3

2.9K 415 8
                                    

     Seulgi menatap wanita asing yang sedang terbaring lemah disebuah kamar dirumah sakit. Entah kenapa dia juga bisa merasakan sakit yang diderita wanita itu. Dan rasa ingin meninggalkannya pun tidak ada, Seulgi ingin menemani wanita itu sampai pulih sepenuhnya.

"Ini Tuan, tidak ada barang lain yang saya dapatkan." seorang pria datang dan menyodorkan sebuah tas kecil milik Irene dan juga jaket milik Seulgi.

Seulgi menerimanya dan tersadar, sebelum pakaiannya diganti, Irene menggunakan pakaian yang sama saat mereka terakhir kali bertemu.

"Eum. Terimakasih paman, maaf sudah merepotkanmu."

Pria itu mengangguk,
"Tapi Nyonya bertanya kenapa tiba-tiba Tuan memanggil saya, beliau juga menyuruh Tuan untuk pulang."

"Katakan saja aku sedang menolong temanku yang sedang sakit dan akan berkunjung beberapa hari lagi." ucap Seulgi mengingat dua hari yang lalu ia sudah menginap dikediaman keluarga Kang.

"Baik tuan, saya permisi." ucap pria yang merupakan supir pribadi itu lalu membunguk dan pergi dari ruangan itu.

Atensi Seulgi beralih pada tas kecil itu, ia membukanya dan hanya ada beberapa barang seperti dompet, lipstik, bedak dan ponsel.

Tangan Seulgi terjulur mengambil dompet dan membukanya. Ada beberapa lembar uang, hanya saja ia lebih tertarik pada sebuah kartu identitas.

"Bae Joohyun?.. Ah itu namanya.. Geundae, dia lebih cocok dengan sebutan gadis jembatan." Seulgi terkekeh.

"Ternyata dia lebih tua dariku." ucapnya lalu menatap wanita lemah itu kembali.

"Yeppeo." gumamnya dengan tersenyum, namun saat melihat wajah Irene yang pucat itu perlahan senyuman Seulgi memudar. Ia kembali meletakan benda-benda itu lalu menaruh tasnya diatas nakas.

Tiba-tiba ponselnya berdering, Seulgi dengan cepat mengangkatnya sebelum wanita yang sedang tertidur itu bangun.

"Wae?"

"Yha~ sapalah kekasihmu dengan benar."

Seulgi menggela napasnya.
"Ne chagiya, kenapa tiba-tiba menelpon?"

Wanita diseberang sana terdengar terkekeh geli.

"Aku merindukanmu,
Kau sedang dimana hm?"

"Rumah sakit."

"Mwo?! Kau sakit? Kenapa tidak memberitahuku."

Seulgi sedikit menjauhkan telinganya dari ponsel, suaranya begitu nyaring terdengar.

"Temanku yang sakit, aku menemaninya."

"Ahh kukira kau."

"Hm. Kenapa menelpon?"

"Yha~
sudah kubilang aku merindukan mu."

"Aigoo.. Jangan mengatakan hal yang memalukan."

"Ck, aku sedang jujur."

Seulgi terkekeh, "Arrasseo, aku juga merindukanmu."

"Akhirnya kau tahu cara menjawabnya."

Seulgi kembali terkekeh,
"Katakan apa alasan lain kau menelponku."

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang