"Katanya kemarin mas gabakal ninggalin haru, tapi kenapa sekarang beneran pergii..?"
Jeongwoo kembali menghela napas. Ini sudah satu jam dan Haruto tak kunjung berhenti merengek sedari tadi. Tubuh dengan piyama pororo itu masih berguling-guling secara acak di atas tempat tidur, membuat perut gembulnya sedikit tersingkap akibat bergerak terus menerus.
Bahkan kasur yang tadinya rapi kini tak ubahnya mirip kapal pecah. Namun istri manisnya itu tak peduli apapun dan tetap menggeliat seperti cacing kepanasan.
Gemas, tapi bikin geram juga. Pasalnya Haruto saat ini tengah menahannya dengan penuh dramatis seolah ia akan pergi jauh, padahal Jeongwoo hanya ingin ke kantor untuk menghadiri rapat sebentar.
Lagipula kan sudah jadi rutinitasnya setiap hari. Tapi ntah kesambet apa baru kali ini Haruto merengek sampai segitunya, biasa juga anteng kalau ditinggal kerja.
Jeongwoo tidak bisa marah tentu saja. Yang ada dia justru senang melihat Haruto manja lagi setelah kemarin mendiaminya, rasanya ingin dia telan hidup-hidup makhluk mungil itu.
"Hiks.."
"Ya Tuhan sayang!"
Mendengar isakan tertahan Haruto, Jeongwoo dengan segera menghampiri lalu membawa tubuh kecil itu kedalam gendongan koala. Tak menyangka Haruto begitu serius menahan kepergiannya sampai membuatnya menangis.
Sang dominan mengusap lembut punggung bergetar Haruto untuk menenangkannya. Juga memberi banyak kecupan di pipi si manis yang akhir-akhir ini makin menggembul.
"Jangan hiks—pergi!"
"Bayinya mas kenapa? Tumben rewel gini hm?"
"Ihh dibilang Haru gamau ditinggal pergi! Mas Jewoo gaboleh kemana-mana pokoknya huhuu"
Jeongwoo terkekeh. Kelakuan bayinya setiap hari makin menggemaskan. Dikecupnya bibir merah yang tengah mengerucut itu untuk melampiaskan rasa gemasnya.
"Terus gimana sayangku? Masa mas harus bolos kerjanya?"
Haruto mencebik. Membalas sayu tatapan tajam Jeongwoo dengan mata kucingnya yang berkaca-kaca. Kelemahan Jeongwoo banget ini mah.
"Gapapa bolos, kan mas Jewoo bosnya. Nanti biar mereka yang kerjain semua-mua"
Lagi-lagi Jeongwoo dibuat tertawa oleh perkataan bayinya. Ajaran dari mana itu, justru sebagai pimpinan dia yang harus lebih banyak ke kantor dibanding bawahannya. Menjadi ceo tidak semudah yang orang-orang pikirkan.
"Hari ini mas ada rapat penting sayang"
"Huwaaaa mas Jewoo ga sayang Haru lagi! Lepas! Haru mau pergi gamau ketemu mas lagi—uhuk! Uhuk uhuk.. hiks"
Mendengar ucapan Jeongwoo tadi, tangisan Haruto makin keras sampai dirinya terbatuk-batuk.
"Eh eh tenang sayang. Tuh kan batuk kamunya, sini minum dulu"
Jeongwoo khawatir, dengan sigap meraih botol dot berisi susu cokelat sisa semalam yang berada diatas nakas. Kebiasaan Haruto yang juga baru beberapa lama ini Jeongwoo ketahui, istri gemasnya ternyata suka minum susu dengan dot bayi.
Haruto menyedot minumannya dengan rakus hingga pipi gembulnya bergerak lucu. Tak heran Jeongwoo menjulukinya bayi, nyatanya Haruto memang terlihat seperti itu.
"Abis.."
Haruto menyodorkan kembali botol yang sudah tandas. Bibir pemuda itu mencebik kala Jeongwoo menerimanya sambil tertawa menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; jeongharu
Roman pour Adolescents"Mas kok tadi gigit-gigit bibir aku?" "Itu namanya olahraga bibir sayang, bagus buat kesehatan. Makanya kita harus lakuin tiap hari" Bagaimana jadinya jika pria dewasa seperti Jeongwoo harus menikahi seorang remaja polos yang bahkan tidak tau apa i...