drama

29K 2K 287
                                        

"A-akh! Sakit...hiks"

"Ssttt tahan sebentar ya"

"Mas Jewoo aku gamau! Ini sakit banget—Huwaaaa sakiiiit! Mas Jewoo jahat! Aku gamau sama mas Jewoo lagi!!!"






Jeongwoo meringis kala Haruto menjerit keras. Meski telinganya berdengung dan terasa hampir copot akibat teriakan itu, namun yang ia khawatirkan justru Haruto.

"Iya-iya ini udah selesai kok, cup cup cup. Udah ya nanti tenggorokannya sakit, sayang"

Sembari membubuhkan banyak kecupan diwajah sembab itu, Jeongwoo segera memeluk tubuh kecil Haruto yang berada dipangkuannya. Berusaha menenangkan si manis yang masih larut dalam tangisan walaupun sudah tidak sehisteris tadi.

Ini salahnya memang. Setelah membicarakan tentang anak di sofa tadi, Jeongwoo berniat menghukum Haruto dengan cara menggelitiknya dikamar.

Tapi karena terlalu bersemangat mereka sampai kejar-kejaran dan berakhir istrinya jatuh setelah menabrak pinggiran meja rias. Jeongwoo sungguh lupa kalau selain polos, Haruto juga luar biasa ceroboh.

Jadilah dirinya harus mengobati lebam dipinggang si manis ditemani teriakan keras yang mungkin jika didengar orang lain akan mengundang banyak pikiran aneh.

Syukurnya ini sudah hampir malam dan pekerja diapartemen Jeongwoo selalu pulang  sore hari. Hanya ada mereka berdua disana, jadi tidak ada yang mendengar tangisan keras Haruto.

"Hik" suara cegukan dari sosok yang tengah dipangkunya mengundang kekehan dari pria berkulit tan itu. Ketika menengok Jeongwoo reflek menggigit bibirnya sendiri melihat bagaimana wajah Haruto bersandar nyaman didadanya. Persis seperti bayi yang baru selesai menangis.

Gemas. Ditambah cegukan kecil yang terus keluar dari bibir mungilnya itu, astaga Jeongwoo jadi geram ingin menggigit—oh tidak-tidak. Kali ini dia tidak boleh macam-macam dulu, kasihan istri mungilnya nanti menangis lagi. 

"Turun dulu, ya? Mas ambilin minum kebawah"

Haruto mengangguk, tapi sedetik kemudian ia menggeleng. Tangannya meremat bisep Jeongwoo erat seakan tidak mau lepas dari sang dominan.

"Ikut.. mau keluar juga" cicitnya.

Jeongwoo tertawa lalu menyempatkan diri mencium pipi bulat Haruto sebelum akhirnya bangkit untuk kedapur. Tentu dengan Haruto yang berada digendongannya.

Selain pinggang, kedua lutut simanis juga ikut memar dan pasti akan sakit jika dipakai berjalan. Jeongwoo merasa semakin bersalah jadinya,

"Maaf.. mas udah bikin kamu jatoh"

Haruto meneguk segelas air sampai tersisa setengah, lalu beralih menatap Jeongwoo yang juga tengah menatapnya.

"Gapapa kok. Mas Jewoo udah obatin aku, jadi lukanya juga udah selesai!"

Jeongwoo terkekeh lagi. Kadang dia bertanya sebenarnya Haruto umur berapa sih? Kenapa bisa selucu ini, tidak pernah satu haripun terlewat tanpa melihat kegemasan pemuda itu. Apapun yang dilakukannya selalu mengundang rasa gemas, atau Jeongwoo yang terlalu bucin ya?

"Nanti kalo sakit lagi bilang mas, biar kita kerumah sakit aja. Mas takut kalo lukanya parah"

Haruto menggeleng keras, wajahnya kini dibuat garang yang mana jatuhnya malah seperti kucing sedang marah.

"Gamau kerumah sakit! Lukanya gak parah kok, ini udah sembuh nih"

"Hm? Kok gamau? Cuma diperiksa dikit aja sayang"

"Tetep gamau!"

Jeongwoo mengangkat alisnya, tidak paham dengan ucapan Haruto. Memang kenapa kalau mereka kerumah sakit, toh hanya diperiksa supaya tidak ada luka dalam. Jeongwoo hanya tidak ingin si manis kenapa-kenapa.

Manis; jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang