marah

22.9K 1.7K 968
                                    

Haruto itu ceroboh, sangat.

Bahkan untuk melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri saja bisa berantakan, apalagi mengurusi Jeongwoo. Tak tau terbuat dari apa tangannya itu sehingga semua yang dia pegang akan selalu berakhir mengenaskan.

Ntah rusak, pecah, hilang, ya pokoknya tidak akan ada yang selamat kalau sudah berada di tangan mungil seorang Haruto.

Maka dari itu sebisa mungkin Jeongwoo selalu mewanti-wanti supaya istri gemoynya tidak perlu bekerja apapun atau setidaknya melayani dia layaknya seorang istri pada umumnya.

Ya selain karena sifatnya yang ceroboh, Haruto juga kan masih seorang remaja polos yang tiba-tiba saja dijodohkan dengannya.

Jeongwoo hanya ingin si manis itu menikmati masa mudanya tanpa dibebani dengan tugas rumah tangga. Jeongwoo bahkan sampai menyewa banyak pelayan untuk mengurus semuanya agar Haruto bisa bersantai dan bermain sepuas yang dia mau.


"Map yang ada di meja makan ya, tuan?"

"Iya, tolong antarkan sekarang ya. Saya butuh berkasnya pagi ini juga"

"Baik tuan. Sekarang saya langsung kesana"

"Hm, terima kasih bi"


Seperti sekarang, ketika Jeongwoo dengan bodohnya melupakan berkas penting untuk bahan rapat hari ini. Alih-alih Haruto, pria itu lebih memilih meminta tolong pada salah satu pelayan di rumah untuk mengantarkan berkas tersebut.

Dia tidak yakin jika meminta sang istri yang mengantarkan. Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, lebih baik mencegah kan?

Tapi ini sudah tiga puluh menit semenjak dia menelpon rumah. Dan pelayan yang dia perintah tadi belum juga mengantarkan berkasnya.

Jeongwoo menghela napas gusar. Rapatnya akan dimulai satu jam lagi, dan yang jadi masalah adalah semua dokumen untuk bahan rapatnya ada di map itu.

Dengan hati sedikit dongkol, Jeongwoo sudah berniat menghubungi kembali nomor rumahnya sebelum dikagetkan dengan pintu ruangan miliknya yang tiba-tiba terbuka lebar.

"Ck—"

"Alooo mas Jewooo!!"

Umpatan yang hendak keluar dari bibirnya sontak tertahan kala melihat siapa sosok kurang ajar yang mendobrak pintunya.

Yah, siapa lagi yang memanggilnya dengan nama seperti itu selain Haruto? Istri manisnya itu berdiri dengan wajah belepotan penuh es krim, bahkan dia masih mengenakan piyama. 

"Sayang? Kok kamu disini?" Jeongwoo terkejut tentu saja. Bergegas dihampirinya sosok Haruto yang masih berada didepan pintu, lalu dibawa masuk dan didudukkan ke sofa.

"Haru mau anterin bukunya mas Jewoo, tadi ketinggalan kan?"

Kening Jeongwoo berkerut samar, tangannya bergerak membersihkan sekitaran mulut Haruto yang kotor.

"Haru tau dari mana kalo barang mas ada yang ketinggalan?"

"Tadi pas mba nelepon Haru nguping-nguping, soalnya kepo hihi"

Jeongwoo menggeleng pelan. Istrinya ini kapan normalnya sih? Lucu terus, Jeongwoo kan belum terbiasa disuguhi kegemasan setiap detik oleh Haruto.

"Yaudah.. terus sekarang berkasnya mana?"

Haruto mengerjap. Kepalanya dimiringkan sambil menatap sang dominan dengan tatapan bingung.

"Berkas itu apa?"

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang