Nine Wine-Wine #24

1.3K 253 16
                                    

Yang paling pertama Mark lakukan setelah ketemu Jana adalah mengemudikan mobilnya ke studio rekaman. Dia udah janjian bareng produsernya untuk ngebahas beberapa hal.

Psikolog yang dia datangi waktu itu bersama Hevy sudah tersenyum jauh lebih lebar, kondisi mentalnya pulih lumayan pesat selama setahun terakhir ini, rasanya sangat bersyukur dan itu nggak lepas dari peran seorang Hevy Lesmana.

"Comeback, kan?"

Dia ngangguk kecil, "Ya, tapi dengan syarat."

Produser yang biasa bekerja sama dengannya memutar kursi, "Apa?"

"Saya yang akan menggarap sendiri albumnya karena ini akan didedikasikan untuk seseorang."

Senyum tipis muncul di bibir pria yang sering kali membantunya dalam beberapa hal, "Larangan datingmu udah dihapus, kan? Do everything what you want then."

"Thank you, Bang."

Mark mulai duduk di depat music mix, meminta produser tersebut mendengar beberapa lagu yang dia bawa untuk mengisi album kembalinya dia nanti.

"Isinya ... sangat Mark sekali."

Kekehan kecil muncul dari bibir pria itu, melepas head phone yang dari tadi menempel di kepala.

"Yea, cringe banget, kan?"

"Ngga gitu hahaha, ini lebih nunjukin sisi melankolis seorang Mark, sisi yang jarang sekali dimunculkan di permukaan."

"Dan itu akhirnya muncul, karena seseorang ini."

"Who's her?"

"My muse, my melody, my music, my fluffy teddy bear."

***

Hevy udah lupa kapan dia ketemu Mark, mereka akhir-akhir ini sibuk banget, anak-anaknya akan segera ujian dan Mark pun lebih sering berada di studio.

Dia nggak tau sih, cowok itu bakalan segera menggarap album atau nggak, Hevy udah lupa cara bertanya yang baik karena rasanya udara di sekitar mereka begitu canggung.

Dia ngedorong pintu rumah, bertepatan dengan seseorang berhentiin mobil di depan.

Matanya menyipit tajam saat sosok Mark turun dari pintu pengemudi, panjang umur banget dia.

"Hi. Can we talk?"

Hevy ngelirik jam tangan, pukul empat sore, abangnya hari ini nggak pulang sih.

"Bakalan lama?"

"Maybe?"

Mark ngejawab ragu, ngebuat Hevy narik napas panjang, "Bisa ngobrol di sini aja?"

"Sure."

Mobil Mark terparkir manis di garasi rumahnya, dia ngajak pria itu masuk, ngebiarin matanya memindai semua hal-hal yang menurutnya menarik.

"Aku mau mandi dulu sih, kamu mau nunggu di sini atau?"

"Its up to you, Vy."

Hela napas panjang dihembuskan, "Ayo ke kamarku aja."

Mark mengekor di belakang saat mereka meniti tangga yang bakal ngebawa ke kamar Hevy, matanya masih belum lepas dari deretan foto-foto yang terpajang di dinding.

"Sepi ya? Abangku lagi ada kerjaan di luar kota soalnya."

"Hmm, aku perlu izin beliau nggak?"

"Its okay tho."

Pintu jati di depannya didorong pelan, nampilin kamar sederhana yang bersih dan beraroma sangat Hevy.

Gimana ya Mark ngegambarinnya ... citrus yang segar dipadu floral yang manis. Mark selalu bisa ngehirup itu dari tubuh Hevy.

Nine Wine-WineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang