takut

22.3K 1.6K 570
                                    

"Oh baik, kalo gitu saya akan segera kesana"

Jeongwoo bergegas keluar dari sebuah toko kue sembari menenteng bingkisan yang berisi makanan kesukaan Haruto. Wajah yang tadinya kusut kini terlihat sedikit cerah mendengar kabar dari dokter jika istri manisnya telah sadar.

Sedikit menyesal sebenarnya, harusnya dia tadi tidak usah keluar supaya menjadi orang yang pertama dilihat Haruto ketika dia bangun.

Jeongwoo memang merasa suntuk habis begadang semalaman menjaga Haruto,  makanya ia memutuskan keluar sebentar guna mencari udara segar sekalian membeli makanan untuk sang istri.

Lalu selain makanan, ada sebuah boneka besar yang juga tadi sempat ia beli. Pria itu ingat beberapa hari lalu Haruto pernah meminta dibelikan boneka, namun karena terlalu sibuk kerja Jeongwoo jadi tidak pernah sempat menuruti kemauan si manis.

Rasa bersalahnya kembali datang, Jeongwoo tidak sadar selama ini terlalu sibuk mengurusi pekerjaan sampai mengabaikan istrinya sendiri.

Dia bahkan tidak tau kalau ternyata Haruto tengah demam sejak dua hari lalu, dan bodohnya Jeongwoo malah memberi tamparan keras ketika kondisi si manis itu masih sakit.

"Semoga Haru maafin gue.."

Gumamnya sepanjang perjalanan, jujur saja Jeongwoo merasa gugup. Takut Haruto akan marah dan tidak mau bertemu dengannya, semoga saja tidak karena demi apapun Jeongwoo bisa gila jika hal itu sampai terjadi.

Sembari menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari dari parkiran, sampailah Jeongwoo didepan ruangan sang istri. Tangannya dengan tidak sabaran meraih kenop pintu lalu membukanya,

"Sayang—"

Ucapan Jeongwoo terhenti. Senyumnya yang tadi mengembang segera hilang kala sosok Haruto dengan terburu bersembunyi dibalik tubuh seorang dokter yang memeriksanya setelah mendengar suaranya barusan.

Padahal baru suara tapi reaksi Haruto sudah menunjukkan bahwa dia enggan bertemu dengannya. Jeongwoo masih terdiam, bingung ingin berkata apa kalau seperti ini situasinya.

Dokter yang ia ketahui bernama jeno itu terlihat mengusap lembut surai Haruto, mungkin berusaha menenangkan istrinya. Namun hal itu tentu saja membangkitkan emosi Jeongwoo, dia tidak suka miliknya disentuh sembarangan oleh orang lain.

"Haru.. itu ada suaminya Haru, dia mau liat kondisi kamu.."

Jeongwoo berdecak dalam hati, pria itu mati-matian menahan umpatan kesal yang benar-benar ingin terlontar ketika mendengar suara Jeno yang bicara pada istrinya. Apa-apaan, sok lembut sekali.

Dan lagi apa itu? Bukannya melihat kearahnya, Haruto justru menggeleng keras lalu memeluk dan bahkan melesakkan wajahnya pada dada Jeno.

Sial.

Jeongwoo tidak tahan lagi. Dengan cepat dia berjalan mendekat hingga dapat melihat dengan jelas Haruto yang masih tersembunyi dan hanya memperlihatkan sebagian wajahnya saja.

"Haru—"

"Nggaa.. gamau sama dia!"

Jeongwoo mencelos. Dia? Apa kesalahannya terlalu fatal sampai Haruto tidak sudi menyebut namanya?

Jeno ikutan bingung harus bagaimana, tentu dirinya tau siapa sosok park Jeongwoo yang kini berdiri disebelahnya.

Kemarin rumah sakit mendadak ribut karena pria ini datang berteriak memanggil seluruh dokter untuk memeriksa pemuda manis yang tidak sadarkan diri dalam gendongannya.

Jeno tak tau apa yang terjadi sampai pria itu sangat panik, padahal pemuda bernama Haruto itu nyatanya baik-baik saja. Hanya pingsan karena demam dan tekanan darahnya rendah, tapi kepanikan Jeongwoo seperti habis mengalami kecelakaan parah saja.

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang