Hevy akhirnya memberanikan diri untuk dateng ke acara ulang tahun Shanin setelah izin ke kakaknya untuk pulang agak larut, Jana dan Jani udah janji mau jemput di rumah.
Kado sederhana yang dibungkus kertas berwarna biru langit udah disiapkan Hevy sejak kemarin, mungkin nilainya emang gak seberapa tapi yang terpenting adalah niatnya.
"Di mana lokasinya sih? Mau abang aja yang anter?"
"Nggak usah, ini si kembar udah di jalan kok."
Dia berdiri, meluk abangnya sebentar karena Jana ngabarin kalo dia dan Jani udah di gerbang komplek rumah Hevy.
"Aku berangkat ya, Bang."
"Iya, hati-hati."
Pria itu masih berdiri di sana, natap punggung adiknya yang udah naik ke bangku belakang honda jazz yang dikemudikan Jani. Sebuah kotak kecil yang dia sembunyikan di saku hoodie dikeluarkan, mungkin nanti aja dia ngasihnya.
***
Park Hyatt udah rame banget, parkirannya kayak parade mobil mewah, di mana sepanjang jalan masuk mereka disambut oleh banyak sekali staff yang langsung ngarahin ke lokasi acara.
Jani di sampingnya berdecak pelan pas ngeliat gaun yang mereka kenakan, sangat amat sederhana jika dibandingkan dengan mereka yang masuk bersamaan.
"Nggak apa-apa, yang penting niatnya." Jana meneguhkan hati walau agak jiper ngeliat gimana mewah dan glamour-nya lokasi pesta.
"Ini tuh nggak kayak pesta anak kecil."
"Heeh, lebih ke pesta dansa orang dewasa, kayak prom night kita nggak sih?"
Hevy nggak menyimak apa yang Jana dan Jani bicarakan, dia fokus mengedarkan pandangan, mencari si empunya acara, lalu ngucapin selamat, ngasih hadiah dan pulang. Setidaknya, begitulah rencana awal.
Prasmanan makanan terlihat menggiurkan, sementara di sisi lain ada panggung kecil yang akan diisi live music, di tengah-tengah ada kue berwarna pink dan putih yang tingginya melebihi tinggi Hevy.
"Yang dateng juga mostly bapak-bapak dan ibu-ibu."
Sepanjang yang mereka liat emang yang hadir kayak orang-orang penting berjas rapi dan bergaun mewah, Hevy kira mereka salah masuk ballroom tapi di luar ada tulisan Birthday Party Shanin Dharmawangsa kok.
"Eh, halooo, ibu gurunya Nin ya?"
Akhirnya mereka bisa ngeliat sosok yang mereka kenal, ibu Shanin menyapa dengan ramah.
"Iya, ibu. Shanin mana ya? Kita mau ucapin selamat ulang tahun ini."
"Shanin lagi sama omnya itu, duduk dulu yaa, bu. Sebentar lagi dimulai kok."
Jana mengamit lengannya untuk menempati kursi dan meja bundar yang nggak terlalu jauh dari depan panggung, pelan-pelan lampu di sekitar menyala lebih hangat, ada warna pink dan warm white yang mendominasi sebelum alunan lagu selamat ulang tahun menggema dari speaker.
"Selamat ulang tahun Shanin, selamat ulang tahuuuun~!"
Anak itu meniup lilin dengan angka enam di atasnya, senyumnya masih terpatri saat ibu dan ayah yang berdiri di sisinya ngasih pisau untuk motong kue bersama.
Air mata Hevy jatuh pas kedua orang tua Shanin mencium anak itu dengan wajah penuh senyum.
Bersyukur karena masih ada banyak anak kecil di luar sana yang mendapatkan kehangatan keluarga.
"Gila sih ini keluarganya Shanin, isinya berlian semua."
Gumaman Jana dijawab anggukan setuju oleh kembarannya, mulai dari kakek, nenek, om dan tante, ini yang berdiri di depan semuanya bener-bener visual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine Wine-Wine
FanficHevy, Sarjana Psikologi yang sekarang menjadi guru konseling di TK kalangan atas. Si Buta Nada, baginya musik itu hanya ada bagus, bagus aja sama bagus banget. Bertemu dengan Mark, idol top yang lagunya selalu nangkring di Top #1 under the Moonlight...