40 [END]

3.3K 309 24
                                    

Irene menatap lurus pada kotak kaca dimana terdapat guci dengan abu kremasi didalamnya.
Hatinya merasa sangat rapuh bahkan airmatanya tidak sanggup lagi untuk keluar, dia sudah menangis selama berjam-jam.

Kerinduan dihatinya semakin membeludak sampai ia hidup tanpa gairah beberapa hari ini. Apa lagi beberapa hari yang lalu Irene melewati hari ulang tahunnya tanpa ucapan dari Seulgi.

Irene selalu ditemani dengan keluarganya namun rasanya tetap tidak lengkap karena tidak ada Seulgi yang menemaninya seperti dulu.

"Eomma.. Appa.. Aku ingin menjadi sangat egois. Aku ingin hidup bahagia selamanya bersama Seulgi.." Irene mulai berucap pada foto yang ada dibalik kotak kaca itu.

"Jika kalian bertemu Seulgi, paksa dia agar kembali pulang untuk bertemu denganku. Aku tidak ingin hidup sendiri." sambungnya bernada lirih.

"Aku sangat merindukannya.. Jika dia tidak kembali aku akan menyusul kalian, aku berjanji.."
Irene mulai menangis lagi.

Langit siang yang mendung seakan ikut merasakan kesedihan yang wanita itu rasakan. Angin berhembus dingin namun hati Irene bahkan lebih dingin dari itu.

Ini sudah satu bulan semenjak Seulgi kecelakaan. Seulgi masih dalam keadaan koma, dokter pun tidak tahu kapan Seulgi akan sadar.

Irene menarik ingusnya dan mendongak untuk kembali melihat kedua orang tuanya.

"Jangan lahirkan aku kembali dikehidupan yang tidak adil ini. Ini sangat menyakitkan."

Tepat setelah kalimat itu terucap, ponsel Irene berdering dengan nyaring.

"Eonnie kau dimana?"

"Ada apa Wendy-ah? Jangan menelepon ku kecuali kau berbicara tentang Seulgi."

"Justru itu aku menelponmu.
Cepatlah datang."

Irene terkisap, Wendy mengatakannya dengan nada bergetar seperti ada sesuatu yang sangat genting.

Dengan cepat Irene memutus sambungan itu dan langsung melangkah pergi dari kolumbarium tersebut.

Dengan bantuan taksi, Irene bisa datang ke rumah sakit lebih cepat. Ia berlari sekuat tenaga dengan semua perasaan berkecamuk dihatinya.

Didepan pintu ruang rawat Seulgi, Irene melihat Wendy sedang berdiri disana dan menatap lurus kearah dalam kamar.

"Wendy-ah!"

Wendy menoleh dan beberapa langkah kemudian Irene sampai dihadapannya.

"Seulgi.." ucap Wendy tergantung dan wajahnya kembali melihat kedalam.

Irene mengikuti arah pandangan Wendy lalu berjalan masuk dengan perlahan. Ada Hyera yang sedang memunggunginya, tubuhnya condong kedepan yang sepertinya sedang berhadapan langsung dengan wajah Seulgi.

Irene semakin berjalan mendekat dan begitu melihat dibalik kepala Hyera, ia melihat wajah Seulgi.

Tangisan Irene pecah. Tubuhnya dengan lemas merosot kelantai dan menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang