10

2.9K 382 23
                                    

Setelah bertemu Hyera tentang masalah gaun dan kebutuhan lain terkait pernikahan, sore harinya Seulgi sengaja mengajak Irene berjalan-jalan.

Seulgi mengendarai motornya menuju ke sebuah bukit. Ada pohon rindang yang dihiasi ayunan di dahan kokohnya, dan ada juga sebuah permainan jungkat-jungkit.

Sangat sepi dan tenang, hanya ada mereka disana.

"Wahh daebak, aku tidak pernah ketempat ini." gumam Irene kagum saat melihat pemandangan kota dari atas sana.

Seulgi yang berdiri disampingnya itu tersenyum.
"Yeppeuda."

Irene yang masih terpaku dengan pemandangan itu mengangguk.
"Kau benar, ini sangat cantik."

"Aku berbicara tentang wajahmu." kata Seulgi membuat Irene menoleh kearahnya.

"Nde?"

"Kau...cantik.." kata Seulgi lalu memegangi dadanya, "Astaga, aku hampir pingsan saat mengatakannya."

Irene tertawa.
"Kenapa sampai hampir pingsan? Ada-ada saja." ucapnya lalu berjalan ke dekat pohon.

Seulgi mengulas senyum lalu mengikuti langkah Irene yang kini sudah duduk di ayunan.

"Ahh.. Sejuknya.. " ucap Irene saat tubuhnya bergerak maju mundur karena memainkan ayunan itu.

"Kau senang?" tanya Seulgi dan Irene mengangguk, itu terlihat menggemaskan di mata Seulgi.

Seulgi berdiri di samping Irene dan ikut mendorong salah satu talinya.
"Aku tidak pernah menanyakan ini sebelumnya, tapi apa kau tidak keberatan dengan pernikahan ini? Maksudku apa kau nyaman saat bersamaku?"

Irene menurunkan kakinya menapak tanah dan membuat ayunan itu berhenti.

"Kau benar-benar ingin tahu jawabanku?" Irene mendongak dan balik bertanya.

Seulgi mengangguk dengan wajah seriusnya. Takut jika Irene mengatakan bahwa ia selama ini tidak nyaman.

"Jawaban ku sangat. Aku sangat nyaman bersamamu. Tapi aku juga memiliki ketakutan dalam diriku, aku takut kau menderita, aku takut kau tidak bahagia, aku takut kau kecewa dan menyesal telah memilih hidup bersamaku." kata Irene dengan nada pelan lalu menundukan wajahnya.

Seulgi tersenyum lalu berjongkok dan menatap lekat ke manik lawan bicaranya.
"Kebahagiaan itu kita yang buat, dan aku memutuskan untuk membuatnya bersamamu."

Sudut bibir Irene tertarik ke atas.
"Kau sangat manis." ucapnya lalu memegangi dadanya, "Astaga, aku hampir mati saat mengatakannya." lanjutnya lalu mereka tertawa bersama.

.

.

Beberapa hari kemudian...

Pernikahan digelar, hanya ada beberapa tamu undangan dan tidak ada media masa sama sekali. Gedung yang disewa itu benar-benar tertutup, hanya kerabat dekat yang diperbolehkan untuk masuk.

Sebenarnya Irene tidak suka menggandeng tangan ayahnya seperti ini, tapi ini mungkin untuk terakhir kalinya.

Irene datang pada Seulgi seperti baru saja lepas dari iblis untuk di jemput sang malaikat.

Seulgi tersenyum padanya saat kedua tangan mereka bersatu. Pendeta mengucapkan janji yang diikuti Seulgi dan Irene. Irene hampir menangis, matanya sudah dipenuhi kabut yang menjalar.

Semicolon || SEULRENE ✔ COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang