma memabukkan yang keluar dari tubuh pria di depannya mematikan fungsi otak ditambah tatapan mata yang terlihat ingin menguliti, kakinya berubah jadi jelly rasanya.

"Saya ... saya ... cuma disuruh Mbak Tyana."

"Apanya?"

"Hmm?"

Nine Wine-WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang