14.

151 26 5
                                    

"Ini mereka ngarep apa ngirim gue ke sini? Terjebak investasi bodong yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini mereka ngarep apa ngirim gue ke sini? Terjebak investasi bodong yang ada." Aji bergumam.

Bukan tanpa alasan. Cowok yang kini tengah mengunyah permen karet itu menggeleng heran, dia tidak percaya mereka mengirim Aji untuk misi "menyusup" di ruang kepala sekolah. Sendiri pula.

Aji yang tidak terlalu peduli sekitar langsung saja melenggang masuk ketika melihat pintu ruangan tersebut terbuka. Tidak ada siapa-siapa di dalam.

"Lah cuma gini doang, kenapa Bang Janu sama Bang Septihan kayak ribet banget—eh, Pak Aziz ...," sapa Aji sambil cengengesan.

Rupa-rupanya tubuh beliau tetutup tumpukan berkas yang menggunung, kalau dilihat dari sudutnya saat ini sulit untuk menemukan sosok Pak Aziz yang sedang duduk dan membaca berkas.

Tatapan Pak Aziz menajam melihat salah satu murid yang sering membuat para guru mengelus dada masuk ke teritorialnya.

"Ada perlu apa seorang Setiaji Pambudi ke sini? Kamu habis buat ulah?"

Aji memasang tampang bodohnya. "Bukan, Pak. Saya mau salim ke bapak."

Pintar sekali.

Jawaban asal tersebut disambut raut penuh tanya Pak Aziz.

"Dalam rangka apa?" Beliau mengira kalau Aji cuma bercanda, tapi melihat anak aneh itu maju dan mengulurkan tangan sembari membungkuk untuk mencium tangan membuat Pak Aziz keheranan.

Belum sempat Aji menjawab, interupsi datang. Syukurlah ia tidak perlu membuat alasan yang lebih pintar lagi. Pintu diketuk oleh seorang guru yang Aji tahu juga merangkap sebagai waka kesiswaan. Tamunya sudah datang, katanya.

Pak Aziz mengangguk. "Saya segera ke sana. Dan kamu, Ji, lekas kembali ke kelas. Cepat!" perintahnya lalu melangkahkan kakinya keluar dan membiarkan Aji dengan tampang bodohnya tinggal di ruangan.

"Baik, Pak," sahutnya tepat selepas beliau meninggalkan ruangan.

Melihat kunci yang masih terpasang di pintu, buru-buru Aji mendekat. Ia kunci saja sekalian biar enak sesi geledah-geledahnya, begitu pikirnya.

"Bang Sep tadi bilang, gue harus buka lemari lawas yang ada di pojok ... oh, yang itu," ucapnya lalu mendekat ke lemari yang dimaksud.

Aji sedikit kesulitan membukanya. Lemari itu tidak terkunci, tapi ia rasa engsel pintu itu sudah berkarat sehingga decitan nyaring mengiris hati terdengar. Pintunya yang sudah tampak lapuk itu juga menambah tugas Aji. Ia harus hati-hati kalau tidak ingin merusaknya.

Berhasil.

Lemari itu kini terbuka lebar. Namun, Aji dibuat terkejut melihat benda yang tak asing tertangkap ekor matanya.

Ade jeda untuk Aji memproses apa yang dilihatnya. "Bukannya ini ...."

Diambilnya benda yang tampak familier itu. Sebuah sisir tembaga lawas penuh ukiran bunga. Benda itu adalah cikal bakal segala kesialannya kala masih menyandang sebagai Maskot Kesialan SMANSA. Benda yang membuat Aji tak pernah hidup tenang lanataran diganggu terus dengan makhluk halus.

Chasing Fireflies | NCT Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang