"Hahahahaha!"
Suara tawa yang terdengar ribut dari arah ruang tamu mengundang decakan pelan Jeongwoo.
Ntah apa yang tengah Doyoung lakukan sampai bisa membuat Haruto tertawa sekencang itu. Baru beberapa saat lalu mereka masih canggung akibat kesan pertama yang tak begitu baik.
Namun kini keduanya sudah bercanda layaknya dua orang teman lama yang baru saja bertemu.
Doyoung bahkan terus memonopoli istri manisnya sepulang dari membeli es krim hingga sekarang matahari hampir tenggelam.
Padahal biasanya hari libur begini merupakan waktu Jeongwoo untuk mengurung kucing manisnya didalam kamar guna ia peluk seharian penuh.
Pekerjaan sebagai seorang CEO sangat menyita waktu, kadang dihari libur pun ada saja hal yang perlu pria itu urus.
Akibatnya waktu bersama Haruto menjadi lebih sedikit, terlebih kantornya juga beberapa hari ini tengah mengurus sebuah project besar.
"Aarrggh!"
Jeongwoo mengerang kesal. Dia merindukan kucingnya ya Tuhan, kenapa si manis itu sama sekali tak mencarinya? Apakah bermain dengan Doyoung begitu seru sampai ia jadi terlupakan begini.
Sebelum kepalanya meledak, Jeongwoo memutuskan keluar sebentar. Berniat mencari sesuatu yang segar di dapur sekaligus melihat apa yang sebenarnya tengah Haruto kerjakan diruang tengah hingga begitu betah dengan Doyoung.
"Ih serius?!"
Sayup-sayup suara cempreng menggemaskan terdengar memekik lucu. Jeongwoo jadi makin rindu, ingin segera menggendong Haruto dan membawanya pergi dari Doyoung.
Lihatlah tubuhnya yang tampak kecil dalam balutan hoodie putih kebesaran itu. Juga pipinya yang terlihat gembul dari samping, benar-benar menggoda untuk dicium.
Halah boro-boro cium, menyapanya saja Haruto enggan. Ia hanya menoleh sekilas kala Jeongwoo sengaja berdehem—untuk meminta perhatian lalu sedetik kemudian kembali fokus pada ocehan Doyoung.
Padahal Jeongwoo yakin omongan temannya itu tidak ada manfaatnya sama sekali.
Sial.
Ingin mengusir juga tidak mungkin, Jeongwoo telah memberi ijin Doyoung untuk menginap beberapa hari sesuai permintaan temannya itu pagi tadi.
"...udah gapapa, Jeongwoo pasti suka kok!"
"Hmm beneran? Haru takut, kak Bby~"
"Percaya sama gue, Haru mau buat Jeongwoo seneng ga? Dia suka banget loh sama kuci—"
"Ngomongin apa kalian?"
Doyoung menghentikan ucapannya kala Jeongwoo tiba-tiba saja bertanya. Pria itu hendak kembali kekamar setelah menyelesaikan urusannya didapur.
"Urusan orang cantik, makhluk buruk rupa kek lo mending minggir"
Jeongwoo mengumpat dalam hati karena tak ingin menodai telinga istri manis kesayangannya.
Doyoung tersenyum manis meski dalam hati pemuda itu rasanya ingin tertawa kencang. Kapan lagi bisa mengejek pria songong yang dulu selalu menolak pernyataan cintanya itu?
Rasanya menyenangkan melihat Jeongwoo kesal begitu. Tanpa ditanya pun jelas Doyoung tau penyebabnya.
Apa lagi jika bukan karena dirinya yang terus menempeli Haruto sedari pagi. Salahkan Haruto yang terlalu menggemaskan hingga Doyoung tak rela melepas pemuda manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; jeongharu
Fiksi Remaja"Mas kok tadi gigit-gigit bibir aku?" "Itu namanya olahraga bibir sayang, bagus buat kesehatan. Makanya kita harus lakuin tiap hari" Bagaimana jadinya jika pria dewasa seperti Jeongwoo harus menikahi seorang remaja polos yang bahkan tidak tau apa i...