Nine Wine-Wine #17

1.3K 235 11
                                    

WARNING: implisit sex, panic attack

***

Mark is calling ...

Kening Hevy mengernyit saat nama itu tertera di layar ponselnya. Jarum jam menunjuk angka satu dinihari, masih terlalu pagi untuk menghubungi tapi mengingat bahwa pria itu baru aja melewati sesi konsultasi yang ketiga tanpa sosok Hevy ngebuat dia buru-buru melempar selimut.

"Ya, Mark?" sapanya, dengan bibir digigit gugup.

"Vy."

Ada ludah kering yang berusaha Mark telan untuk membasahi kerongkongan, sesinya tadi tidak berjalan mulus, dia sempat sesak nafas beberapa menit kemudian meminta untuk tidak lanjut karena emang udah nggak sanggup dan Mbak Risha menyetujui.

"Mark?"

"I need you."

Sekali lagi Hevy melirik jam, menimbang untuk pergi atau tidak dimalam selarut ini.

"Vy, I cant breath ... help me please."

Tanpa pikir panjang, perempuan itu meraih cardigan di lemari dan memesan ojek online dari ponselnya.

"On my way, Mark. Please, stay sane."

***

Mark tidak tau apa pemicunya, seingatnya dia baik-baik aja setelah pulang dari konsultasi bersama Mbak Risha, walaupun hasilnya kurang memuaskan tapi Mark udah bisa cerita gimana karirnya dimulai dari sejak kapan dia menjadi seperfeksionis ini.

Lalu ketika sampai di apartemen, dia nyoba buat nyalain televisi, menampilkan wajah kakak sulungnya yang sedang menjadi narasumber untuk berita bisnis.

Jefran memang selalu jadi wajah keluarga sementara Jarvis memilih untuk berada di belakang layar.

Kedua saudaranya bekerja keras membangun kerajaan bisnis mereka dan dia di sini ... serasa tidak berguna.

Panggilan telepon dari sang mama semakin memperburuk semuanya, Mark bahkan nyaris membenturkan kepalanya ke tembok kalau aja nggak bayangan Hevy yang memeluknya erat di sofa perawatan Mbak Risha.

Dia capek banget.

Kalo ditanya apa yang bikin capek, dia juga bingung mau jawab apa, karena rasanya satu dunia berkonspirasi untuk menyerangnya saat ini.

Bunyi pintu dibuka bikin nafasnya sedikit teratur, dia bisa ngeliat Hevy buru-buru melepas sendalnya kemudian berlari kecil ke arahnya yang duduk di lantai sambil memegang kepala.

"Hey, im here. Youre safe now."

***

Tangannya masih dalam genggaman Hevy saat wanita itu menuntunnya ke sofa panjang, meredupkan lampu ruang tengah yang cukup menyakiti kepala.

Segelas air disodorkan gadis itu yang langsung diteguk rakus.

"Take a deep breath."

"Sorry."

"No need."

Hevy emang udah ngasih tau Mark cara utama yang harus dilakukan semisal cowok itu terjebak dalam panic attack dan tidak ada yang bisa nolong dia selain diri sendiri.

Tapi, Hevy juga sangat paham, terkena serangan panik bikin kita nggak bisa mikir jernih, jangankan mikir, bernafas aja sulit.

"Better?" tanyanya setelah segelas air tandas.

"Hmm. Lumayan."

Jantungnya masih berdebar kencang tapi tidak separah tadi, masih ada sisa takut yang membayang di wajah tapi presensi Hevy menggantikan itu dengan senyum lembut dan sentuhan hangat di lengannya.

Nine Wine-WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang