29

1.9K 266 7
                                    

Seulgi dan Irene serta larian kecil mereka terus menyusuri koridor rumah sakit. Setelah menanyakan ruangan dimana ibu Seulgi dirawat, mereka langsung mencari ruangan tersebut.

Irene tidak mau melepaskan genggamannya dari tangan Seulgi yang berkeringat, jujur dia sangat sedih melihat pasangannya seperti ini.

Apa lagi perkataan Yongsun terus menggema dipikiran keduanya.

"Ibumu divonis terkena tumor otak dan dua tahun belakangan ini keadaannya memburuk. Ibumu terus berada dikeadaan kritis."

Irene menatap punggung Seulgi yang masih dengan larian kecilnya.

"Sayang, kau bisa terjatuh. Kita cari pelan-pelan." kata Irene karena khawatir, Seulgi terlihat pucat dan ia takut Seulgi lemas seperti dulu.

"Kajja Joohyun-ah, aku ingin melihatnya." ucap Seulgi sedikit bergetar.

Irene hanya pasrah dan mengikuti Seulgi yang sibuk membaca setiap nomor yang ada dipintu.

"Ini dia." lega Seulgi setelah menemukan kamar itu.

Mereka mendekat dan melihat dari jendela kecil yang ada dipintu.

Terlihat sesosok wanita terbaring lemah dengan semua alat yang membantunya untuk tetap hidup. Kepalanya mengenakan kupluk untuk menutupi kebotakannya karena pengobatan.

Seulgi menangis meskipun dia tidak ingin. Orang yang melahirkannya sedang berjuang diambang kematian. Seulgi sama sekali tidak mengingat perlakuan ibunya dulu yang menyiksanya walau dengan satu kalimat, dia hanya mengingat kalau wanita itu yang sudah melahirkannya dan memastikannya dalam keadaan kenyang. Seulgi tidak bisa melihat ibunya seperti ini.

Irene mengelus punggung ringkih itu.
"Kau ingin menjenguknya? Aku yakin pasti ibumu akan senang." kata Irene.

Seulgi menyeka air matanya dan kembali memperhatikan ibunya, ada seorang pria juga yang sedang makan disampingnya, itu adalah ayahnya.

"Tidak, kita pulang saja. Eomma sedang tidur dan aku tidak mau mengganggunya."

Irene semakin iba. Ia tahu Seulgi ingin sekali untuk masuk dan bertemu dengan ibunya, tapi ada keraguan didalam hati itu. Irene tidak mau memaksakan dan memilih untuk mengangguk.

"Gwaencana, kita bisa kesini lain kali dan mengunjunginya." kata Irene lalu menggenggam tangan Seulgi.

Mereka pergi dengan langkah berat. Bahkan beberapa bulir air mata masih berjatuhan dipipi Seulgi.

Irene menghapus jejak air itu dengan lembut.
"Jangan menangis. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan sedih hm?"

Seulgi mengangguk kecil dengan senyuman tipisnya.

"Tapi aku tidak jadi pulang, aku ingin ke kantor saja." kata Seulgi.

"Geurae? Ingin bertemu dengan eomma?"

Seulgi mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu aku kembali ke cafe." ucap Irene dengan mengusap lengan Seulgi.

.

.

Di cafe

Sebenarnya Irene khawatir Seulgi ke kantor, melihat wajahnya yang seperti itu membuat Irene tidak tega, pasti Seulgi sangat terguncang. Tapi Irene sedikit tenang karena ia sudah mengabari Moonbyul untuk memperhatikan Seulgi dan tentu saja Moonbyul tidak keberatan.

"Bagaimana? Apa Seulgi bertemu dengan ibunya?" tanya Yongsun.

"Belum, sepertinya dia belum siap. Seulgi masih membutuhkan waktu untuk hatinya." kata Irene sendu.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang