Alergi

9.2K 654 112
                                    

"Boseen, ngapain ya enaknya..?"

Haruto bergumam dengan bibir mengerucut. Beberapa pelayan dan bodyguard yang melihat istri sang tuan menahan gemas dalam hati.

Jeongwoo sengaja mempekerjakan mereka dalam jumlah yang bisa dibilang lumayan banyak untuk menjaga Haruto. Pria itu sedikit trauma dan tidak ingin mengulang kembali kejadian serupa.

Ini sudah satu minggu semenjak Haruto bangun dalam keadaan amnesia. Dan sedikit demi sedikit ia juga sudah menerima Jeongwoo berkat sikap lembut pria itu yang membuatnya luluh.

Lagipula keduanya memang sudah menikah, terbukti ada figura besar terpajang diruang tamu berisi foto dirinya yang tersenyum lebar bersama Jeongwoo di altar pernikahan.

Tapi kondisinya yang tak mengingat apapun mengenai sang suami kerap membuat Haruto sedikit canggung. Ia tidak tau harus bersikap seperti apa didepan pria itu.

"Tuan muda lagi mikirin apa?"

Riana, salah satu pelayan yang lumayan dekat dengannya bertanya. Sebenarnya lucu melihat raut frustasi Haruto, tapi kasihan juga lama-lama.

"Aku bosen"

Haruto merengek. Ingin keluar bermain juga malas kalau hanya sendirian.

"Hmm kenapa tuan muda ga pergi ke kantor tuan Jeongwoo aja buat ngaterin makan siang? Pasti tuan Jeongwoo bakalan seneng ngeliat tuan muda dateng"

Wajah Haruto berubah semangat dalam sekejap, matanya kini berbinar mendengar usulan Riana.

"Bener juga! Aku mau masak dulu kalo gitu!"

"Tuan muda bisa masak? Apa tidak sebaiknya menyuruh pelayan didapur saja—"

Haruto menggeleng tak setuju. Ia ingin membuat masakan spesial untuk Jeongwoo.

"Aku bisa. Kan tinggal liat tutorial di youtube, pokoknya jangan ada pelayan yang masuk dan gangguin aku selama lagi masak."

Setelahnya Haruto berjalan pergi menuju dapur dengan langkah riang. Jujur Riana tidak yakin, tapi mana mungkin dia berani membantah istri tuannya sendiri.

"Semoga dapurnya ga kebakaran.."


◇◇


"Belum ada kemajuan sama sekali ya pak?"

Helaan napas disertai wajah lesu Jeongwoo menjawab semuanya. Sebagai saksi kebucinan atasannya dengan sang istri dari awal menikah, Yuna turut merasa sedih.

"Saya bukan permasalahin Haruto yang amnesia, toh itu juga udah takdir. Tapi kadang kangen aja sama kelakuan konyolnya dia. Sekarang Haruto lebih banyak diem"

Yuna tertegun. Merasa kasihan melihat atasan sekaligus sepupu suaminya itu.

"Sabar pak, coba dipancing pelan-pelan dulu. Kan ini juga baru beberapa minggu. Ga mungkin istri bapak bisa ingat dalam waktu cepat"

Lagi-lagi Jeongwoo menghela napas tanpa semangat. Tak bohong, ia benar-benar merindukan bayinya.

Semenjak kembali ke apartemen, Haruto tidak pernah berbicara banyak. Paling hanya ketika ditanyai saja. Itupun jawabnya singkat tanpa ada rengekan seperti biasa. Juga tak ada lagi sambutan riang ketika ia pulang dari kantor.

Bagaimana Jeongwoo tidak galau? Mereka begitu dekat namun ia justru merasa jauh dari Haruto. Jeongwoo seperti hidup dengan raga yang sama namun orang yang berbeda.

"Saya—"

Ketukan di pintu menghentikan ucapan Jeongwoo. Pria itu mengernyit sebelum kemudian senyumnya terbit begitu melihat kepala Haruto melongok,

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang