3.5

182 29 5
                                    

"Gue tiba-tiba jadi kangen Kuncoro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue tiba-tiba jadi kangen Kuncoro."

Abrita dan Aji berjalan beriringan. Gadis itu ingin ke perpustakaan untuk meminjam buku guna mengerjakan tugas resensi dari mapel yang paling tidak ia sukai, yaitu Bahasa Indonesia dan Aji, cowok yang berjalan petentengan lengkap dengan dagu mendongak sok sengak di sampingnya ini mengekorinya.

"Kenapa? Dia udah tenang di alam sana," balas Abrita santai.

Aji menghela napas. "Iya, sih ... tapi kangen aja gitu. Dulu, gue sampai dijulukin Maskot Kesialan SMANSA gara-gara Kuncoro. Apes banget sering kepentok meja guru, kepleset kain pel di depan kamar mandi sampai pingsan—banyak, deh. Dan itu semua karena gue ketempelan Kuncoro, si hantu anak kecil yang suka banget iseng." *

Aji tersenyum tipis, sepertinya cowok di sebelahnya ini sedang mengenang masa lalu. "Waktu sama Kuncoro juga enggak se-complicated sekarang. Enggak sampai buat lo harus mikir keras, yang bisa bikin lo capek."

Cowok ini memang sering berperilaku iseng, tapi kalau bicara suara rendahnya terdengar lembut, berbanding terbalik dengan penampilannya yang lekat dengan image berantakan atau Aji yang tak pernah lepas dari gelang hitam juga aksesoris rantai kerincing kecil di saku.

"Dan kalau enggak ada Kuncoro, kita juga nggak bakalan kenal. Sekali lagi makasih, Ta, udah mau hadir dalam kehidupan gue."

Tidak tahu harus merespons apa, Abrita berdeham untuk menutupi kekikukannya. Lebih baik mereka saling melempar makian seperti biasa daripada bermanis-manis ria. Bukan berarti Abrita membenci perkataan Aji, hanya saja dirinya masih awam dalam menghadapi hal ini, sehingga pipi dan telinganya memerah seperti tomat.

"S-santai aja," ucap Abrita seraya melempar tawa yang terlihat terpaksa. Siapa pun tahu itu, kecuali Aji yang kurang peka tentunya. "Lagian kita temen kan, ya? Jadi udah sewaj—"

"Aji!"

Panggilan itu membuat perkataan Abrita terhenti.

"Lo dicariin Bu Arimbi. Katanya lo masih utang hafalan."

Aji menatap teman sekelasnya sangsi. "Apaan? Perasaan kemarin gue nggak ikut remed, kok, ditagih hafalan?"

Teman sekelas Aji berdecak. "Kepala lo kepentok batu, ya? Kalau enggak harusnya inget, sih, kalau nilai lo paling jelek sekelas. Udah, deh, langsung ke ruang guru aja, palingan cuma diceramahin."

Tanpa ba-bi-bu orang itu pergi, meninggalkan Aji yang mengusak rambutnya kasar sembari meratapi nasibnya yang tak bisa jauh dari remedi.

"Gue enggak jadi ikut ke perpus ya, Ta. Ada panggilan negara." Aji melambai ke arah Abrita sembari kembali berucap, "Gue pergi dulu."

Abrita hanya mengangguk sebagai respons mempersilakan Aji mengambil jalan yang berbeda dengannya. Lantas gadis itu melanjutkan langkahnya, melewati lorong gedung baru dan menuju koridor paling ujung. Tempat di mana perpus berada.

Chasing Fireflies | NCT Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang