tw: adegan dengan rate 18+ bijaklah dalam memilih bacaan.
***
Jam udah nunjukin angka satu saat Mark ngebuka pintu apartemennya. Hari ini bener-bener padat, dia harus promosi di beberapa acara online dan offline untuk lagu terbarunya, juga persiapan untuk tour dunia tiga bulan lagi.
Lampu ruang depan dan tengah udah padam, hanya tersisa cahaya dari dapur yang bikin dia senyum kecil.
Hevy nginap malem ini, makanya apartemennya tampak jauh lebih tertata. Mamanya selalu bilang, Mark beruntung dapet perempuan kayak Hevy, yang selalu bisa memahami gimana maunya, yang selalu ada saat Mark butuh sandaran.
Tangannya ngebuka pintu kamar yang remang, hanya ada pencahayaan dari balkon yang temaram, dia bisa ngeliat perempuannya bergelung hangat di dalam selimut tebal yang nyaman, ngebuat senyum di wajah pria itu melengkung lebih lebar.
"Hmm? You here?"
Hevy nanya pelan saat pinggangnya direngkuh dari belakang, Mark menenggelamkan diri pada pelukan hangat yang selalu dia rindukan sepanjang hari.
"How was your day, baby?"
Mark selalu menyukai saat Hevy memanggilnya begitu. Selalu suka sensasi nyaman yang menelusup tatkala Hevy membiarkan menjadi bayi yang manja.
"Very busy. So tired."
Usapan halus mampir di kepala, Mark menarik pinggang Hevy lebih erat.
"Its okay, my baby doing so well."
Mark nggak bisa nahan senyum saat Hevy mengapresiasi sekecil apapun pencapaiannya, menyenangkan saat perempuan itu memeluknya sepanjang malam karena kelelahan, selalu suka wangi vanila yang menenangkan dari kulitnya.
"Kamu hari ini gimana, sayang?"
"Hari ini?"
"Hmm."
Hevy diam sejenak, tangan Mark di pinggangnya bergerak konstan, mengelus kulitnya yang halus.
"Aku kangen bunda, jadi aku tadi ke makam."
"Kok nggak ngasih tau aku?"
"Impusif, sayang. Nanti kapan-kapan kita ke sana sama-sama, abang juga mau ke sana nanti sama Mbak Tisha."
Jo akhirnya ngenalin seorang perempuan saat hubungan Mark dan Hevy terjalin delapan bulan dan nggak ada alasan bagi Hevy untuk tidak menerima Tisha dalam keluarga mereka.
Perempuan itu teramat manis dengan aura keibuan yang ngebuat dia merasakan kehadiran sosok sang bunda dalam mata bulatnya yang bercahaya.
"Hari ini kamu ngapain aja?"
"Banyak," Mark menarik tubuh Hevy mendekat, mencium pelipis perempuan itu dengan lembut, "Aku ada pemotretan, syuting untuk iklan, youtube, terus ada meeting sama beberapa brand juga."
"Im so proud of you, baby. Pacar aku keren banget."
"Thank you," suara itu teredam di bahu Hevy, Mark menjatuhkan kepala di sana, mencium pelan kulit perempuannya yang terbuka.
"Kamu udah keren banget loh, sayang. Setelah beberapa bulan ngalamin struggle, akhirnya kamu bisa kembali bangkit dan ngebuktiin ke mereka kalo kamu bisa jauh lebih baik dari sebelumnya."
"Bangga banget aku sama pacarku. Aku sayang banget sama kamu."
"Sayang ... jangan bikin aku nangis tengah malem."
Hevy ketawa kecil, tangannya mengelus rambut Mark, sesekali menjatuhkan ciuman kecil di kening kekasihnya.
Mereka nggak tinggal bareng kok, Hevy cuma nginep pas Mark ada kerjaan sampe tengah malem atau pas mereka berdua ada free time.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Wine-Wine
FanfictionHevy, Sarjana Psikologi yang sekarang menjadi guru konseling di TK kalangan atas. Si Buta Nada, baginya musik itu hanya ada bagus, bagus aja sama bagus banget. Bertemu dengan Mark, idol top yang lagunya selalu nangkring di Top #1 under the Moonlight...