"Papa ada urusan diluar negri, aku boleh kan mas nginep disini dulu? Soalnya bosen dirumah kalo gaada orang.."
"Bol—"
"GA! KAMU GA BOLEH TINGGAL DISINI!"
Jeongwoo tersentak, begitu pula dengan pemuda lain yang kini bergabung bersama mereka diruang makan.
Kim Doyoung, sahabat Jeongwoo ketika masih sekolah menengah—sekaligus pemuda yang tadi berteriak mengganggu acara sarapan Jeongwoo dan Haruto.
Ntah bagaimana ceritanya dia bisa tiba-tiba datang setelah bertahun-tahun, dan—meminta bantuan pula. Padahal keduanya sudah lostcontact setelah lulus, tak pernah menyangka akan kembali bertemu.
Sebagai teman yang dulunya lumayan dekat, Jeongwoo menyambut dengan baik, dia pun tidak akan keberatan membantu selagi bisa.
Namun sang CEO lupa bahwa dirinya memiliki seorang bayi besar yang selalu berpikir jelek terhadap orang baru. Tentu kehadiran Doyoung secara tiba-tiba begini agaknya membuat si manis itu terkejut.
Lengannya bahkan mulai kebas sebab dipeluk erat oleh Haruto sejak 30 menit lalu.
"Mas Jewooooo usir orang jelek inii. Haru ga suka liat dia ada dirumah kita!"
Menggebu-gebu, Haruto disertai ekspresi marahnya yang mirip minky—kucing tetangga sebelah— berujar dengan suara lantang. Memang sengaja ingin mengusir Doyoung, ia tak menyukai sebab pemuda itu memanggil Jeongwoo dengan sebutan 'mas' seperti dirinya.
Bocah itu tengah cemburu.
Sepele sebenarnya, Haruto pun sudah tau yang dihadapannya ini hanyalah teman sekolah Jeongwoo.
Namun akibat segala pikiran dan rasa takut yang menderanya beberapa hari terakhir, Haruto tak dapat berpikir jernih dan menganggap jelek semua orang.
"Dih emang lo siapa? Orang mas Jeongwoo ngebolehin kok, iya kan mas?"
Doyoung pun bukan orang yang dapat bersikap lembut. Meski terlihat manis bak malaikat tak bersayap, sikapnya sebenarnya jauh berkebalikan dari wajahnya itu.
"Mas boleh kan? Aku temen kamu loh"
"Ngga!"
Alis Haruto menukik lebih tajam dari sebelumnya. Berusaha membuat wajah garang untuk mengintimidasi lawan, tak sadar bahwa sang suami disebelah jadi mati-matian menahan diri agar tidak menerkam.
"Mas Jewoo! Haru gamau dia ada disini ihh.."
"Apaan sih lo?!"
Helaan napas keluar dari bilah sang dominan, lalu secepat kilat ia menyelipkan sebelah lengan kekar dipinggang ramping Haruto kemudian diangkat ke atas paha untuk didudukkan disana.
Sebelum terjadi acara jambak-jambakan rambut, akan lebih baik jika Jeongwoo segera menghentikannya. Doyoung itu keras kepala, tak beda jauh dengan Haruto. Ia takut keduanya berakhir lari kedapur guna mengambil pisau dan saling berlomba menusuk satu sama lain.
Mengerikan, Jeongwoo belum mau jadi duda. Dia masih ingin mendengar desahan Haruto ketika istri manisnya berada dibawah kungkunga—
Oke, lupakan.
Ada hal yang kini jauh lebih penting untuk diselesaikan.
"Hey, look at me"
Haruto menurut. Mengangkat kepalanya agar bisa membalas sayu tatapan Jeongwoo. Bibirnya mencebik kebawah memandakan tak lama lagi ia akan menangis.
Jika sedang berdua sudah Jeongwoo pastikan tangisan si manis akan langsung pecah, tapi berhubung ada orang lain makanya dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan. Lucu sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; jeongharu
Teen Fiction"Mas kok tadi gigit-gigit bibir aku?" "Itu namanya olahraga bibir sayang, bagus buat kesehatan. Makanya kita harus lakuin tiap hari" Bagaimana jadinya jika pria dewasa seperti Jeongwoo harus menikahi seorang remaja polos yang bahkan tidak tau apa i...