Tercyduk

24.1K 1.7K 182
                                    

Haruto mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya dengan ekspresi bingung yang terlihat jelas, mengundang tatapan gemas dari pria yang saat ini tengah memangkunya disofa.

Tadi setelah Jeongwoo menyuruh Junghwan untuk menyeret Jena keluar dari ruangannya, ia segera menghampiri Haruto yang masih membeku, lalu dia gendong tubuh ramping itu dan dibawa untuk duduk.

Lantas tanpa diminta sang pimpinan perusahaan langsung menjelaskan semuanya tanpa terkecuali, mulai dari siapa Jena sampai kenapa ada adegan ciuman beberapa saat yang lalu.

Jeongwoo sudah was-was soalnya, takut si manis berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya. Terlebih si manis ini kan polosnya luar biasa, jangan sampai Jeongwoo dituduh selingkuh nanti.

Tapi ketika melihat reaksi Haruto yang masih saja diam bahkan setelah mendengar penjelasannya, dia jadi ikutan bingung sekarang. Dipeluknya tubuh yang tenggelam oleh hoodie kebesaran itu dengan erat, sambil memberi beberapa kecupan ringan pada surai hitam si manis.

"Sayaang kamu marah sama mas? Beneran mas tadi ga mau cium, tapi dia yang emang gatau diri nyosor gitu aja"

Kali ini Haruto merespon dengan gelengan kencang sampai Jeongwoo harus menahan kepalanya supaya berhenti. Si manis itu kadang terlalu excited memang.

"Aku ga marah kok!"

"Terus kenapa diem aja dari tadi, hm?" Jeongwoo mencium pipi bulat itu berulang kali, kenyal sekali hingga rasanya ingin dia gigit. Ditambah wangi minyak telon yang dikenakan Haruto benar-benar membuat Jeongwoo gemas ingin memeluk istri mungilnya terus menerus.

"Hmm aku lagi mikir aja, ternyata olahraga bibir bisa sama siapa aja ya? Tadi mas Jewoo ngelakuinnya sama tante itu, berarti kalo aku lakuinnya sama Junghwan juga gapapa dong?"

Jeongwoo menganga. Susah payah dia berbicara setengah jam lebih, memberi penjelasan tentang dirinya tidak ada hubungan apapun dengan sekretarisnya, tapi ternyata yang dipikirkan Haruto justru malah—?

"Sayang.... bukan gitu maksudnya astaga—aarrgghh!!"

Jeongwoo ingin kesal tapi tidak tau melampiaskannya kemana. Jadi semua perkataannya tadi sama sekali tidak ada yang Haruto dengar? Masuk melalui telinga kiri keluar telinga kanan? Atau malah memantul alias tidak masuk sama sekali?

Iya salahnya memang memberi pengertian pada Haruto bahwa ciuman adalah salah satu bentuk olahraga supaya bibir kita sehat. Itu dia lakukan supaya si manis tidak bisa menolak lagi jika dia ajak ciuman, tapi saat ini mereka kan tidak sedang membahas hal itu ya Tuhan.. 

"Ehh mas Jewoo kenapa?! Kepalanya pusing yah? Mau haru carikan obat??"

Haruto sedikit panik melihat Jeongwoo teriak dan memejamkan mata sambil meremat keningnya. Ia begitu khawatir padahal dirinyalah penyebab rasa sakit dikepala Jeongwoo datang.

Iya, bos yang paling ditakuti dalam dunia bisnis itu benar-benar menyerah, meski yang ia hadapi hanya satu orang dan masih bocil pula, tapi rasanya seperti menghadapi ratusan klien bebal, bikin mumet kepala.

Sungguh kalau bukan istrinya mungkin sudah Jeongwoo jitak. Sayangnya si dominan ini terlalu bucin, jadi alih-alih main tangan Jeongwoo justru memilih untuk membungkam bibir merah Haruto dengan bibirnya.

Daripada stress mendengar ocehan pemuda polos itu ya lebih baik dia telan saja, kan? Apalagi dirinya sedikit kesal mendengar istri mungilnya tadi menyebut nama Junghwan. Apa-apaan? Jadi maksudnya Haruto ingin berciuman dengan adik bongsornya begitu?

Tidak akan! Enak saja, semua yang ada pada diri Haruto itu cuma miliknya. Milik Park Jeongwoo seorang, mana sudi dia berbagi dengan siapapun. Terlebih Jeongwoo juga tau bahwa adiknya yang mirip sapi itu menyukai Haruto.

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang