Dream ?!

8.3K 574 130
                                    

Langit-langit putih dengan lampu menyala terang jadi hal pertama yang Jeongwoo lihat begitu membuka mata. Tubuhnya sedikit nyeri dan pegal luar biasa lengkap dengan infus yang tertempel di punggung tangan. 

"Akhirnya kamu sadar juga" 

Suara yang terdengar familiar membuat Jeongwoo menoleh ke kiri, keningnya seketika mengerut melihat siapa yang berdiri di samping ranjang tempat dia berbaring.

"Kanaya?" 

Naya tersenyum lebar, wanita yang dulu merupakan temannya saat sekolah menengah itu dengan  sigap membantu kala Jeongwoo berusaha bangkit untuk duduk. Jeongwoo mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada mereka berdua disana, kemana Haruto?

"Aku yang bawa kamu ke rumah sakit, alergi kamu kambuh"

"Kenapa kamu?"

"Aku khawatir kamu kenapa-napa, lagian kita juga temenan dan kamu udah sering bantuin aku. Jadi sekali-sekali giliran aku yang bantu kamu"

Jeongwoo menggeleng, bukan itu maksud pertanyaannya.

"Kenapa kamu yang bawa aku kesini? Haruto mana?" 

Senyum yang tadinya merekah di wajah Naya seketika luntur. Kedua tangannya diam-diam saling meremat. 

"Aku gak tau. Dia gamau ikut pas aku ajak nganterin kamu tadi siang" 

Lagi-lagi kedua alis Jeongwoo mengerut dalam, sepenuhnya tidak percaya atas apa yang barusan dia dengar. Beruntung ingatan kejadian beberapa saat lalu akhirnya muncul sedikit demi sedikit dalam kepalanya. 

"Mas kamu sakit?" 

"Apa yang kamu kasih ke mas Jeongwoo?!"

"Aku.. masakin nasi goreng udang--"

"Mass Jeongwoo alergi udang, tolol! Lo istrinya tapi gitu aja gatau. Panggil ambulans cepet!" 

"Kalo lo emang gatau apa-apa tentang mas Jeongwoo, gausah sok baik sampe masakin makanan. Liat, kan? Mas Jeongwoo jadi celaka karena kebegoan lo itu."

Bangsat.

Jeongwoo merutuk. Tatapannya pada Naya berubah menajam saat menyadari wanita ini telah mengatai istrinya. Meskipun kesadarannya waktu itu sudah diambang batas namun Jeongwoo masih bisa mendengar sekitar. Tak ia sangka wanita yang selama ini selalu dia anggap teman ternyata tidak sebaik itu, Jeongwoo menyesal sekarang. 

Mana istrinya tidak ada disini, pria itu mulai panik memikirkan hal yang tidak-tidak. Terlebih sepertinya ia tidak sadarkan diri cukup lama, terbukti langit yang seingatnya tadi masih terang kini sudah sepenuhnya gelap. Bagaimana jika Haruto masih berada di luar sana? 

"Eh mau kemana? Kamu baru aja sadar loh, tunggu dokter periksa kamu dulu" 

Naya menahan pergerakan Jeongwoo yang tiba-tiba hendak mencabut infusan di tangannya. Jeongwoo berdecak dan sedikit menepis tubuh wanita itu. 

"Minggir." 

"Jeongwoo kamu kenapa?" 

Bukannya menjauh, Naya justru kembali menahan Jeongwoo tanpa menyadari tatapan kelam si pria tan. Jeongwoo menghela napas jengah, giginya sampai bergemeletuk karena menahan emosi sekuat tenaga. 

"Saya yang harusnya nanya, kamu kenapa bentak istri saya tadi siang? Kamu pikir saya gak tau seburuk apa kata-kata yang kamu lontarin ke Haruto?" 

Hidup sebagai anak pertama yang dituntut sejak kecil membuat Jeongwoo terbiasa mengejar sesuatu dengan tekun. Dari jaman sekolah sampai sekarang tidak sedikit orang yang menggunjingnya lantaran iri atas apa yang ia raih, namun telinga Jeongwoo sudah kebal. Tak pernah sekalipun ia peduli pada omongan sampah seperti itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang